Learn to Love
Oleh Melissa C. T.
Pendahuluan Saudara-saudara, ada seorang pria yang sangat mencintai pacarnya, sebut saja namanya Dodo. Sangking cintanya dia sama pacarnya, sepertinya apapun dia lakukan untuk pacarnya. Asal pacarnya bilang, “Yayang Dodo, kangen banget nih..”, walaupun lagi hujan badai pun akan Dodo terjang, atau banjir satu meter pun ia akan berenang seperti sedang mengarungi samudera, demi bertemu dengan pacarnya. Suatu ketika, Dodo merencanakan untuk membuat kejutan untuk hari ulang tahun pacarnya. Secara diam-diam, Dodo pergi ke mall untuk membelikan pacarnya hadiah. Ternyata di mall itu dia bertemu dengan pacarnya, sedang bergandengan tangan dengan pria lain. Betapa marahnya dia karena ternyata pacarnya selingkuh. Dia putuskan hubungan kasihnya, dia merasa sangat terluka. Dodo merasa seolah-olah apa yang telah ia lakukan semuanya percuma. Dodo merasa sudah memberikan segalanya buat pacarnya tetapi apa yang ia terima? Sebuah penghianatan. Baginya, tidak ada kata “ampun” bagi perempuan itu. Saudara, dengan penuh penghayatan dia menyanyikan sebuah lagu: “Cukup sudah, ku mulai naik darah! Ku seperti bom atom yang siap meledak karena-mu. Pergi kau ke ujung dunia, dehidrasi di gurun Sahara, hilang di segitiga Bermuda, ...” Dodo menganggap mantan pacarnya tidak layak untuk dikasihi dan berharap mantan pacarnya itu hilang saja dari permukaan bumi ini. Saudara-saudara, apa yang Dodo alami mungkin pernah juga kita rasakan. Kalau Dodo disakiti oleh mantan pacarnya, mungkin kita juga pernah disakiti oleh orang-orang yang ada di sekitar kita, teman dekat kita, atau bahkan orang tua kita. Mungkin juga kita berpikir bahwa mereka itu tidak layak untuk dikasihi karena mereka telah begitu menyakiti hati kita dan berharap mereka menghilang saja dari muka bumi ini. Saudara, tetapi bukan itu yang Tuhan inginkan. Lalu apa yang Allah inginkan dari setiap orang percaya? Allah ingin mengajarkan kita bahwa Ia mengasihi orang-orang yang menurut kita tidak layak dikasihi. Tubuh Kemarahan Yunus kepada Allah (3:10 – 4:1-3) (Tidak disebutkan) Saudara, dalam ayat Alkitab yang kita baca bersama tadi, kita dapat melihat bahwa Yunus sangat marah kepada Allah karena harapannya tidak terjadi. Yunus sangat berharap Niniwe dihukum Tuhan karena bangsa Niniwe adalah bangsa yang sangat jahat. Kejahatan bangsa Niniwe ini sangat terkenal pada waktu itu. Bangsa Niniwe bahkan tidak segan-segan memenggal kepala musuh atau tawanannya, menguliti mereka hidup-hidup, bahkan menusuk tawanan mereka hidup-hidup seperti membuat sate. Orang Israel pernah menjadi tawanan bangsa Niniwe dan dulu beberapa dari mereka merasakan kekejian bangsa Niniwe tersebut. Itulah sebabnya mengapa orang Israel itu sangat membenci orang Niniwe, termasuk Yunus. Tetapi apa yang terjadi terhadap orang Niniwe yang sangat keji itu sehingga membuat Yunus marah kepada Allah? Kita dapat melihatnya pada 3:10, bahwa Allah mengampuni bangsa Niniwe ketika mereka berbalik dari tingkah laku mereka yang jahat. Saudara-saudara, perasaan marah yang Yunus alami bukanlah perasaan marah yang biasa saja, melainkan marah dengan emosi yang sangat kuat. Marah seperti mau meledak rasanya, panas, membara seperti api. Pernahkah Saudara merasakan marah yang seperti ini? Yunus sangat marah sampai ia meminta Tuhan untuk mencabut nyawanya karena baginya lebih baik mati saja daripada melihat orang yang sangat dibencinya itu diampuni. Yunus berpikir bahwa orang yang layak untuk dikasihi Tuhan itu hanya orang Israel, sedangkan orang Niniwe tidak layak untuk dikasihi dan diampuni oleh Tuhan. Tetapi lain halnya bagi Allah. Karena belas kasih-Nya, Allah melayakkan Niniwe. Karena belas kasih-Nya, Allah mengampuni Niniwe. Karena belas kasih-Nya, Allah tidak jadi menghukum Niniwe. Belas kasih Allah sangatlah melimpah. Sebenarnya Yunus juga sudah mengetahuinya dengan jelas seperti apa Allah yang dia sembah. Kita dapat melihatnya dengan jelas pada bagian akhir dari ayat 2. Yunus tahu bahwa Allah itu pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal karena malapetaka yang hendak didatangkan-Nya. Yunus tahu Allah yang dia sembah sanggup untuk memberikan belas kasih-Nya dan pengampunan-Nya kepada manusia. Tetapi Yunus menolak bahkan ia sampai berani untuk marah kepada Allah karena menurut Yunus, bangsa Niniwe tidak layak untuk menerima belas kasih dan pengampunan dari Allahnya. Saudara, ketika saya remaja, saya pernah menyaksikan sebuah film berjudul Final Destination. Dalam film ini diceritakan ada seorang aktifis gereja. Aktifis ini memiliki seorang saudara perempuan. Suatu hari, saudara perempuannya diculik dan dibunuh oleh seorang penjahat. Kejadian ini membuat ia menjadi sangat membenci penjahat itu. Pelaku kejahatannya adalah buronan most wanted. Singkat cerita, penjahat ini akhirnya tertangkap dan dipenjara dan diputuskan hukuman mati. Pada hari hukuman mati ini dilaksanakan, terjadi demontrasi besar-besaran di depan penjara tempat eksekusi itu akan dilakukan. Dalam demontrasi itu hadirlah aktifis PBB yang berpidato bahwa ia menentang hukuman mati dan ada juga aktifis gereja yang saudara perempuannya menjadi korban dari penjahat tersebut. Di tengah-tengah demonstrasi itu, terjadilah hal yang tidak diduga, yaitu penembakan beruntun dari seorang pemuda misterius. Penembak itu membidik aktifis PBB dan tembakan sembarangnya mengenai aktifis gereja. Sementara demonstasi itu dilakukan, penjahat itu menjalani hukuman matinya. Jadi baik akitfis gereja, aktifis PBB dan penjahat itu meninggal pada hari yang sama. Menurut saudara, di antara mereka bertiga, siapa orang yang tidak layak untuk masuk Surga? Mungkin beberapa dari kita akan menjawab bahwa yang paling tidak layak untuk masuk Surga adalah penjahat itu. Tetapi ternyata dari ketiga orang tadi, penjahat itu yang pada akhirnya dilayakan masuk Surga. Ko bisa begitu? Ternyata sehari sebelum hukuman mati itu, ada seorang pendeta yang mengunjunginya di penjara dan memberitakan firman Tuhan. Di malam hari, di tengah-tengah ketakutannya akan kematian, penjahat ini berdoa, memohon pengampunan dari Tuhan. Dengan hati yang remuk, ia datang ke hadapan Tuhan, mengakui segala dosanya dan menerima Yesus sebagai Juruselamatnya. Sedangkan aktifis gereja dan aktifis PBB itu sebenarnya tidak percaya kepada Tuhan Yesus, walaupun kalau dilihat dari luar saja mereka itu baik. Saudara, sama seperti Niniwe, penjahat itu pun berbalik dari jalannya yang jahat. Namun hanya karena belas kasih Allah saja penjahat tersebut dapat menerima pengampunan dari Allah. Mungkin kita bisa saja berpikir bahwa penjahat itu adalah orang yang tidak layak untuk dikasihi. Tetapi, terkadang pikiran kita tidak sama dengan pikiran Tuhan. Orang-orang yang menurut kita tidak layak untuk dikasihi bisa saja merupakan orang yang dipilih oleh Tuhan untuk menjadi anak-Nya. Mereka sangat mungkin untuk menerima kasih dan pengampunan dari Tuhan. Jika mereka itu dikasihi Allah dan mendapatkan pengampunan, apakah kita berhak untuk bertanya atau bahkan marah karena tidak bisa menerima hal tersebut? Saudara, perlu kita sadari bahwa sebenarnya kita juga sama seperti penjahat itu. Kita adalah manusia berdosa yang sebenarnya tidak layak di hadapan Tuhan. Tetapi karena belas kasih-Nya, hidup kita telah ditebus dari dosa kita. Bukan berdasarkan seberapa banyak pengetahuan kita tentang Allah, atau seberapa banyak pelayanan dan perbuatan baik yang kita lakukan sehingga kita bisa masuk ke Surga. Tetapi hanya karena belas kasih Tuhan. Ya, karena belas kasih-lah Tuhan mengampuni dosa umat pilihan-Nya. Kita sebagai hamba Tuhan tidaklah berhak untuk memilih siapa yang layak untuk dikasihi dan siapa yang tidak layak untuk dikasihi. Hanya Tuhan sajalah yang berhak untuk memilih. Yunus masih belum mengerti konsep ini. Maka dari itu Tuhan mengajarkan Yunus dengan sabar. Pengajaran Allah kepada Yunus melalui peristiwa pohon jarak (4:4-11) (Tidak disebutkan) Dengan lembut Allah bertanya kepada Yunus, “Layakkah engkau marah?” Allah ingin Yunus sadar akan posisinya bahwa ia tidak berhak untuk marah. Yunus tidak menjawab pertanyaan Allah ini, ia malah pergi meninggalkan percakapan itu. Kemudian Yunus pergi ke luar kota Niniwe dan mendirikan sebuah pondok dengan bahan-bahan yang ada di sekitarnya. Untuk apa? Untuk menantikan apa yang akan terjadi dengan kota itu. Saudara, suhu pada saat itu sangatlah panas. Ternyata pondok yang dibuat Yunus ini tidak cukup untuk memberi perlindungan bagi dirinya. Kemudian Allah menumbuhkan pohon jarak untuk menaunginya. Yunus bersukacita karena pohon jarak tersebut. Di bawah naungan pohon jarak yang daunnya lebar itulah Yunus merasakan kenyamanan. Tetapi kemudian Allah menunjuk ulat untuk memakan pohon jarak itu sampai layu. Ditambah lagi dengan berhembusnya angin timur yang bernama sirocco. Sirocco adalah angin yang mengandung udara panas yang dapat menyebabkan keletihan, depresi, halusinasi, dan sikap yang aneh. Belum lengkap penderitaan Yunus, Allah menambahnya dengan langit yang tanpa awan sehingga sinar matahari langsung menyakiti Yunus. Cuaca seperti itulah yang menyebabkan Yunus sangat menderita karena kepanasan. Karena penderitaan itu, Yunus marah kepada Allah.Untuk keduakalinya Yunus mengungkapkan bahwa ia lebih baik mati dari pada hidup. Dan untuk keduakalinya pula Allah menjawab dengan sabar, “Layakkah engkau marah?” Kali ini Yunus menjawab pertanyaan Allah dengan tegas, “Selayaknyalah aku marah sampai mati.” Sampai saat itu Yunus masih belum mengerti atas ajaran yang Tuhan berikan melalui peristiwa pohon jarak itu. Dalam peristiwa pohon jarak itu, Allah ingin mengajarkan bahwa Dia adalah Allah pencipta, Allah yang sebenarnya berhak atas ciptaan-Nya. Allah yang mengasihi ciptaan-Nya. Ini terlihat pada kata “Allah” yang dipakai pada ayat 6-11 adalah ”elohim” yang menunjukkan bahwa Ia adalah Allah yang menciptakan semuanya. Sedangkan pada ayat 1-4, kata yang digunakan adalah Yahweh untuk menunjukkan Allah orang Israel. Allah ingin menyatakan bahwa Dia-lah Allah pencipta segalanya, Allah yang sama telah memilih bangsa Israel sebagai umat pilihan-Nya dan juga memilih Niniwe untuk bertobat. Allah yang mengasihi bangsa Israel juga yang mengasihi Niniwe. Allah mengajarkan Yunus dengan sabar bahwa Yunus tidak berhak sama sekali untuk mengatakan apa yang seharusnya terjadi atas Niniwe karena Niniwe adalah milik Allah dan mereka itu lebih berharga dibandingkan dengan pohon jarak yang diratapi oleh Yunus. Allah dengan belas kasih-Nya mau mengajarkan Yunus bahwa Ia mengasihi Yunus dan juga mengasihi bangsa Niniwe dan karena itulah Allah mengampuni mereka. Allah ingin Yunus mengerti bahwa Yunus tidak berhak untuk marah karena Allah-lah yang sebenarnya berhak untuk memberikan belas kasih-Nya kepada siapa Dia mau memberikannya. Saudara, ada seorang ibu yang sudah lebih dari 25 tahun menikah. Suaminya adalah seorang yang bertanggung jawab, setia kepada isterinya dan merupakan tulang punggung keluarga. Sang suami juga adalah seorang aktifis gereja yang bertanggung jawab. Pada suatu malam, sehabis rapat dari gereja, sang suami dan rekannya berjalan menuju mobil yang diparkirkan di seberang jalan. Saat menyeberang jalan, mereka asik berdiskusi sehingga tidak memperhatikan bahwa dari kejauhan ada motor yang sedang melaju sangat kencang ke arah mereka. Ketika motor itu sudah sangat dekat, sang suami baru menyadari bahwa mereka tidak mungkin menghindari tabrakan itu. Dia pun segera mendorong tubuh rekannya ke depan untuk menyelamatkan rekannya. Dan BAM! Motor dengan kecepatan tinggi itu menabraknya dan menghempaskan badannya ke trotoar. Saudara, sang suami pada akhirnya meninggal, dan belakangan diketahui penabraknya adalah seorang anak SMP yang agak mabuk dan bahkan SIM pun tidak punya. Saudara, ketika mengetahui hal ini sang isteri sangat berduka. Ia telah kehilangan seorang yang sangat dicintainya, yang telah mendampinginya selama lebih dari 25 tahun melewati berbagai suka dan duka bersama. Pada saat itu ia sangat membenci anak SMP itu. Akan tetapi setelah melalui pergumulan yang panjang bersama TUHAN, sang isteri menyadari bahwa Allah telah terlebih dahulu mengasihi dan mengampuni dirinya maka dari itu ia mau untuk mengampuni dan mengasihi anak yang telah menabrak suaminya. Akhirnya sang isteri dapat mengampuni anak SMP itu. Dengan tetesan air mata, sang isteri itu sanggup berkata, “Nak, tante sudah mengampunimu. Tahukah mengapa tante mau mengampunimu? Karena Tuhan Yesus sudah mengasihi dan mengampuni dosa tante. Tuhan Yesus mengasihimu juga dan mau untuk mengampunimu. Apakah kamu percaya itu?” Sang isteri sanggup untuk mengasihi anak SMP yang telah membunuh suaminya. Saudara, sang isteri pada awalnya berpikir bahwa anak SMP yang telah membunuh suaminya itu tidak layak untuk dikasihi. Bagaimana dengan kita saat ini? Adakah orang-orang yang menurut kita tidak layak untuk dikasihi? Mungkin mereka yang tidak layak itu adalah teroris, penjahat-penjahat yang tinggal di penjara, pecandu narkoba, pelaku seks bebas, gay, lesbian, penderita AIDS. Atau orang-orang yang tidak layak untuk dikasihi menurut kita itu adalah orang-orang yang tinggal di jalanan, pengamen jalanan, orang cacat, pemulung, atau orang miskin lainnya. Atau jangan-jangan orang yang tidak layak dikasihi itu adalah orang-orang yang ada di sekitar kita, orang-orang yang telah menyakiti hati kita baik lewat perbuatan maupun kata-kata? Atau orang yang pernah menyakiti atau mencelakai keluarga kita? Mungkin orang yang telah menyakiti kita itu adalah orang yang tidak kita kenal, atau orang yang tidak terlalu dekat dengan kita. Mungkin orang itu adalah teman masta kita, teman kamar kita, teman dekat kita, sahabat kita atau bahkan mungkin itu adalah orang tua kita sendiri. Saudara, apa bedanya kita dengan mereka? Kita sama-sama orang berdosa dan tidak layak untuk dikasihi. Tetapi Tuhan Yesus sudah mengasihi kita dengan berlimpah. Ia telah mengampuni dan melayakkan kita untuk menjadi anak-Nya. Saudara-saudara, kalau Tuhan sudah mengasihi kita yang tidak layak untuk dikasihi, maka seharusnya kita pun mengasihi mereka yang dikasihi Allah meskipun menurut kita mereka tidak layak untuk dikasihi karena Allah mengasihi mereka sama seperti Allah mengasihi kita. Penutup Saudara-saudara, kita sebagai hamba Tuhan tidak berhak memilih siapa yang layak atau tidak layak untuk dikasihi. Apalagi sampai marah karena tidak bisa menerima mereka yang dikasihi dan diampuni oleh Tuhan. Tuhan ingin kita mengerti dan belajar untuk mengasihi mereka meskipun menurut kita, mereka tidak layak untuk dikasihi dan diampuni karena Allah mengasihi mereka sama seperti Allah mengasihi kita. Saudara, marilah kita mengingat kembali bagaimana Yesus sudah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kita. Kita sebagai orang yang telah menerima kasih Kristus itu terlebih dahulu, marilah kita menyambut mereka yang telah bertobat dengan kasih dan terus mendoakan mereka yang belum bertobat. Bukan hanya mendoakan saja, tetapi mari kita kabarkan injil kepada mereka yang belum mengenal Yesus Kristus sebagai satu-satunya Juruselamat manusia. Mari kita mengasihi mereka yang dikasihi dan diampuni oleh Allah karena Allah terlebih dahulu telah mengasihi kita. Dan saat kita mengasihi mereka maka hidup kita akan memancarkan terang kasih Tuhan dan nama Tuhan dimuliakan dalam hidup kita. Biarlah kita boleh menjadi alat di tangan Tuhan untuk mengabarkan injil. Biarlah kita boleh menjadi hamba yang setia mengerjakan bagian kita. Biarlah ketika kita mempertanggungjawabkan hidup kita di hadapan Tuhan, Tuhan dapat berkata bahwa kita ini adalah hamba yang baik dan setia. Amin |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar