16 Mei 2011

Eksegese 1 Korintus 5:1-13

Oleh Megawati Rusli



LITERARY ANALISIS
A.    Batasan teks
·         Permulaan dari teks ini dimulai dengan laporan lisan, “Memang orang mendengar, bahwa …” (5:1). 
·         Acuan seperti ini juga dipakai sebagai pendahuluan dalam membahas perikop-perikop yang sebelumnya (Pasal 1-4): “Sebab, saudara-saudaraku, aku telah diberitahukan oleh orang-orang dari keluarga Kloe tentang kamu (1:11).
·         Permulaan dari sesi yang baru dinyatakan dengan jelas dalam perubahan topik dari perintah untuk meneladani Paulus dan suatu peringatan kepada orang-orang sombong (4:14-21) kepada topik percabulan antara anak dan istri ayahnya (5:1-13).
·         Pasal 6:1-11 mengisahkan topik baru, yaitu mencari keadilan pada orang-orang yang tidak beriman, yang merupakan unit yang berbeda dengan 5:1-13.

B.     Kesatuan teks
·         Kesatuan teks sebagai satu unit pikiran didukungan dengan adanya konsep yang sama terjadi berulang-ulang:
o   Percabulan (ay.1), orang-orang cabul (ay.9), semua orang cabul (ay.10), bergaul dengan orang-orang cabul (ay.11), dan orang-orang yang melakukan kejahatan (ay.13).
o   Perintah untuk mengusir orang yang melakukan percabulan itu (ay.2, 4-5, 7, 13).
o   Menghukum orang tsb (ay.3, 12, 13).
·         Adanya suatu inklusio antara ayat 1 dan ayat 13, yaitu antara “percabulan” atau “orang yang berbuat cabul” dan “orang-orang yang melakukan kejahatan.”
·         Perintah “menjauhkan” orang tsb dalam ayat 2 diulang lagi dalam ayat 13 “Usirlah orang yang …”
Kesimpulannya: 1 Korintus 5:1-13 merupakan satu unit pikiran yang berbeda.

C.     Analisis Struktur Teks dan Pembagiannya

Memang orang mendengar, bahwa ada percabulan di antara kamu,
                                                    dan percabulan yang begitu rupa,
                                                    spt yg tdk terdapat sekalipun di antara bangsa-bangsa
                                                                                                                  yg tidak mengenal Allah,   
                                                     yaitu bahwa ada orang yang hidup dengan isteri ayahnya.
Sekalipun demikian kamu sombong.
       Tidakkah lebih patut kamu berdukacita
                                                                dan menjauhkan orang
                                                                      yg melakukan hal itu dari tengah-tengah kamu?
Sebab aku,
 sekalipun secara badani tidak hadir, tetapi secara rohani hadir,
 aku —sama seperti aku hadir—
    telah menjatuhkan hukuman atas dia,
                                                               yang telah melakukan hal yang semacam  itu.
4  Bilamana kita berkumpul dalam roh,
                    kamu bersama-sama dengan aku,
    dengan kuasa Yesus, Tuhan kita,
orang itu harus kita serahkan dalam nama Tuhan Yesus kepada Iblis,
sehingga binasa tubuhnya,
agar rohnya diselamatkan pada hari Tuhan.
Kemegahanmu tidak baik.

Tidak tahukah kamu, bahwa sedikit ragi mengkhamiri seluruh adonan?
                                    7  Buanglah ragi yang lama itu,
           supaya kamu menjadi adonan yang baru,
           sebab kamu memang tidak beragi.
                            Sebab anak domba Paskah kita jg tlh disembelih,
                                                                        yaitu Kristus.
8  Karena itu marilah kita berpesta,
  bukan dengan ragi yang lama,
  bukan pula dengan ragi keburukan
                                                      dan kejahatan,
  tetapi dengan roti yang tidak beragi,
                                        yaitu kemurnian dan kebenaran.

Dalam suratku telah kutuliskan kepadamu,
 supaya kamu jangan bergaul dengan orang-orang cabul.
                            10  Yang aku maksudkan
bukanlah dengan semua orang cabul pada umumnya dari dunia ini
atau dengan semua orang kikir
                                dan penipu
                                atau dengan semua penyembah berhala,
karena jika demikian kamu harus meninggalkan dunia ini.
11  Tetapi yang kutuliskan kepada kamu ialah,
  supaya kamu  jangan bergaul dengan orang,
                      yang sekalipun menyebut dirinya saudara,
                      adalah orang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah,
                      pemabuk atau penipu;
 dengan orang yang demikian janganlah kamu sekali-kali makan bersama-sama.

12  Sebab dengan wewenang apakah aku menghakimi mereka,
                                                                                        yang berada di luar jemaat?
                Bukankah kamu hanya menghakimi mereka
                                       yg berada di dalam jemaat?
              13  Mereka yang berada di luar jemaat akan dihakimi Allah.
Usirlah orang yang melakukan kejahatan dari tengah-tengah kamu.

Pembagian Struktur Teks
·      Teks 1 Korintus 5:1-13 ini dapat dibagi menjadi tiga bagian: ayat1-6a, ayat 6b-8, dan ayat 9-13. 
o  Ayat 1-6b merupakan satu bagian karena:
     mempunyai satu subyek yang sama, yaitu seorang anggota gereja yang telah melakukan percabulan dan kesombongan gereja yang tidak memberikan sangsi. 
     Lagi pula, ada suatu inklusio antara ayat 2 “kamu sombong” dan ayat 6a “kemegahanmu tidak baik.”
     Adanya pengulangan perintah untuk mendisplin dalam ayat 2c, 3-4, 5.
o   Ayat 6b-8 juga merupakan satu bagian sendiri karena:
     mulai dengan formula pembukaan, “Tidak tahukah kamu bahwa…” dan berakhir dengan penyimpulan “karena itu” (ay. 8).
     Bagian ini menempatkan dasar teologis dari perintah dari bagian pertama (ay.1-6a) dengan menggunakan gambaran dari ragi yang kemudian mengacu kepada Kristus, sebagai anak domba Paskah.
     Kata “ragi” dan “adonan” tidak terdapat di dalam ayat-ayat yang lain kecuali dalam ayat 6 (2x), ayat 7 (2x) dan ayat 8 (3x)
o  Ayat 9-13 merupakan satu bagian pula karena:
     menyimpulkan percakapan di atas dengan memberikan suatu penjelasan tentang surat Paulus yang lebih dulu yang disalah mengertikan oleh jemaat Korintus.
     Kata “hukuman” yang ada di ayat 3 muncul lagi tiga kali dalam ayat 12-13.
     Setelah itu, bagian ini ditutup dengan pengulangan perintah yang telah muncul dalam ayat 2, “Usirlah orang yang melakukan kejahatan dari tengah-tengah kamu.”
·      Jadi, pembagian struktur dari 1 Korintus 5:1-13 menjadi:
I.      Peliharalah kekudusan jemaat Kristen dari dosa percabulan (ay.1-6a)
II.   Peliharalah kekudusan jemaat Kristen karena Kristus telah menyucikannya (ay.6b-8)
III.Peliharalah kekudusan jemaat Kristen dengan menegakkan disiplin gereja (ay.9-13)

HISTORICAL-CULTURAL BACKGROUND, WORD MEANING, & GRAMMATICAL ANALYSIS
I.       Jagalah kekudusan tubuh Kristus dari dosa percabulan (ay. 1-6a)
Ada dua persoalan yang terdapat dalam teks ini.  Pertama adalah persoalan seorang pria yang hidup dan melakukan perzinahan dengan istri ayahnya (ay. 1).  Dari teks itu sendiri kita tidak banyak mendapat informasi yang sebenarnya.  Tetapi, wanita tersebut pasti bukan ibu dari laki-laki tersebut karena ia disebut sebagai “istri ayahnya,” bukan “ibunya.”  Ia mungkin istri ayahnya yang kesekian.[1]  Apakah pria itu melakukan perzinahan setelah wanita itu berpisah dari ayahnya atau diceraikan oleh ayahnya atau telah menjanda tidaklah jelas.  Dalam budaya Hellenis, seorang istri sering jauh lebih muda daripada suaminya.  Jadi, anak dan ibu tirinya mungkin berusia sepadan.  Nampaknya, wanita tersebut bukan anggota gereja Korintus, karena keputusan pengucilan diformulasikan dalam maskulin singular “kamu”[2];  kalau tidak pasti wanita itu juga telah menjadi sasaran perintah Paulus untuk didisiplin (ay. 2-5, 11-13).[3] 
Persoalan kedua adalah gereja Korintus bukan hanya bersikap toleran terhadap keadaan tersebut tapi juga sombong (ay. 2) dan bangga (ay. 6a).  Di sini nampak bahwa fokus utama  Paulus bukanlah pribadi orang yang melakukan percabulan tersebut, tapi sikap gereja Korintus dalam menghadapi persoalan itu.  Mereka telah mengetahui adanya percabulan tersebut (5:1).  Itu ditunjukkan dengan perkataan Paulus, “Ada orang yang hidup dengan istri ayahnya.”  Kata kerja ada (has, present infinitive) menunjukkan suatu hubungan yang bersifar permanent;[4] itu bukan dosa sekali waktu.  Dan formula pembukaan dalam ay. 6b (“Tidak tahukah kamu …”) menegaskan bahwa mereka mengetahui perbuatan itu tidak benar. [5]  
PL melarang dengan tegas aktifitas seksual antara seorang laki-laki dengan istri ayahnya (Im. 18:8; 20:11; Ul 22:30).  Aktivitas demikian dapat mengakibatkan kutukan dan kematian (Ul 27:20).  Di antara orang-orang kafir penyembah berhala, baik Yunani dan Romawi, kelakuan seperti itu dianggap sebagai tindakan yang sangat tercela sehingga mereka sangat geram karenanya.  Ini tidak berarti percabulan semacam itu tidak terjadi di antara mereka, tapi menegaskan bahwa mereka memberi sanksi yang berat pada orang-orang yang melakukan hal itu.  Anehnya, justru, kelakuan seperti itu ditolerir oleh gereja Korintus.
Jemaat Korintus seharusnya telah mengambil dua tindakan sehubungan dengan perbuatan tersebut: (1) mereka seharusnya bersedih dan malu bukan merasa bangga; (2) lalu, mereka seharusnya menyerahkan orang itu kepada iblis.
“Sebab aku, sekalipun secara badani tidak hadir, tetapi secara rohani hadir” adalah frasa yang sering digunakan oleh penulis-penulis surat untuk mengekspresikan kedekatan mereka dengan pembaca dengan mengatakan bahwa meskipun mereka tidak hadir secara tubuh mereka hadir di dalam “roh” atau pikiran.  Dalam beberapa kasus, surat itu sendiri mengkomunikasikan kehadiran dari si penulis.  Tetapi ungkapan ini selalu diartikan sebagai satu pernyataan kedekatan yang menunjukkan bahwa pikiran-pikiran Paulus ada bersama dengan mereka.  Ketika gereja Korintus menganggap sepi persoalan tersebut Paulus telah mengumumkan penilaiannya atas orang yang melakukan percabulan itu.  Ia telah menilai situasi dan menyimpulkan bahwa orang tersebut bersalah di hadapan Allah dan harus didisiplin.
Ungkapan: “Orang itu harus kita serahkan dalam nama Tuhan Yesus kepada iblis, sehingga binasa tubuhnya, agar rohnya diselamatkan pada hari Tuhan” bisa berarti pengucilan orang tersebut dari kumpulan orang percaya (lihat I Tim 1:19-20).  Gordon Fee menyatakan, “Orang ini harus dikembalikan ke dalam dunia, di mana setan dan pemimpin-pemimpinnya dan kuasa-kuasanya masih menguasai kehidupan orang-orang untuk menghancurkan mereka.” [6]   “Setan, bagi Paulus, adalah satu makhluk spiritual yang melawan Allah dan umatNya.  Kata setan dalam bahasa Ibrani berarti ‘permusuhan.’” [7]  Gereja tidak dapat secara harafiah menyerahkan orang itu kepada setan karena hanya Allah saja yang mampu untuk membawa orang tersebut kepada pengadilan yang kekal.  Kalimat itu berarti memaksa dia untuk melihat konsekuensi daripada dosa dengan hidup di dalam lingkungan di mana setan berpengaruh – dunia terpisah dari Kristus dan gereja.
Orang yang berdosa itu harus diserahkan kepada setan “sehingga binasa tubuhnya.”  Kata tubuh atau sarx telah ditafsirkan pertama sebagai sifat keberdosaan; kedua sebagai tubuh jasmani.  Nampaknya, yang paling mungkin adalah tubuh yang bersifat jasmani.  Dengan penafsiran ini, setan dapat menjadi alat Allah di dalam penyucian fisik dari orang tersebut.[8]  Pembinasaan tubuh ini adalah konsekuensi dari pengucilan atau disiplin gereja.  Meskipun tindakan ini bersifat menghukum, tetapi juga dirancang untuk membawa perbaikan spiritual bagi orang tersebut.  Mungkin Paulus berpikir bahwa tanpa dukungan rohani dari orang-orang Kristen, orang tersebut dalam kesendirian dan kesepiannya mudah-mudahan menjadi sadar, sehingga ia dapat bertobat dari dosa-dosanya.  Paulus mengakhiri bagian ini dengan memperingatkan kembali jemaat Korintus bahwa kesombongan mereka karena tidak menangani masalah tersebut adalah tidak baik.

II.    Jagalah kekudusan tubuh Kristus karena Kristus telah menyucikan kita (ay. 6b-8)
Melalui kiasan ragi yang mengkhamiri seluruh adonan, Paulus pada ayat ini memberikan penjelasan secara teologis akan perintahnya kepada jemaat untuk mengusir jemaat yang melakukan percabulan (ay. 1-5).  Jemaat Korintus yang sombong itu gagal dalam menyadari bahwa dosa tsb, sekalipun hanya dilakukan oleh seorang jemaat, telah merusak seluruh komunitas jemaat Korintus. 
“Ketika Paulus memerintahkan jemaat untuk membuang ragi yang lama, ia tidak sedang memerintahkan jemaat Korintus untuk membersihkan diri mereka secara pribadi, tetapi ia sedang mengulangi mengatakan kepada jemaat agar mereka membersihkan komunitas itu dari orang yang telah berbuat dosa percabulan tersebut.” [9]  Dengan menyingkirkan orang tersebut dari komunitas itu, mereka memisahkan dia dari perlindungan Allah yang menyelamatkan.  Gereja harus membuang “ragi yang lama,” yakni orang yang melakukan dosa percabulan, dengan demikian tubuh Kristus menjadi seperti adonan yang baru.
Kiasan ini diambil dari peristiwa perayaan Paskah yang memperingati terbebasnya bangsa Israel dari tanah Mesir.  Pada waktu itu bangsa Israel begitu terburu-burunya meninggalkan Mesir sehingga mereka tidak mempunyai waktu untuk membiarkan adonan roti mereka beragi, kemudian generasi berikutnya diperintahkan untuk memperingati Paskah dengan roti tidak beragi.  Allah memerintahkan mereka untuk makan roti tidak beragi selama tujuh hari, dan pada hari pertama mereka harus membuang ragi dari rumah mereka (Kel. 12:14-20) [10]  Alasan orang Yahudi membuang ragi dari rumah mereka bukan hanya karena alasan teologis namun karena alasan kesehatan pula.  Proses fermentasi yang berlangsung berminggu-minggu itu dapat meningkatkan bahaya karena infeksi. Gordon Fee mengatakan,  

“Dalam PB ragi menjadi lambang dari kejahatan yang menyebar secara diam-diam dan berbahaya dalam satu komunitas sampai akhirnya keseluruhan komunitas itu tercemar.  Demikian juga dengan jemaat Korintus.  Persoalan mereka adalah mereka tidak menanggapi hal tersebut secara serius baik dosa itu sendiri maupun bahaya tercemar karena dosa tersebut.”[11]

Paulus mengatakan bahwa jemaat Korintus adalah roti yang tidak beragi bagi Kristus, domba Paskah yang telah dikorbankan itu.  Paulus di sini menunjuk pada pentingnya arti kematian Kristus bagi manusia dengan segala akibat dosa yang dihadapinya.  Melalui Yesus, Allah telah menyelamatkan umat pilihannya dari murkaNya yang menghancurkan.  Melalui apa yang Allah perbuat melalui Yesus Kristus, jemaat Korintus telah dibebaskan dari dosa yang merusak kehidupan mereka dan menjadi orang-orang yang telah diberi kuasa untuk menjadi anak-anak Allah.  Mereka menjadi seperti roti yang baru, yang hidup dalam kekudusan dan kebenaran.  Oleh karena itu seluruh ragi – semua kejahatan – harus dibuang dari mereka.
Kata “oleh karena itu” (hoste) dalam ayat 8 menunjukkan bahwa Paulus memberikan konklusi logis dari penjelasannya itu.  Kalimat “marilah kita berpesta” berarti bahwa orang Kristen di Korintus harus hidup tanpa ragi yang lama yang dicirikan dengan kefasikan dan kejahatan.  Mereka seharusnya hidup sebagai adonan yang baru dari roti yang tidak beragi yang dicirikan dengan kelahiran kembali, dibersihkan dari kehidupan mereka yang jahat.  Mereka seperti roti yang baru, hidup dalam kekudusan dan kebenaran.  Oleh karena itu, dosa percabulan dan perzinahan tidak dapat ditolerir atau dibiarkan dalam gereja. 

III. Jagalah kekudusan tubuh Kristus dengan menegakkan disiplin gereja A(ay. 9-13)
Pada bagian ini, kelihatannya Paulus membicarakan topik yang baru yang tidak berkaitan dengan hal sebelumnya.  Namun, bagaimanapun juga persoalan tersebut berhubungan erat dengan apa yang diungkapkan dalam ayat 1-8.  Pertama, Paulus memunculkan persoalan yang telah ditulisnya dalam surat sebelumnya, yang sekarang hilang, mengenai perintahnya untuk tidak bergaul dengan orang-orang cabul (ay. 9).  Kelihatannya seolah-olah jemaat Korintus salah mengerti atau sengaja salah menginterpretasikan perintah Paulus sebelumnya itu.  “Mungkin mereka menangkap ketidakjelasan kata-kata dalam suratnya itu dengan maksud untuk mendiskreditkannya.” [12]  Sebenarnya, mereka tidak mau mentaati Paulus dan menentang otoritasnya seperti yang ditunjukkan pada I Kor 4:18.  Selanjutnya, Paulus menjelaskan bahwa bukanlah maksudnya bahwa jemaat harus menjauhkan diri dari orang-orang di dunia yang cabul, karena itu berarti meninggalkan dunia seluruhnya (ay 10).
Kedua, Paulus menjelaskan bahwa ia telah memerintahkan mereka untuk tidak bergaul dengan mereka yang menyebut dirinya “saudara”, namun adalah orang-orang cabul seperti yang disebutkan sebelumnya dalam ayat 1-8 (ay. 10-11).  Mungkin jemaat di Korintus telah mencoba untuk mencampuradukkan istilah orang fasik bagi mereka yang ada di dalam dan di luar gereja.  Di sini, Paulus menunjukkan perbedaan yang penting antara keterlibatan gereja dengan orang yang di dalam dan di luar gereja.  Hays menyatakan bahwa Paul tidak meminta jemaat Korintus untuk memisahkan diri sama sekali dari orang-orang kafir. “Kesucian gereja adalah masalah intern akan disiplin dan integritas bukanlah masalah keterpisahan dari dunia.”[13]  Untuk menjelaskan lebih lanjut, Paulus meneruskannya dengan mengatakan “Tetapi yang kutuliskan kepada kamu ialah, supaya kamu jangan bergaul dengan orang, yang sekalipun menyebut dirinya saudara, adalah …(ay 11).  Kata “bergaul” (synanamignysthai) dalam ayat 9 dan 12 secara harafiah berarti bercampur dan dalam konteks persetubuhan itu berarti bergaul erat dengan cara yang intim.  Dapat dimengerti di sini bahwa maksud Paulus kepada jemaat Korintus adalah mereka tidak bergaul dan juga tidak membiarkan seseorang yang menyebut dirinya saudara di dalam gereja tetapi melakukan kefasikan/kejahatan.
Macam pergaulan yang tidak diperbolehkan dengan saudara yang salah tersebut dijelaskan dalam perintah “Dengan orang yang demikian janganlah kamu sekali-kali makan bersama-sama.”  Dalam alkitab, berkumpul di sekitar meja makan berarti bukan hanya makan dan minum bersama tetapi juga berarti menikmati persekutuan bersama.  Dalam hal makan bersama, orang Kristen menunjukkan kesatuan mereka satu dengan lainnya.  Hal ini sungguh-sungguh dapat mengaburkan identitas gereja sebagai umat Allah yang kudus.  Makan di sini harus dipahami sebagai pesta kasih orang-orang Kristen dan juga perjamuan Tuhan (lihat 11:17-34) (15)
Ketiga, Paulus memberikan kesimpulannya dengan mengutip dari Ul. 17:7 yang secara explicit mengulang perintah dalam ayat 2, 5 dan 7 (ay 13).  Di sini Paul mengajarkan bahwa adalah logis bila gereja melaksanakan disiplin rohani terhadap jemaatnya, namun tidak logis bila jemaat menghakimi mereka yang di luar gereja karena penghakiman adalah hak Allah.  Pertanyaan Paulus “Bukankah kamu harus mengadili yang di dalam gereja?” adalah ditujukan untuk gereja secara keseluruhan bukan secara individual setiap jemaatnya; meskipun, pertanyaan ini dapat menghasilkan jawaban negative.  Secara tata bahasa Yunani, pertanyaan ini mengharapkan jawaban “Ya, kami harus menghakimi mereka yang di dalam gereja.”  Hal inilah yang dibahas dalam seluruh perikop ini, yang diungkapkan dalam ayat 3-6a juga dalam analogi pada ayat 6b-7 dan dalam penjelasan akan surat terdahulu dalam ayat 11.
Akhirnya, dengan dasar pada argumentasi sebelumnya, Paulus menyimpulkan “Usirlah orang yang melakukan kejahatan dari tengah-tengah kamu.” (ay. 13).  Kesimpulan ini adalah kutipan dari formula perintah Allah kepada bangsa Israel dalam PL (Ul. 13:5; 17:7; 19:19; 21:21; 22:21, 24; 24:7).  Allah sering memerintahkan umatnya untuk membuang pelaku-pelaku kejahatan di antara mereka dengan cara eksekusi.  Jika tidak, keberadaan orang-orang fasik dapat menghalangi berkat Allah bagi komunitas secara keseluruhan dan membawa kematian bagi orang lain (Josua 7:5,25) (17).

Kesimpulan
Dalam perikop ini, Paulus mengkritik sikap dari Jemaat Korintus yang bukan hanya mentolerir orang yang cabul, namun juga sombong, congkak dan angkuh.  Paulus melihat bahaya yang serius yang mengancam identitas gereja mula-mula, sebagai orang kudus Allah yang telah disucikan oleh Domba Paskah – Yesus Kristus.  Layaknya sedikit ragi mengkhamirkan seluruh adonan, mentolerir dosa penyimpangan seksual dapat menghancurkan seluruh kesaksian Kristen, karena satu dari ciri-ciri orang Kristen yang berbeda dari agama-agama lain dan dari budaya saat itu adalah kekudusan dalam kehidupan seks.  Oleh karena itu, dengan tegas Paulus memerintahkan jemaat Korintus untuk mengusir orang fasik dari tengah-tengah mereka.  Jelaslah bahwa tujuan utama dari disiplin gereja adalah untuk menjaga tubuh Kristus dari pencemaran yang berbahaya, yaitu sisi negatip dari dunia sekuler; dan bagaimana pun juga tindakan ini baik bagi pendosa.  Jadi, amanat teks dari 1 Korintus 5:1-13 adalah Paulus memerintahkan jemaat Korintus supaya “dosa percabulan yang ada di dalam kekudusan tubuh Kristus disingkirkan dengan cara menjalankan disiplin gereja.”

Amanat Teks: 

Subyek:  Apa yang harus dilakukan oleh gereja Korintus dalam menghadapi dosa
               percabulan yang ada gereja itu?

Kompolemen:  Harus  disingkirkan dengan cara menjalankan disiplin gereja.

Aamanat Teks:  Dosa percabulan yang ada di dalam kekudusan tubuh Kristus harus disingkirkan
         dengan cara menjalankan disiplin gereja.


[1] Richard B. Hays, First Corinthians: Interpretation, a Bible Commentary for Teaching and Preaching  (Louisville: John Knox, 1997), 81.
[2] Richard A. Horsley, 1 Corinthians (Nashville: Abingdon, 1998), 79.
[3] Hays. First Corinthians,  81.
[4] Marion L. Soards,  New International Biblical Commentary (Peabody: Hendrickson, 1999), 111.
[5] Soards suggest, “Boasting in this verse echoes the major theme of chs.1-3 and resounds the note struck at 4:7.  This theme is never far out of sight, no matter what Paul’s focus in the various section of 1 Cor.” (Ibid., 119).
[6] Gordon D. Fee, The First Epistle to the Corinthians (Grand Rapids: Eerdmans, 1987), 208.
[7] Anthony Palma, Full Life Bible Commentary to the New Testament, ed. French L. Arrington & Roger Stronstand (Grand Rapids: Zondervan, 1999), 826.
[8] Palma, Full Life, 826.
[9] Hays, First Corinthians, 83.
[10] G. D. Fee explains leaven is not like yeast.  Yeast is fresh and rises a dough.  Leaven is not fresh and used in dough after dough (Fee, The first Epistle, 216).   
[11] Ibid., 214.
[12] Fee, The First Epistle, 221.
[13] Hays, First Corinthians, 87.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar