Oleh Rudi Setiono
ANALISA SASTRA (LITERARY ANALISYS)
I. Struktur Teks (Penulisan Ulang Struktur Teks)
1 Datanglah firman TUHAN kepada Yunus bin Amitai,
demikian:
2 `` Bangunlah,
pergilah ke Niniwe,
kota yang besar itu,
berserulah kepada mereka,
karena kejahatan mereka telah sampai sampai kepada-Ku.``
3 Tetapi Yunus bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis,
jauh dari hadapan TUHAN;
ia pergi ke Yafo,
dan mendapatkan di sana sebuah kapal,
yang akan berangkat ke Tarsis.
Ia membayar biaya perjalanannya,
lalu naik kapal itu untuk berlayar
bersama-sama dengan mereka ke Tarsis,
jauh dari hadapan TUHAN.
4 Tetapi TUHAN menurunkan angin ribut ke laut,
lalu terjadilah badai besar,
sehingga kapal itu hampir-hampir terpukul hancur.
5 Awak kapal menjadi takut,
Masing-masing berteriak kepada allahnya,
dan mereka membuang ke dalam laut segala muatan kapal itu
untuk meringankannya.
Tetapi Yunus telah turun ke dalam ruang kapal yang paling bawah
dan berbaring di situ,
lalu tertidur dengan nyenyak.
6 Datanglah nahkoda kapal mendapatkannya sambil berkata:
`` Bagaimana mungkin engkau tidur begitu nyenyak?
Bangunlah ,
berserulah kepada Allahmu,
barangkali Allah itu akan mengindahkan kita,
sehingga kita tidak binasa.``
7 Lalu berkatalah mereka satu sama lain:
``Marilah kita buang undi,
supaya kita mengetahui,
karena siapa kita ditimpa oleh malapetaka ini.``
Mereka membuang undi
dan Yunuslah yang kena undi.
8 Berkatalah mereka kepadanya:
``Beritahukanlah kepada kami,
karena siapa kita ditimpa oleh malapetaka ini.
Apa pekerjaanmu dan dari mana engkau datang,
apa negerimu dan dari bangsa manakah engkau?``
9 Sahutnya kepada mereka:
``Aku seorang Ibrani;
aku takut akan TUHAN,
Allah yang empunya langit,
yang telah menjadikan lautan dan daratan.``
10 Orang-orang itu menjadi sangat takut,
lalu berkata kepadanya:
``Apa yang telah kauperbuat?``
- sebab orang-orang itu mengetahui,
bahwa ia melarikan diri,
jauh dari hadapan TUHAN.
Hal ini telah diberitahukannya kepada mereka.
11 Bertanyalah mereka:
`` Akan kami apakan engkau,
supaya laut menjadi reda dan tidak menyerang kami lagi,
sebab laut semakin bergelora.``
12 Sahutnya kepada mereka:
``Angkatlah aku,
campakkanlah aku ke dalam laut,
maka laut menjadi reda
dan tidak menyerang kamu lagi.
Sebab aku tahu,
bahwa karena akulah badai besar ini menyerang kamu.``
13 Lalu berdayunglah orang-orang itu dengan sekuat tenaga
untuk membawa kapal itu kembali ke darat,
tetapi mereka tidak sanggup,
sebab laut semakin bergelora menyerang mereka.
14 Lalu berserulah mereka kepada TUHAN,
katanya:
``Ya TUHAN,
janganlah kiranya Engkau biarkan kami binasa
karena nyawa orang ini
dan janganlah Engkau tanggungkan kepada kami darah orang yang tidak bersalah,
sebab Engkau, TUHAN,
telah berbuat seperti yang Kaukehendaki.``
15 Kemudian mereka mengangkat Yunus,
lalu mencampakkannya ke dalam laut,
dan laut berhenti mengamuk.
16 Orang-orang itu menjadi sangat takut kepada TUHAN,
lalu mempersembahkan korban sembelihan bagi TUHAN
serta mengikrarkan nazar.
17 Maka atas penentuan TUHAN
datanglah ikan besar yang menelan Yunus;
dan Yunus tinggal di dalam perut ikan itu tiga hari tiga malam lamanya.
II. A. Batasan Teks
- Teks ini merupakan teks yang terletak di permulaan kitab Yunus, atau dengan kata lain sebagai pasal pertama kitab Yunus. Teks ini tentunya merupakan bagian yang berbeda dengan pasal terakhir dari kitab sebelumnya (Kitab Obaja).
- Pasal 1 ini merupakan pendahuluan dalam mengerti dan membahas perikop-perikop selanjutnya: ``Datanglah firman Tuhan kepada Yunus bin Amitai,…``
- Teks selanjutnya sudah memasuki pasal 2:1-10 yang berbicara mengenai doa seruan dan ucapan syukur Yunus di dalam perut ikan besar. Teks ini merupakan kesinambungan dari teks sebelumnya tetapi merupakan unit pikiran yang berbeda.
- Dapat disimpulkan bahwa Yunus 1:1-17 merupakan satu unit pikiran berupa cerita narasi yang utuh dan berbeda dengan bagian sebelum dan sesudahnya.
B. Kesatuan Teks
- Kesatuan teks sebagai satu unit pikiran di dukung dengan adanya kata keterangan ``Datanglah firman Tuhan kepada Yunus bin Amitai,…`` Dan terdapat pula kata penghubung, seperti: tetapi, dan, lalu, sehingga, untuk, barangkali, supaya, karena, dari, sebab, bahwa, kemudian, serta, dan maka. Kata keterangan dan kata penghubung yang berulang-ulang ini dipakai oleh penulis teks untuk merangkai pemikiran dan tulisannya sehingga menghasilkan satu kesatuan teks secara utuh, lengkap dan kronologis.
- Adanya persamaan dan alur cerita narasi yang tak terputus dari peristiwa pengingkaran Yunus akan panggilan Tuhan pada dirinya, mulai dari firman Tuhan yang datang kepada Yunus untuk pergi ke Niniwe. Tetapi Yunus tidak mau melaksanakan perintah Tuhan itu sehingga Yunus lari ke Tarsis lewat laut untuk menghindarinya. Kemudian terjadi badai dahsyat di laut yang menimpa kapal yang ditumpangi Yunus. Kedapatan Yunus yang menyebabkan badai itu, dan pada akhirnya Yunus dilempar ke laut untuk meredakan badai itu. Maka atas penentuaan Tuhan seekor ikan besar menelan Yunus dan Yunus tinggal di dalamnya selama tiga hari tiga malam. Semua ini merupakan satu kesatuan cerita narasi yang lengkap, utuh dan kronologis.
- Adanya inklusio antara ayat 1 dan ayat 17, yaitu antara ``Datangnya firman Tuhan kepada Yunus ...” sampai akhir cerita ini, ``Yunus ditelan ikan besar.”
Kesimpulan: Yunus 1:1-17 merupakan satu unit pikiran berupa cerita narasi yang utuh dan berbeda dengan bagian sebelum dan sesudahnya (meskipun cerita ini masih ada hubungan dengan bagian sesudahnya, tetapi dalam unit pemikiran yang berbeda).
Pembagian Struktur Teks
Teks Yunus 1:1-17 ini dapat dibagi menjadi empat bagian: ayat 1-3, ayat 4-7, ayat 8-16, dan
ayat 17.
A. Perintah Tuhan datang kepada Yunus bin Amitai agar ia pergi ke Niniwe. (ayat 1-2)
B. Yunus menolak perintah Tuhan, ia naik kapal laut dari Yafo ke Tarsis. (ayat 3)
II. Ayat 4-7 Terjadi badai besar di laut
A. Terjadi badai besar yang menimpa kapal itu, sedangkan Yunus tertidur di dalamnya. (ayat 4-6)
B. Orang-orang di dalam kapal mengetahui bahwa Yunus-lah yang menyebabkan badai itu. (ayat 7)
III. Ayat 8-16 Kejadian di dalam kapal setelah mengetahui Yunuslah penyebab badai besar
IV. Ayat 17 Yunus ditelan ikan besar.
A. Yunus diinterogasi. (ayat 8-12)
B. Laut makin bergelora, mereka makin menghadapi kesukaran. (ayat 13-14)
C. Yunus dilempar ke dalam laut. (ayat 15-16)
Pembagian Struktur Kitab
I. Yunus melarikan diri (1:1-17)
II. Yunus berdoa kepada Tuhan di dalam perut ikan yang besar (2:1-10)
III. Yunus menyampaikan Firman Tuhan di Niniwe, dan pertobatan Niniwe (3:1-10)
IV. Kasih Tuhan sebagai pencipta dan kemarahan Yunus (4:1-11).
HISTORICAL-CULTURAL BACKGROUND, WORD MEANING, AND GRAMMATICAL ANALYSIS)
I. Ayat 1-3 Perintah Tuhan kepada Yunus untuk pergi ke Niniwe (Pengantar).
A. Perintah Tuhan datang kepada Yunus bin Amitai agar ia pergi ke Niniwe. (ayat 1-2)
Kitab ini dimulai dengan frasa ”Datanglah Firman Tuhan...” Frasa ini merupakan formula pembukaan yang umum ditemui dalam Perjanjian Lama, disebutkan kira-kira lebih dari 100 kali.[2] Frasa tersebut menunjukkan adanya komunikasi ilahi dari Allah kepada nabi-Nya atau kepada seseorang yang diminta untuk terlibat di dalam misi Allah yang spesial.[3] Dalam hal ini, Tuhanlah yang berinisiatif datang kepada Yunus[4], nabi-Nya dan menyampaikan secara langsung firman-Nya.[5] Tuhan memberikan Firman Tuhan berupa perintah kepada Yunus. Dalam perintah tersebut terdapat 3 kata perintah yang letaknya berurutan, yaitu bangunlah, pergilah, dan berserulah. Hal ini menunjukkan pentingnya perintah yang Tuhan ingin Yunus sampaikan. Sebagai seorang nabi, sudah seharusnya Yunus meresponi perintah Tuhan tersebut dengan segera.[6] Perintah Tuhan tersebut seharusnya menggerakkan Yunus untuk segera bertindak. Tuhan memanggil dan memberikan nabi-Nya, Yunus, sebuah tugas penting yang harus segera dilakukan. Tuhan datang dan memerintahkan Yunus untuk bangun, pergi dan berseru kepada orang-orang Niniwe.[7]
Niniwe merupakan kota besar dalam kerajaan Asyur.[8] Dalam sejarah bangsa Israel, kota Niniwe mempunyai reputasi yang buruk. Leluhur Israel pernah menderita di bawah kekejaman Niniwe. Kitab Nahum memberikan gambaran tentang reputasi kota Niniwe sebagai kota yang jahat dan kejam. Niniwe digambarkan sebagai kota darah, pusat dari kebengisan dan kekejaman.[9] Di dalam peperangan, orang Niniwe terkenal jahat, kejam dan biadab kepada korban mereka. Orang Niniwe suka berdusta, merampas barang milik orang lain, gampang menumpahkan darah orang lain, sering melakukan tindakan prostitusi/pelacuran, menggunakan ilmu-ilmu sihir, serta memperdagangkan manusia (Nah. 1:11; 2:12-13; 3:1,4,16,19).[10]
Ungkapan ``kejahatannya telah sampai kepada-Ku`` menggambarkan Yahweh sebagai ``Hakim atas seluruh bumi`` (Kej. 18:25; bnd. Kej. 6:13; 18:20-21).[11] Allah akan berbuat sesuatu dengan kota Niniwe ini, atas kejahatan yang telah mereka lakukan. Sungguh sebuah kota yang patut dihukum dan dimurkai oleh Tuhan, namun kepada kota Niniwelah, Yunus diutus oleh Tuhan untuk bangun, pergi, dan menyerukan pertobatan.
B. Yunus menolak perintah Tuhan, ia naik kapal laut dari Yafo ke Tarsis. (ayat 3)
Maka Yunus dengan segera, tidak berlama-lama, lari (melarikan diri) dari panggilan Tuhan, karena ia tahu bahwa panggilan itu sukar dan susah, sifat kemanusiaan Yunus berperan besar dalam pengambilan keputusan ini, Yunus tidak melakukan apa yang Tuhan mau ia lakukan sebagai nabi-Nya.[12] Tidak dijelaskan alasan kenapa Yunus tidak mau melakukan tugasnya ini, sampai kita dapat mengetahuinya di dalam Yun. 4:2, karena Yunus tahu bahwa Allah yang pengasih dan penyayang, panjang sabar, berlimpah kasih setia akan mengampuni orang Niniwe waktu mereka bertobat. Dan juga karena Niniwe merupakan musuh terbesar bangsa Israel dan sumber kehancuran dunia.[13]
Yunus melarikan diri ke Tarsis. Kemungkian letaknya Tarsis itu adalah di pantai barat Spanyol, pada muara sungai Guadalquivir.[14] Pantai barat Spanyol merupakan ujung yang paling barat untuk dunia yang diketahui manusia saat itu. Dengan melarikan diri ke Tarsis, Yunus betul-betul merasa ``jauh dari hadapan Tuhan.`` Kata ``jauh dari hadapan Tuhan`` sampai tertulis dua kali di ayat ini. Hal ini menandakan pertentangan yang tajam dengan sikap yang sebenarnya, yang dapat diharapkan dari seorang nabi ``berdiri (LAI: melayani) di hadapan Tuhan,`` Yunus tidak melakukan perintah Tuhan, malah melarikan diri dari hadapan Tuhan.[15]
Untuk mendapatkan kapal ke Tarsis, Yunus harus pergi ke Yafo.[16] Yafo adalah kota pelabuhan di sebelah barat laut Yerusalem, sekarang ini Yafo merupakan sebagian kota dari Tel-Aviv (Yaffa).[17] Diperkirakan dengan mengandalkan sumber penghasilannya atau uang yang ia miliki, Yunus membayar biaya perjalanannya.[18] Diperkirakan perjalanan dari Yafo ke Tarsis membutuhkan waktu selama satu tahun dan Yunus hanya ikut sebagai penumpang saja.[19] Dengan menumpang kapal ke Tarsis dan melarikan diri ke ujung bumi, Yunus sudah merasakan diri lolos dari panggilan Tuhan.[20]
II. Ayat 4-7 Terjadi badai besar di laut
A. Terjadi badai besar yang menimpa kapal itu, sedangkan Yunus tertidur di dalamnya. (ayat 4-6)
Yunus melarikan diri dengan naik kapal ke Tarsis. Kini, Tuhan mulai bertindak, Tuhan mulai menurunkan angin ribut (bah. Ibr. ``gadol``, LAI: ribut) yang menyebabkan badai besar, sehingga kapal hampir-hampir terpukul hancur. Kapal-kapal yang digunakan untuk pelayaran antar samudera atau antar lautan bukanlah merupakan kapal-kapal biasa yang kecil tetapi merupakan kapal khusus untuk tujuan pelayaran antar lautan ini. Kapal itu pasti besar, kuat dan mengagumkan.
Angin ribut dan badai ini tidak dapat diramalkan sebelumnya dan tidak terduga. Bila sebelumnya tahu akan terjadi badai, maka kapal tidak akan berangkat, karena mereka tentu orang-orang yang ahli dan sudah berpengalaman di dalam pelayaran samudera. Awak kapal ketakutan karena mereka menyangka hidup mereka akan berakhir. Dalam keadaan ketakutan, mereka berdoa kepada allahnya. Kemungkinan awak kapal itu terdiri dari orang dari berbagai bangsa dan negara (bnd. Yeh. 27:8).[21] Oleh karena itu masing-masing berteriak kepada allah yang mereka anut, dengan harapan allah itu akan membantu dalam kesukaran besar ini. Awak kapal bukan saja berdoa, melainkan juga mengambil tindakan nyata untuk menyelamatkan diri. Mereka membuang barang ke dalam laut untuk meringankan kapal.
Lalu dimanakah Yunus? Rupanya Yunus turun ke dalam ruang kapal yang paling bawah, kemudian berbaring dan tertidur. Kata `berbaring` merupakan kebalikan dari kata `bangun,` daripada `bangun` dan pergi ke Niniwe, Yunus memilih melarikan diri ke Tarsis dan `berbaring` di dalam kapal. Untuk sementara, kelihatannya Yunus dapat lepas dari panggilan Tuhan, ia berbaring di dalam kapal lalu tertidur dengan nyenyak.[22] Tingkah laku Yunus berlawan dengan tingkah laku para pelaut penyembah berhala itu yang mempunyai perasaan kuat terhadap kewajiban agamanya (berdoa), daripada Yunus.[23]
Nahkoda kapal yang mengecek kondisi kapalnya, mungkin mencari tahu bagaimana kondisi kapalnya sekarang menemukan Yunus yang sedang tertidur nyenyak, maka segera dibangunkannya Yunus saat itu juga. Nahkoda kapal lalu mendesak Yunus supaya dia berdoa kepada Allahnya, barangkali Allah yang Yunus sembah akan memperhatikan mereka. Makin banyak allah yang dipanggil, makin besar kemungkinan bahwa doa mereka akan dikabulkan. Tujuannya ialah ``sehingga kita tidak binasa.`` Awak kapal yakin bahwa badai besar itu datang dari para allah dan oleh karena itu hanya para allah saja dapat menyelamatkan mereka.[24]
Para penerjemah mengalami sedikit masalah dengan terjemahan kata Ibrani `elohim,` yang terdapat dalam ayat 6 ini, kata `elohim` adalah sebutan umum bagi allah, demikian artinya dalam Yun 1:5 ``awak kapal masing-masing berteriak kepada allahnya`` tetapi kata ``elohim`` dapat juga dipakai bagi Tuhan, dan hal ini biasanya diterjemahkan dengan Allah.[25] Kata ``akan mengindahkan`` (bahasa Ibrani ``yite-asyet``) hanya digunakan disini saja dalam Perjanjian Lama, bentuk kata ini dipengaruhi oleh bahasa Aram.[26] Dalam ayat 6 ini tidak diceritakan, apakah Yunus memenuhi permintaan nahkoda dan menaikkan doa kepada Tuhan. Memang cukup sulit untuk di satu pihak melarikan diri dari Tuhan dan di lain pihak berdoa kepada-Nya.[27]
B. Orang-orang di dalam kapal mengetahui bahwa Yunus-lah yang menyebabkan badai itu. (ayat 7)
Kemudian awak kapal mengambil keputusan untuk membuang undi.[28] Mereka yakin bahwa badai besar ini tidak datang begitu saja, tetapi berasal dari para allah, oleh karena itu mereka mencari tahu apa atau siapa yang menyebabkan badai besar itu.[29] Mereka yang berada di atas kapal melakukan undian, dan hasil undian itu menunjukkan bahwa Yunus-lah penyebab malapetaka ini. Membuang undi adalah kebiasaan umum yang berlaku di masyarakat Timur Tengah Kuno, orang percaya bahwa para allah menyatakan kehendaknya dalam undian, latar belakang kepercayaan ini ialah bahwa para dewa menentukan nasib manusia.[30] Dalam Perjanjian Lama sering kita menemui praktek membuang undi. Perjanjian Lama tidak melihat praktek itu sebagai usaha manusia saja, melainkan juga sebagai cara untuk memperoleh keputusan dari Tuhan. Di Amsal 16:33, ``Undi dibuang di pangkuan, tetapi setiap keputusannya berasal dari Tuhan.`` Membuang undi sudah umum diterima sebagai cara untuk mengetahui kehendak Tuhan. Undian dapat dipakai juga untuk menunjuk orang.
III. Ayat 8-16 Kejadian di dalam kapal setelah mengetahui Yunus-lah penyebab badai besar itu.
A. Yunus diinterogasi. (ayat 8-12)
Sekarang, Yunus yang ketahuan bahwa dialah penyebab badai ini menjadi pusat perhatian. Yunus diinterogasi dengan sangat teliti oleh semua orang yang ada di dalam kapal itu.[31] Yunus diserang dengan pertanyaan-pertanyaan dari para penumpang kapal yang tengah putus asa dalam melakukan usaha mengatasi badai itu (berdoa kepada allah mereka, membuang muatan dan barang kapal, dan membuang undi). Mereka mencari pengakuan dan konfirmasi, tetapi Yunus tidak memberi pengakuannya saat itu. 5 pertanyaan utama itu adalah: ``Beritahukanlah kepada kami, karena siapa kita ditimpa malapetaka ini, apa pekerjaanmu dan dari mana engkau datang. Apa negerimu dan darimanakah engkau?`` Yunus menghadapi dilema dalam menjawabnya, jika ia tidak berkata apa-apa, maka semua orang akan mati karena badai, jika ia mengaku, maka ia sendirian yang akan meninggal.[32]
Kemudian, baru di ayat 9 inilah, ditulis Yunus berbicara. Yunus berkata ``Aku seorang Ibrani; aku takut akan Tuhan, Allah yang empunya langit, yang telah menjadikan lautan dan daratan.” Kebangsaan dan kepercayaan agama kepada Tuhan atau dewa-dewa lain pada masa Timur Tengah Kuno dipandang sebagai satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.[33] Yunus memakai nama Ibrani itu oleh karena orang asing mengenal bangsa Israel dengan sebutan Ibrani.[34] Yunus menyebut Tuhan ``Allah yang empunya langit.`` Bangsa-bangsa lain juga mengenal Allah orang Ibrani sebagai Allah yang empunya langit.[35] Dibalik pengakuannya yang meninggikan Tuhan, ada pengakuan lain, yang berhubungan dengan dirinya, bahwa Yunus tidak menaati Tuhan-nya.[36]
Sekarang mereka menjadi sangat takut, mereka sekarang mempunyai tiga ketakutan, pertama, takut karena badai yang besar, yang akan membinasakan mereka, kedua, ketakutan kepada Yunus, dan yang ketiga, ketakutan kepada Tuhan Allah Yunus.[37] Pengakuan Yunus ini menyebabkan semua awak kapal menjadi takut kepada Tuhan yang empunya langit. Orang-orang mengetahui bahwa Yunus juga melarikan diri dari Tuhan, tentu dari jawaban Yunus itu sendiri makin menyebabkan ketakutan yang dalam di antara mereka.[38] Mungkin mereka akan berkata ``Lihat apa yang telah kau perbuat, yang mengakibatkan hal ini,`` tetapi dalam kondisi ketakutan yang sangat, mereka hanya berbicara, ``Apa yang telah kauperbuat?`` padahal mereka sudah mengetahui sebelumnya.[39]
Mereka berkeyakinan bahwa Yunus yang menyebabkan bencana ini. Mereka meyakini pula bahwa Yunus jugalah yang mengetahui solusinya. Awak kapal bertanya kepada Yunus karena mereka takut melakukan suatu kesalahan dalam mengatasi keadaan ini dan agar malapetaka ini cepat berlalu.[40] Yunus, sebagai orang yang takut akan Tuhan, harus mengatakan dengan cara bagaimana dapat mereka laksanakan kehendak Tuhan itu. Mereka harus cepat mengambil tindakan, oleh karena keadaan makin lama makin mendesak, laut semakin bergelora.
Yunus tidak menyangkal bahwa dialah yang merupakan penyebab badai besar itu. Yunus menyadari kesalahannya kepada Tuhan, sebagai konsekuensinya ia ingin mati di dalam laut (berkaitan dengan melanggar perintah Tuhan di PL maka hukumannya adalah kematian orang itu).[41] Yunus juga mengharapkan kematiannya sebanyak dua kali di kesempatan yang berbeda dari Kitab Yunus ini (Yun 4:3,8).
Yunus tidak berdoa kepada Tuhan untuk memohon ampun atas dosanya agar mendapat pengampunan dan laut menjadi reda. Tetapi Yunus memilih ``campakkanlah aku ke dalam laut, maka laut menjadi reda dan tidak menyerang kamu lagi.`` Oleh karena Yunus, Tuhan mendatangkan badai itu dan oleh karena Yunus juga maka badai itu akan reda. Dengan melemparkan Yunus ke laut maka laut akan menjadi reda.
Tentunya ada orang di dalam kapal itu yang menganggap bahwa solusi yang ditawarkan oleh Yunus ini sesuatu yang masuk akal.[42] Para awak kapal yang menyembah allah-allah lain, melihat bahwa allah penguasa laut marah sehingga menyerang mereka dalam badai. Dengan memberi mereka sesajian maka allah penguasa laut akan menjadi reda amarahnya. Hal ini sudah menjadi kewajaran di dalam praktek kepercayaan mereka di Timur Tengah Kuno.
B. Laut makin bergelora, mereka makin menghadapi kesukaran. (ayat 13-14)
Yunus sudah menunjukkan jalan keluar yang jelas dari masalah yang mereka hadapi. Tetapi awak kapal sepakat tidak mau melakukan begitu saja, mereka tidak dapat begitu saja mencampakkan seseorang yang merupakan abdi Tuhan ke dalam laut.[43] Solusi yang diberikan Yunus bukanlah merupakan solusi terakhir bagi mereka. Para awak kapal berusaha mencari jalan keluar yang lain.[44] Mereka mendayung untuk dapat kembali ke daratan. Layar kapal tidak dapat mereka pakai lagi dalam badai besar itu, kemungkinan layar itu sudah rusak, tetapi mereka masih dapat memakai dayung yang ada. Kemungkinan kapal itu tidak terlalu jauh dari daratan. Kapal yang berlayar biasanya memakai layar bila ada angin, dan memakai dayung bila tidak ada angin, atau juga bisa menggunakan kedua-duanya. Sebuah kapal berlayar juga mengikuti dan tak jauh dari garis pantai. Tetapi, walaupun mereka berdayung sekuat tenaga, mereka tidak berhasil sampai ke pantai oleh karena laut semakin bergelora.
Para awak kapal sudah kehilangan usaha dan akal lagi, apa lagi yang akan mereka lakukan, tidak ada lagi, kecuali usaha terakhir, yaitu melakukan ucapan Yunus. Itu usaha terakhir mereka, mereka akan melakukannya, tetapi sebelum melakukannya mereka berdoa kepada Tuhan, Allah yang empunya langit.[45] Suatu tindakan yang kita lihat tidak dilakukan sama sekali oleh Yunus, yang merupakan nabi-Nya, malah dilakukan oleh orang-orang yang sebenarnya tidak mengenal-Nya.
Awak kapal berdoa kepada Tuhan supaya mereka tidak binasa, bukan oleh karena badai (Yun. 1:6), melainkan oleh karena perbuatan yang akan mereka lakukan, melemparkan Yunus ke dalam laut. Mereka akan mengambil hidup Yunus (bhs Ibr. ``nefesy``; LAI: nyawa).[46] Awak kapal bertindak sangat hati-hati. Mereka tidak mau bertindak salah. Awak kapal masih ragu-ragu, apakah tindakan yang Yunus anjurkan itu sesuai dengan kehendak Tuhan. Kalau tindakan yang mereka lakukan tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, maka mereka dapat lebih celaka lagi, dan Tuhan akan menanggungkan darah Yunus ini kepada mereka. ``Sebab Engkau, Tuhan, telah bertindak seperti yang Kaukehendaki.`` Maksudnya adalah bahwa Tuhan yang Maha Kuasa dapat bertindak sesuai kehendak-Nya, Ia dapat menghukum awak kapal atas perbuatan mereka, tetapi dapat juga membenarkan tindakan mereka ini.[47]
C. Yunus dilempar ke dalam laut. (ayat 15-16)
Semua sudah pasti dan jelas, serta tidak ada jalan lain lagi selain melemparkan Yunus, penyebab malapetaka ini, ke dalam laut. Orang-orang itu sudah tidak melakukan undian lagi dalam melakukan hal ini, mereka sudah bersepakat dan membulatkan hati mereka dalam melakukan hal itu.[48] Maka Yunus mereka campakkan ke dalam laut, dan segera setelah itu lautan menjadi sangat tenang. Maka orang-orang menjadi tahu bahwa tindakan yang mereka ambil sudah sesuai dengan kehendak Tuhan. Oleh karena Yunus, Tuhan menurunkan angin ribut yang menyebabkan badai di laut, dan oleh karena Yunus pula, laut menjadi reda kembali. Doa para awak kapal sudah terjawab. Tuhan membiarkan laut kembali tenang dan tidak lagi mengganggu perjalanan mereka sepanjang yang dapat kita lihat. Jadi darah mereka tidak menanggung darah dari Yunus yang mereka lemparkan ke dalam laut itu.[49]
Lalu semua orang di dalam kapal menjadi terkesan dengan peristiwa yang telah terjadi ini. Betapa besar kuasa Tuhan yang memerintahkan gelombang laut dan meredakannya kembali. Sebelumnya, mereka takut karena badai besar yang terjadi itu (Yun. 1:5), kemudian menjadi takut karena apa yang Yunus ceritakan (Yun. 1:10), sekarang mereka menjadi takut kepada Tuhan karena peristiwa yang terakhir ini, badai menjadi reda.[50]
Ketakutan mereka kemudian menjadi nyata dalam tindakan yang mereka ambil. Mereka mempersembahkan korban kepada Tuhan. Korban itu adalah korban syukur, sebagai ucapan terima kasih kepada Tuhan yang telah menyelamatkan mereka dari bahaya maut. Korban yang mereka persembahkan bukanlah korban sembelihan yang sebenarnya, melainkan berupa roti tak beragi yang diolah dalam minyak-korban keselamatan (Imamat 7:12).[51] Kemungkinan setelah mereka berlabuh, entah di Tarsis atau tempat transit mereka, barulah mereka mempersembahkan korban sembelihan.[52]
Di samping mempersembahkan korban, awak kapal mengikrarkan nazar. Orang-orang setelah takut kepada Tuhan, menjadi percaya kepada-Nya dan bernazar. Kelihatannya nazar disini sebagai ucapan untuk mempercayai Tuhan sebagai Tuhan yang hidup dan berdaulat atas alam semesta.[53] Ketika badai berlangsung, mereka juga mengucapkan sebuah nazar yang berkaitan dengan apa yang akan mereka lakukan jika mereka selamat.[54] Dapat kita lihat, mungkin isi nasar sebelum dan sesudah badai (tidak dipermasalahkan waktunya) adalah sebuah ungkapan untuk mempercayai Tuhan, sebagai Tuhan yang hidup dan satu-satunya, jikaulau mereka selamat, dan saat ini mereka telah selamat juga. Nazar sesudah badai, di dalam ucapan syukur ini, merupakan pengulangan dari nazar yang pertama.
Melalui ketidaktaatan Yunus, Tuhan tetap membuat Yunus efektif di dalam panggilan sebagai nabinya, membawa orang-orang kepada Tuhan.[55] Kesaksian Yunus membawa orang-orang ke dalam iman kepada Tuhan.
III. Ayat 17 Yunus ditelan ikan besar.
Yunus sudah melarikan diri dari Tuhan, tetapi Tuhan tidak mau membiarkannya nabi-Nya. Tidak kebetulan ikan itu menelan Yunus, tetapi peristiwa itu terjadi atas penentuan Tuhan.[56] Ikan besar yang menelan Yunus tidak dapat diketahui secara pasti jenisnya, tetapi sangat diyakini hal ini dapat terjadi. Ahli-ahli dunia purba, orang arkeologi dan oceonologi percaya di zaman dulu ada ikan yang sangat besar yang memang dapat menampung manusia di dalamnya, seperti ikan besar.[57] Tuhan bisa memakai seekor ikan untuk melakukan pekerjaan-Nya. Tuhan membuat Yunus yang ditelan oleh ikan besar tetap hidup di dalamnya.
Ikan besar yang menelan Yunus berguna untuk menyelamatkan Yunus dari kematian, baik kematian karena jatuh ke dalam laut juga keselamatan dari kematian (dalam bahasa Ibrani ``Sheol” yang artinya dunia maut) seperti yang digambarkan Yunus di dalam Yun. 2:2,6.[58] Ikan besar itu juga dipakai Tuhan membawa Yunus kembali kepada panggilannya.[59] Tuhan berinisiatif membawa kembali Yunus untuk melakukan tugas dan panggilannya yang semula untuk pergi memberitakan firman-Nya kepada orang-orang di Niniwe.
Yunus berada di dalam perut ikan itu selama tiga hari dan tiga malam,[60] seperti yang tertulis di Alkitab. Tidak menjadi persoalan apakah Yunus berada di dalam perut ikan dalam waktu tiga hari dan tiga malam yang kita kenal sekarang ini (72 jam) ataukah perhitungan waktu seperti orang Yahudi, yang kelihatan lebih singkat. Yang pasti adalah Yunus memang berada di dalam perut ikan dan hal yang terjadi, tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Peristiwa ini terjadi atas penentuan Tuhan.
KESIMPULAN
Dalam perikop yang merupakan satu unit pemikiran yang utuh dan ber-genre narasi sejarah, perikop ini berbicara mengenai Yunus dan Tuhan yang menjadi fokus utamanya. Cerita ini dimulai dari firman Tuhan yang datang kepada Yunus untuk pergi dan memberitakan firman Tuhan kepada orang-orang di Niniwe, tetapi Yunus tidak mau melakukannya. Malahan Yunus lari sejauh-jauhnya dari Tuhan, ke Tarsis, tempat terjauh yang diketahui saat itu. Tuhan tidak tinggal diam. Tuhan intervensi di dalam pelarian Yunus ini. Tuhan memakai cara-Nya, angin ribut, badai besar, awak kapal dan seekor ikan yang besar untuk membawa kembali Yunus melakukan tugas panggilan pelayanannya lagi.
AMANAT TEKS
Subyek: Apa yang Tuhan lakukan dalam menghadapi Yunus, nabi-Nya, yang mengingkari panggilan pelayanannya?
Komplemen: Tuhan intervensi dengan cara-Nya (melalui badai besar, awak kapal dan seekor ikan besar), agar Yunus kembali memenuhi panggilan pelayanan yang diberikan kepadanya, yaitu untuk memberitakan firman Tuhan kepada orang-orang di Niniwe.
Amanat Teks: Yang Tuhan lakukan dalam menghadapi Yunus, nabi yang mengingkari panggilan pelayanan dari-Nya adalah Tuhan intervensi dengan cara-Nya (melalui badai besar, awak kapal dan seekor ikan besar), agar Yunus kembali melakukan kehendak-Nya, yaitu memberitakan Firman Tuhan kepada orang-orang di Niniwe.
[4]Yunus diidentifikasikan sebagai anak Amitai (1:1). Nama Yunus berarti ”merpati” di dalam arti Ibrani-nya, dan Amitai di dalam bahasa Ibrani berarti ”kebenaran.” Lih. Waco; Word Biblical Commentary vol 31, Hosea-Jonah (Texas: Waco Book, 1987) 447. Nabi Yunus bin Amitai ini sama dengan Nabi Yunus bin Amitai yang disebut di II Raja-Raja 14:25. Lih. Andrew E. Hill dan John H. Walton, Survey Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 2008) 631. Yunus hidup pada masa pemerintahan Raja Yerobeam II (Yerobeam bin Yoas) di kerajaan Israel Utara pada paruh abad ke-8 SM, suatu masa yang penuh dengan optimisme karena kerajaan Asyur mulai melemah, sehingga Raja Yerobeam dapat memperoleh kembali wilayah yang dulu menjadi milik Israel di zaman Daud dan Salomo. Ibid. Pelayanan Yunus di Niniwe diperkirakan terjadi pada tahun 785-775 SM. Lih. Zondervan, NIV Archaelogical Study Bible (Grand Rapids: Zondervan, 2005) 1469.
[8]Niniwe di dalam Yunus 3:3 adalah sebuah kota yang mengagumkan besarnya, tiga hari perjalanan luasnya. Dan di dalam Yunus 4:11 sebagai kota yang besar itu berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang. Niniwe terletak di sebelah timur sungai Tigris di Mesopotamia. Niniwe bukanlah merupkan ibukota kerajaan Asyur pada waktu itu (ibukota kerajaan Asyur saat itu adalah Kalah). Lih. Charles F. Pfeiffer & Everett F. Harrison, Tafsiran Alkitab Wycliffe 2 (Malang: Gandum Mas, 2005) 1057. Dari kota tempat Yunus tinggal, Gat-Hepher, ke Niniwe berjarak sejauh 500 mil (800 km). Lih. Zondervan, NIV Archaelogical Study Bible, 1469. Niniwe sekarang terletak di dekat kota Al Mawsil atau Mosul, sekitar 550 mil di timur laut Yerusalem dan berjarak sejauh 220 mil di sebelah utara kota Bagdad. Dan Gat-Hepher, kota asal Yunus, hanyalah beberapa kilometer di sebelah utara kota Nazaret, berada di daerah Galilea (dahulu: Zebulon). Lih. Nilakandi; Tafsiran Alkitab Masa Kini 2, Ayub-Maleakhi (Jakarta: Gunung Mulia, 1980) 653.
[14]Kramer, Tafsiran Yunus, 14. Tarsis terletak di barat Gibraltar (Lih. James Bruckner, NIV Application Commentary 42) dan merupakan koloni pertambangan bangsa Semit di Spanyol (Lih. Charles F. Pfeiffer & Everett F. Harrison, Tafsiran Alkitab Wycliffe 2 1057). Pendapat-pendapat itu tidak bertolak belakang, tetapi saling mendukung. Tarsis juga oleh para ahli diyakini berada di Spanyol daripada berada di pulau Sardinia/Sisilia (Roma/Italia sekarang), Carthago (Mesir Utara), dan di Anatolia (Turki), lihat Zondervan, NIV Archaelogical Study Bible 1475.
[16]Yafo merupakan pelabuhan yang alami dan natural, namun dapat disinggahi oleh kapal-kapal yang besar, kapal-kapal yang menjelajahi lautan luas. Raja Salomo menggunakan Yafo sebagai kota pelabuhan untuk tempat transit kapal-kapal dari Tarsis yang mengangkut bahan-bahan pembangunan Bait Suci di Yerusalem (2 Taw. 2:16). Raja Zerubabel juga sering menggunakannya juga sebagai pelabuhan yang penting (Ezr 3:7). (Lih. Zondervan, NIV Archaelogical Study Bible 1472)
[28]Dalam undian ini mempunyai sistem, bila hasilnya berupa dua sisi yang berwarna gelap, yang menghadap ke atas maka undian berarti tidak. Bila hasilnya berupa dua sisi yang berwarna terang, yang menghadap atas maka undian berarti ya. Dan jika hasil undian berupa satu sisi terang dan yang satunya gelap, maka undian harus diulang lagi. Lih.Waco, Word Biblical Commentary 459.
[60]Menurut tradisi Yahudi, istilah “tiga hari dan tiga malam” tidak berarti lebih dari tiga hari seperti sekarang (72 jam) atau sama dengan hari yang ketiga di dalam hari orang Yahudi, dimana hari pertama dimulai waktu matahari terbenam, tidak lebih dari 36 jam. Lih. Nilakandi, Tafsiran Alkitab Masa Kini 2 656.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar