MAKNA ANGKA 666 DALAM WAHYU 13:18
OLEH SIUJONO
PENDAHULUAN
Angka 666 dalam Wahyu 13:18 telah menjadi objek penafsiran yang sulit di sepanjang sejarah penafsiran kitab Wahyu. Gregory K. Beale mengatakan ayat ini sebagai “one of the most debated verses in the entire book because of widespread disagreement over the identification and meaning of the number 666.”[1] Melalui tulisan ini, penulis bermaksud untuk mengajukan salah satu alternatif penafsiran atas angka tersebut.
Tulisan ini akan dimulai dengan penjelasan konteks dari Wahyu 13:18 yang meliputi: latar belakang penulisan dan struktur kitab Wahyu, konteks Wahyu 13, batasan dan struktur teks dari perikop Wahyu 13:11-18 yang merupakan konteks terdekat dari ayat yang akan dibahas dalam tulisan ini. Kemudian penulis akan memberikan argumentasi penafsiran berupa analisa kata dan tata bahasa dari ayat tersebut. Setelah itu, tulisan ini akan ditutup dengan kesimpulan.
KONTEKS
Latar Belakang
Bukti internal dari kitab Wahyu menyatakan bahwa kitab ini ditulis oleh Yohanes (1:1, 4, 9; 22:8). Penulis kitab ini menyebut dirinya sebagai “saudara dan sekutumu dalam kesusahan, dalam Kerajaan dan dalam ketekunan menantikan Yesus” (1:9). Ia tidak pernah membuat klaim lain tentang dirinya, dan ini menunjukkan ia adalah orang yang telah sangat dikenal oleh pembacanya. Klaim penulis untuk menjadi pengantara kata-kata nubuat yang berotoritas bagi pembaca dilihat sebagai suatu kepenulisan rasuli. Ditambah lagi asumsi pengarang bahwa hanya dengan namanya, para pembaca akan menerima apa yang ia sampaikan lebih menunjukkan bahwa ia adalah seorang rasul.[2]
Kebanyakan sarjana setuju bahwa kitab Wahyu ditulis pada suatu waktu di mana orang-orang Kristen dianiaya dengan cara yang keras (lih. 1:9; 2:13; 3:10; 6:9; 17:6; 18:24; 19:2; 20:4). Kitab Wahyu juga menunjukkan bahwa pada saat itu terjadi penyembahan kepada kaisar (lih. 13:4, 15-16; 14:9-11; 15:2; 16:2; 19:20; 20:4). Bukti kuat menunjukkan kepada tahun-tahun terakhir pemerintahan Domitian (tahun 90-an), di mana kemungkinan besar orang-orang Kristen bertemu dengan klaim penyembahan kaisar ini.[3]
Kemudian kita dapat melihat beberapa unsur dalam surat-surat kepada ketujuh gereja sesuai dengan penanggalan tahun 90-an, seperti: stagnasi moral yang terjadi pada beberapa gereja, kekayaan dari gereja Laodikia,[4] keberadaan dari gereja di Smirna,[5] kurangnya penyebutan nama Paulus yang telah melayani begitu lama di Efesus, serta ditambah lagi dengan adanya mitos bahwa Nero yang telah meninggal akan kembali ke Roma.[6]
Tujuan Yohanes dalam menulis kitab ini adalah untuk memberikan kekuatan kepada mereka yang tidak berkompromi dengan praktik penyembahan berhala sehingga dapat tetap bertahan, serta memperingatkan mereka yang berkompromi agar bertobat dan menjadi saksi-saksi Kristus yang telah bangkit. Yohanes menyatakan bahwa penghukuman akan dinyatakan kepada komunitas gereja yang murtad dan palsu, yakni mereka yang memihak kepada sistem dunia yang menentang Allah.[7]
Adapun struktur dari kitab Wahyu adalah sebagai berikut:[8]
1:1-20: Prologue
2:1-3:22: The Letters to the Seven Churches: Christ Encourages the Churches to Witness, Warns Them against Compromise, and Exhorts Them to Hear and to Overcome Compromise in Order to Inherit Eternal Life
4:1-5:14: God and Christ Are Glorified Because Christ’s Resurrection Demonstrates That They Are Sovereign over Creation to Judge and to Redeem
6:1-8:5: The Seven Seals
8:6-11:19: The Seven Trumpets
12:1-15:4: Deeper Conflict As a Result of Christ’s Victory over the Devil, God Protects the Messianic Community against the Devil’s Wrathful Harm (12:1-17) Believers Are Exhorted to Be Discerning about Falsehood and Not to Participate in False Worship Propagated by the Devil and His Worldly Allies, So As to Hold on to Their Faith (12:18-13:18)
God Accomplishes His Glory by Rewarding Believers and Punishing the Beast and His Followers at the End of History (14:1-15:4)
15:5-16:21: The Seven Bowl Judgments: God Punishes the Ungodly during the Inter-Advent Age and Consummately at the Last Day Because of Their Persecution and Idolatry
17:1-19:21: Final Judgment of Babylon and the Beast
20:1-15: The Millennium Is Inaugurated during the Church Age as God Limits Satan’s Deceptive Powers and as Deceased Christians Are Vindicated by Reigning in Heaven.
21:1-22:5: The New Creation and the Church Perfected in Glory
22:6-21: Conclusion
Konteks Wahyu 13
Bentuk penulisan dalam Wahyu 13 sangat dipengaruhi oleh kitab Daniel. Hal ini jelas terlihat dari pola teologis tiga lipat (threefold) dalam Wahyu 13 yang juga terdapat dalam Daniel 7. Pola tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) Seorang agen melangkah maju. (2) Kuasa diberikan kepada agen tersebut. (3) Efek dari kuasa tersebut digambarkan. Contohnya dalam Daniel 7, “anak manusia” (1) melangkah maju ke tahta Allah (Dan. 7:13) dan (2) ia diberikan kuasa, (3) efek dari kuasa tersebut di mana “semua orang, bangsa, dan bahasa melayani dia” dan ia memiliki kerajaan kekal (7:14).[9]
Sedangkan dalam Wahyu 13 pola yang sama dapat dilihat dalam ayat 1-8. Binatang tersebut melangkah maju (ay. 1-2a) dan ia diberikan kuasa oleh naga (ay. 2b, 4a) dan oleh Allah (ay. 5a, 5b, 7a, 7b). Dan kemudian elemen ketiga, yakni efek dari kuasa tersebut dijelaskan dalam ay. 3b, 4, 6, dan 8. Pola yang sama diulangi dalam 13:11-17: (1) binatang yang lain melangkah maju (ay. 11) dan (2) ia diberikan kuasa implisit oleh binatang pertama (ay. 12a, 14a), dan (3) efek dari kuasa tersebut digambarkan dalam ayat 12b-17. Elemen kedua dan ketiga dari pola tersebut juga diulang dalam ayat 15a dan 15b.[10]
Dari semua penggunaan PL dalam Wahyu 13, sebanyak dua pertiga bagian berasal dari kitab Daniel. Alasan Yohanes begitu banyak menggunakan kitab Daniel dalam menggambarkan situasi gereja di dunia waktu itu adalah seperti Daniel, Yohanes sedang mengritik kemurtadan, kompromi, dan sinktretisme. Sistem dunia di mana orang-orang Kristen dari Asia Minor tinggal merupakan suatu parodi atas pengaturan Allah atas dunia. Sistem yang korup dicirikan oleh penghujatan yang dilakukan penguasa dengan mengilahkan dirinya dan oleh orang-orang yang menyebut dirinya Kristen namun menyetujui perintah penyembahan kaisar dan institusi penyembahan berhala.[11]
Banyak di antara orang percaya yang tetap setia kepada Kristus dan tidak menyembah binatang tersebut akan dibunuh, seperti yang terjadi pada maskilim (“mereka yang memiliki insight”) dalam Daniel 11:33-35. Para pengikut setia baik dalam Daniel maupun Wahyu dapat mempertahankan kesetiaan mereka karena mereka memiliki “hikmat dan pengertian” untuk melihat pemalsuan atas Allah yang benar.[12]
Batasan Teks
UBS4rev memberi judul “The Two Beasts” untuk perikop Wahyu 13. Meskipun kita dapat melihat adanya kesatuan dari kedua perikop ini di bawah judul “The Two Beasts”, kedua perikop tersebut juga dapat dijelaskan secara terpisah. Ini dapat dilihat dari terjemahan LAI yang membagi perikop Wahyu 13 menjadi dua perikop yang lebih kecil, yakni: Wahyu 13:1-10 dengan judul “Binatang yang keluar dari dalam laut,” dan Wahyu 13:11-18 dengan judul “Binatang yang keluar dari dalam bumi.”
Pembagian serupa juga dilakukan oleh beberapa terjemahan lain, antara lain: NIV dengan judul “The Beast out of the Sea” untuk ayat 1-10 dan “The Beast out of the Earth” untuk ayat 11-18, dan NKJV yang memberi judul “The Beast from the Sea” kepada perikop pertama (ay. 1-10) dan “The Beast from the Earth” kepada perikop kedua (ay. 11-18).
Dari isi perikop Wahyu 13 ini, kita juga dapat melihat bahwa pembagian di atas sudah dilakukan dengan tepat karena ayat 1-10 berisi penjelasan mengenai binatang pertama dan ayat 11-18 berisi penjelasan mengenai binatang kedua. Ini juga ditunjukkan dengan penempatan penutup yang sama dari kedua perikop seperti yang ditunjukkan di bawah ini:
Versi Alkitab | Ayat 1-10 | Ayat 11-18 |
LAI | Yang penting di sini ialah. . . | Yang penting di sini ialah. . . |
NIV | This calls for. . . | This calls for. . . |
NKJV | Here is. . . | Here is. . . |
UBS4rev | _Wde evsti,n … | _Wde evsti,n … |
Dengan demikian, perikop 13:11-18 merupakan satu unit yang utuh dan dapat dibahas secara terpisah dari perikop sebelum dan sesudahnya.
Struktur Teks
Perikop 13:11-18 dapat dibagi ke dalam dua bagian, yakni (1) Negara memberikan kuasa kepada sekutu politik, agama, dan ekonominya sebagai agen untuk menganiaya gereja dan untuk menipu orang-orang yang tidak saleh (ay. 11-17). (2) Orang-orang percaya sejati dinasihatkan untuk membedakan penyembahan yang benar dari yang salah demi mempertahankan iman mereka (ay. 18).[13]
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bagian pertama (ay. 11-17) memiliki pola yang sama dengan pola yang terdapat dalam Daniel 7, yakni: (1) binatang yang lain melangkah maju (ay. 11) dan (2) ia diberikan kuasa implisit oleh binatang pertama (ay. 12a, 14a), dan (3) efek dari kuasa tersebut digambarkan dalam ayat 12b-17.
Sedangkan bagian kedua (ay. 18) merupakan salah satu dorongan yang ditujukan kepada umat Tuhan agar memiliki hikmat untuk menghitung angka dari binatang pertama itu, yakni 666. Ayat inilah yang akan dijelaskan lebih lanjut dalam bagian pembahasan di bawah ini.
EKSEGESIS WAHYU 13:18
18a _Wde h` sofi,a evsti,nÅ o` e;cwn nou/n yhfisa,tw to.n avriqmo.n tou/ qhri,ou( avriqmo.j ga.r avnqrw,pou evsti,n.[14]
David Aune menerjemahkan kalimat di atas sebagai “Here is wisdom. Let the one with understanding calculate the number of the beast, for it is also a number referring to a person.” Ayat ini merupakan penjelasan tambahan dari penglihatan dalam 13:11-17. Ungkapan pembuka “Here is wisdom. The one with understanding,” memiliki paralel dengan ungkapan dalam 17:9: “This requires deep insight.”[15]
Latar belakang dari respons dalam 13:18 berupa “wisdom” (sofi,a) dan “understanding” (nouj) yang diperlukan untuk memahami “angka dari binatang itu” terdapat dalam “wise insight” (sākal) dan “understanding” (bin) yang dibutuhkan untuk memahami penglihatan atau kejadian pada zaman akhir dalam kitab Daniel.[16] Kombinasi penggunaan sākal dan bin mengindikasikan bahwa Yohanes melihat orang-orang Kristen sebagai penggenapan dari maśkilîm yang dinubuatkan dalam Daniel 11 dan 12.[17]
Respons dalam 17:9 juga memiliki arti yang sama, yakni untuk menasihati orang Kristen agar tidak tertipu oleh binatang itu seperti yang terjadi pada “penghuni bumi” lainnya (17:8). Ayat tersebut juga berfungsi untuk menasihati mereka untuk memahami makna simbolis dari “tujuh kepala” binatang itu, yang merupakan kelanjutan ide dari 17:7-8 tentang penipuan yang dilakukan pemerintahan.[18]
Wahyu 13:18 dan 17:9 juga dapat dikaitkan dengan penggunaan kata pengantar hode yang unik dalam PB. Ini mungkin merupakan cara Yohanes untuk memperkenalkan nasihatnya kepada orang-orang Kristen yang ia lihat sebagai maśkilîm dalam kitab Daniel. Rumusan hode juga merupakan cara Yohanes untuk membawa pembaca kembali kepada konteks Daniel. Melalui nasihat ini, Yohanes meminta agar umat percaya sejati sebagai maśkilîm melatih pengertian rohani mereka untuk dapat membedakan penyembahan yang benar dan salah.[19]
Nasihat dalam 17:9 merujuk pada makna figuratif dari sebuah angka, maka dari itu, nasihat dalam 13:18 juga harus diperlakukan dengan cara yang sama. Yohanes sedang menasihati para orang percaya untuk memiliki ketajaman moral dan spiritual, bukan kemampuan intelektual untuk memecahkan soal matematika yang rumit. Lagipula orang-orang tidak percaya juga mampu secara mental untuk memecahkan soal matematika murni seperti juga orang-orang Kristen.[20]
Senada dengan itu, Simon J. Kistemaker mengatakan:
Wahyu Allah bisa dipahami hanya jika pembaca memiliki hikmat yang diberikan dari atas melalui Roh Kudus. Hikmat berasal dari Anak Domba dan Allah (5:12; 7:12), tetapi di Kitab Wahyu, orang beriman harus mengaitkan hikmat dengan pewahyuan ini. Hikmat bukanlah studi atau penelitian ilmiah, tetapi pengertian dari Allah yang diterima oleh orang beriman di dalam Kristus (1 Kor. 1:30).[21]
Kemudian kata avriqmo,j (“angka”) juga digunakan Yohanes secara figuratif untuk menggambarkan orang banyak yang tidak terhitung (5:11; 7:4, 9; 9:16; 20:8). Dalam kasus-kasus seperti itu, angka tersebut tidak dimaksudkan untuk dihitung. Angka 7 yang merujuk pada kesempurnaan dipakai berulang kali di dalam kitab Wahyu. Sedangkan angka 6 hanya muncul di sini. Dengan demikian, angka 666 tersebut dimaksudkan sebagai kontras dengan angka-angka 7 yang ilahi di dalam kitab ini dan menunjukkan ketidaksempurnaan.[22]
Angka 666 harus dimengerti secara kolektif daripada suatu referensi atas seorang figur antikristus. Hal ini didukung dengan oleh ungkapan avriqmo.j ga.r avnqrw,pou evsti,n, yang dapat diterjemahkan secara individual sebagai “karena itu adalah bilangan seorang manusia” atau, lebih baik diterjemahkan secara umum sebagai “karena itu adalah bilangan dari kemanusiaan (atau “bilangan yang dimiliki manusia”).[23]
Ayat 18b kai. o` avriqmo.j auvtou/ e`xako,sioi e`xh,konta e[xÅ[24]
Sebagian besar penafsir menganggap bahwa angka 666 dalam ayat 18 merupakan contoh yang jelas dari gematria.[25] Terdapat dua jenis gematria, yakni: (1) sebagai suatu metode eksegesis yang didasarkan atas pemaknaan secara misterius atas angka dalam teks tradisional. Semua kata yang terdapat dalam teks tradisional diubah ke dalam angka yang signifikan, atau sebuah angka tertentu yang ditemukan dalam teks tradisional diubah ke dalam abjad yang menjelaskan makna tersembunyi dari angka tersebut. (2) Dalam jenis kedua, kata-kata atau nama tidak tergantung pada teks tradisional, semuanya dibentuk menjadi suatu teka-teki dengan mengubah kata-kata tersebut menjadi angka-angka.[26]
Dengan menggunakan gematria, banyak sarjana modern yang berusaha mengidentifikasi angka 666 dengan Nero. Namun nama Nero harus ditransliterasi terlebih dahulu ke dalam bahasa Ibrani menjadi Nerōn Kaisar. Ini mungkin dapat menjelaskan mengapa dalam salah satu teks kuno terdapat angka 616 karena penyalin teks tersebut sengaja mengubah angka 666 menjadi 616 di bawah pengaruh bahasa Latin dari nama Nero, yang kemudian diubah ke dalam karakter Ibrani (nrô qsr).[27]
Meskipun pendapat ini cukup menarik, terdapat beberapa masalah dengan mengidentifikasikan angka binatang tersebut dengan nama Nero: (1) Identifikasi nama Nero mengasumsikan pembaca kitab Wahyu yang berbahasa Yunani memiliki pengetahuan bahasa Ibrani dan sistem gematria, meskipun tentu saja beberapa pembaca tersebut adalah orang Kristen Yahudi Helenistik. (2) Terdapat banyak kemungkinan pemilihan gelar Nero selain “Caesar Nero”. (3) Dalam mentransliterasi suatu nama asing ke dalam Bahasa Ibrani, terdapat kebebasan dalam menaruh atau meninggalkan berbagai huruf vokal. (4) Bapa-bapa gereja tidak menyadari adanya identifikasi Nero. (5) Yohanes tidak mengajak pembacanya untuk melakukan penghitungan secara intelektual atau matematis, tetapi untuk ketajaman moral untuk menghindari perbuatan jahat.[28]
Semua usaha untuk mengidentifikasi angka 666 dengan penghitungan literal atas nama seseorang menemui kesulitan karena tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa angka lain dalam kitab Wahyu diperlakukan seperti itu. Lagipula begitu banyak nama yang dapat dihubungkan dengan angka ini.[29]
KESIMPULAN
Melalui pembahasan di atas, kita dapat melihat bahwa Wahyu 13:18 merupakan nasihat dari Yohanes kepada umat percaya untuk memiliki hikmat dan pengertian untuk membedakan mana yang benar dan yang salah. Para umat percaya tersebut dapat disamakan dengan maśkilîm dalam kitab Daniel. Yohanes sedang menasihati mereka agar memiliki ketajaman moral dan spiritual, bukan kemampuan intelektual untuk menghitung angka.
Dengan demikian angka 666 tidak dapat diterjemahkan dengan menggunakan penghitungan literal atas nama seseorang. Angka tersebut harus diterjemahkan secara simbolis sebagai kegagalan untuk mencapai kesempurnaan. Beale mengatakan, “But the triple repetition of sixes connotes the intensification of incompleteness and failure that is summed up in the beast more than anywhere else among fallen humanity.”[30]
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Aune, David E. Revelation 6-16, Word Biblical Commentary. Nashville: Thomas Nelson, 1998.
Beale, Gregory K. The Book of Revelation, The New International Greek Testament Commentary. Grand Rapids: Eerdmans, 1999.
Carson, Donald A., Douglas J. Moo and Leon Morris. An Introduction to the New Testament. Grand Rapids: Zondervan, 1992.
Kistemaker, Simon J. Tafsiran Kitab Wahyu, tr. Peter Suwadi Wong dan Baju Widjotomo. Surabaya: Momentum, 2003.
Keener, Craig S. The IVP Bible Background Commentary: New Testament. Downers Grove: InterVarsity, 1993.
JURNAL
Gregory K. Beale, “The Danielic Background for Revelation 13:18 and 17:9” Tyndale Bulletin 31 (1980) 163-170.
[1]The Book of Revelation (The New International Greek Testament Commentary; Grand Rapids: Eerdmans, 1999) 718.
[2]Selain nama rasul Yohanes, beberapa usulan telah diberikan kepada kepenulisan kitab Wahyu. Namun, alternatif yang lebih baik dan meyakinkan adalah dengan mengikuti tradisi gereja awal yang menyatakan bahwa kitab Wahyu ditulis oleh rasul Yohanes (lih. Donald A. Carson, Douglas J. Moo, and Leon Morris, An Introduction to the New Testament [Grand Rapids: Zondervan, 1992] 468-473).
[3]Ibid. 474-475. Senada dengan itu, Beale menyatakan bahwa para sarjana abad ke-20 memiliki kesepakatan bahwa kitab Wahyu ditulis pada masa pemerintahan Domitian sekitar tahun 95 M. Hanya sekelompok kecil penafsir yang memberikan tanggal penulisan sebelum penghancuran Yerusalem pada tahun 70 M (lih. The Book 4).
[4]Gereja Laodikia disebut “kaya,” sedangkan kota tersebut mengalami suatu gempa bumi besar pada tahun 60-61 M. Maka dari itu, asumsi dasar yang dapat diambil adalah kota tersebut membutuhkan waktu yang lebih lama dari hanya tiga atau empat tahun untuk pulih secara ekonomi (Ibid. 16-17).
[5]Banyak penafsir menyatakan bahwa gereja di Smirna baru didirikan sejak tahun 60-64 A. D. (Ibid. 16-17).
[6]Mitos tersebut dihubungkan dengan ayat dalam kitab Wahyu yang berbicara tentang binatang yang sembuh dari luka yang membahayakan hidupnya (13:3-4). Mitos ini mendukung tahun 90-an sebagai tanggal penulisan karena dibutuhkan waktu untuk mitos tersebut dapat beredar dan diketahui oleh masyarakat (lih. Carson, An Introduction 475).
[16]Terutama dalam Daniel 11:33 dan 12:10, kombinasi dari kedua kata Ibrani ini merujuk kepada hal yang sama seperti sofi,a dan nouj dalam kitab Wahyu: (1) Perlunya orang-orang suci untuk memiliki persepsi rohani untuk mengerti, (2) berkaitan dengan penganiayaan pada zaman akhir, (3) yang dilakukan oleh seorang raja yang jahat, (4) yang menganiaya orang-orang suci, menipu orang-orang lain untuk menerima penguasaan mereka dan ikut menyebarkannya. Lebih lanjut, (5) baik dalam Daniel maupun Wahyu pesan ini dikomunikasikan melalui perantara penglihatan dari seorang nabi (lih. Beale, The Book 725).
[17]Gregory K. Beale, “The Danielic Background for Revelation 13:18 and 17:9” Tyndale Bulletin 31 (1980) 165-166.
[21]Tafsiran Kitab Wahyu (tr. Peter Suwadi Wong dan Baju Widjotomo; Surabaya: Momentum, 2003) 423-424.
[25]Gematria merupakan suatu kata dalam bahasa Ibrani yang merupakan kata pinjaman dari istilah Yunani geōmetria yang berarti “manipulasi angka.” Istilah ini menjelaskan suatu bentuk permainan kata di mana huruf-huruf abjad diberikan nilai numerik berdasarkan posisi mereka dalam susunan abjad (Ibid. 771). Cara penghitungan seperti ini merupakan praktik yang mudah dilakukan dalam bahasa Yunani dan Ibrani, guru-guru Yahudi yang kemudian sering bermain dengan nilai numerik dari kata-kata (lih. Craig S. Keener, The IVP Bible Background Commentary: New Testament (Downers Grove: InterVarsity, 1993) 799.
[29]Ada juga yang menambahkan nilai numerik dari inisial nama-nama para kaisar dari Julius sampai Vespasian dan menghasilkan angka 666 (K [“Caesar”]=20, Σ=200, T=300, Γ=3, K=20, N=50, Γ=3, O=70). Usaha ini didorong oleh Sibylline Oracles 5.12-42, yang menggunakan metode yang sama dengan mendaftarkan nama para kaisar dimulai dari Julius Caesar. Masalah dengan penjelasan ini adalah pemasukan nama Galba, dan penghilangan nama Otho dan Vitellius. Solusi lain adalah angka tersebut mewakili penghitungan semua gelar Yunani yang dipersingkat dari Domitian yang terdapat pada koin uang (A.KAI.ΔOMET.ΣEB.ΓE.). Usulan ini konsisten dengan penjelasan kata “tanda” dalam Wahyu 13, namun kelemahannya adalah bahwa tidak ada koin uang yang terdapat nama kelima gelar tersebut. Nama lain yang diidentifikasi dengan 666 adalah Teitan (Titus?) dan Lateinos, yang dapat merupakan sinonim untuk Kerajaam Romawi. Pada abad ke-20, nama Kaisar Jerman dan Hitler juga telah dihitung menjadi angka 666. Di antara identifikasi yang menarik namun tidak meyakinkan, terdapat: (1) Transliterasi Ibrani dari bahasa Yunani ho Nikolaites (“the Nicolaitans,” 2:6, 15) juga menghasilkan 666; (2) pada saat 666 ditulis dalam huruf-huruf Ibrani, angka tersebut menghasilkan sebuah kata yang berarti “you should destroy “; (3) kata-kata yang terdapat pada koin uang Roma yang meringkaskan legenda Vespasian juga menghasilkan angka 666 (Ibid. 720-721).
Thx untuk penjelasan ini menambah pengetahuan akan wahyu pasal 13 khususnya
BalasHapusGodbless .