Panggilan yang Sulit
Oleh Andrea
Pendahuluan
Saudara, saya kira kita semua pernah merasa jengkel sama orang. Saya juga pernah. Ijinkan saya menceritakan pengalaman saya. Saudara, suatu hari ketika saya tiba di rumah, pintu garasi rumah saya dihalangi sebuah motor yang tidak saya kenal. Waktu itu saya sedang terburu-buru, saudara. Dan motor itu tentu menghambat waktu saya. Dalam hati sebenarnya saya ngomel, pekarangan rumah saya cukup luas, tapi kenapa pemilik motor ini memilih tepat di depan pintu masuk. Tapi, yah sudahlah, saya kan mahasiswa teologi. Jadi saya turun dari motor dan saya geser motornya. Saat itu tiba-tiba seorang bapak mendatangi saya. Badannya besar, berkumis lebat dan dengan muka tidak ramah mengeluarkan kunci dan menggeser motornya. Sambil menggeser motornya bapak ini bilang, “sabar atuh!” Mendengar itu saya sempet shock, saudara. Saat itu saya bukan cuma kesel, tapi kuesel… banget. Saya pikir hanya di Indonesia, orang yang berbuat salah bisa marahin orang yang menjadi korban kesalahan. Udah salah sembarang parkir di depan pintu rumah orang, nyolot lagi. Sungguh pengalaman yang ‘indah’ saudara. Dimarahin orang yang berbuat salah.
Saudara, waktu itu saya sangat esmosi. Saya tidak suka sekali sama orang berkumis itu. Saya benci banget liat orang itu. Kalau seandainya saya punya kesempatan berbuat baik, kesempatan itu tentu bukan buat dia. Kalau seandainya saya punya kesempatan untuk menginjili orang, tentu kesempatan itu juga bukan buat dia. Saudara, tidak mudah bagi saya untuk menerima orang-orang yang ‘menyebalkan’. Betul ga? Hati kita akan sangat rela untuk berbuat baik atau menginjili orang yang menyenangkan, tapi tidak untuk orang yang “super nyebelin”.
Saya kira perasaan ini adalah persaan yang wajar. Setiap kita pasti pernah bergumul ketika berhadapan untuk melayani orang-orang yang kurang menyenangkan bahkan orang-orang yang jahat. Kita akan sangat bergumul untuk mengasihi dan melayani orang-orang yang menurut kita ‘tidak pantas’ untuk menerimanya.
Saudara, Yunus juga bergumul dalam hal ini.
I. Panggilan Allah bagi setiap orang (ayat 1-2) (Tidak disebutkan)
Penjelasan
Saudara, sekalipun arti namanya adalah merpati yang melambangkan belas kasihan dan ketulusan, tidak mudah bagi seorang Yunus untuk memenuhi panggilan Tuhan melayani orang-orang Niniwe. Ya, hari itu Allah menyuruh Yunus pergi ke Niniwe untuk memberitakan pertobatan. Saudara, jangankan disuruh pergi ke Niniwe, mendengar nama Niniwe saja Yunus sudah alergi. Kenapa, saudara? Karena bangsa Niniwe adalah bangsa yang sangat jahat. Mereka adalah bangsa yang sangat sadis. Seringkali mereka memperlakukan tawanan mereka dengan tidak manusiawi. Mereka tidak segan untuk menguliti orang hidup-hidup, mereka menggantung orang dengan cara menusuk dan memancangkannya, atau setidaknya mereka senang memenggal kepala orang dan memajangnya. Saudara, mereka begitu brutal dan kejam, dan rupanya bangsa Israel pernah ditawan oleh orang Niniwe yang kejam itu.
Saudara, saya kira wajar kalau Yunus sangat membenci orang-orang Niniwe. Mereka benar-benar jahat dan tidak bermoral. Panggilan Tuhan saat itu tentu menimbulkan rekasi keras dari Yunus. Yunus ga bisa terima kalau Allah menginginkan orang-orang Niniwe bertobat. Bagi Yunus ini sama sekali ga make sense. Ini bener-bener ga adil! Yunus sangat membenci bangsa Niniwe. Tetapi Allah justru sangat mengasihi orang-orang Niniwe. Yunus ingin orang-orang Niniwe binasa. Tetapi Allah justru ingin orang-orang Niniwe bertobat.
Saudara, sulit sekali bagi Yunus menerima kehendak Allah. Yunus tidak mampu untuk menerima panggilan Tuhan melayani orang-orang Niniwe. Mungkin Yunus akan segera pergi jika Tuhan memintanya melayani bangsanya. Tetapi Yunus sangat bergumul untuk melayani orang-orang yang menurutnya sama sekali tidak pantas menerima anugerah Allah.
Ilustrasi
Saudara, suatu kali saya melihat di internet dimana salah satu stasiun TV China menampilkan sebuat liputan sebuah kerusuhan tanpa disensor. Dalam liputan itu saya melihat bagaimana para perusuh begitu liar. Mereka memukul-mukul mobil, menggulingkan mobil dan membakarnya. Bukan hanya itu, mereka mendobrak pertokoan, menjarah dan setelah itu membakarnya. Perusuh-perusuh itu begitu brutal. Entah apa yang ada dalam pikiran mereka. Dan satu hal yang membuat hati saya begitu terluka. Di liputan itu, maaf, saya melihat mayat seorang perempuan yang adalah korban perkosaan masal. Saya membayangkan bagaimana gadis itu direndahkan dan dipermalukan di depan banyak orang. Para pemerkosa itu tertawa bahkan sekalipun melihat gadis itu sudah mati. Saudara, saya marah sekali, saya benci orang-orang itu. Saya tidak bisa menerima perlakuan para perusuh itu.
Saudara, hal ini membuat saya berpikir dan mencoba berempati pada panggilan Yunus. Saudara, seandainya saya dipanggil untuk melayani perusuh-perusuh itu, apa saya akan dengan mudah pergi melayani mereka? Saya rasa tidak. Wajar kalau Yunus menolak.
Aplikasi
Tapi Firman Tuhan hari ini menyatakan suatu kebenaran yang berbeda. Allah justru memanggil kita untuk melayani setiap orang, termasuk orang-orang jahat yang menurut kita tidak pantas dilayani. Saudara, setiap orang harus mendengar kasih Tuhan. Termasuk orang-orang yang kita rasa tidak pantas mendengar berita anugerah itu. Mungkin mereka adalah orang-orang dari suku tertentu yang kita sangat tidak suka. Mungkin mereka adalah oknum-oknum tertentu dari suatu agama yang pernah berbuat jahat kepada orang-orang Kristen. Dalam lingkup yang lebih kecil, mungkin mereka adalah orang-orang yang pernah bersalah dan berbuat jahat kepada kita. Mereka yang selalu merugikan dan mempersulit kita. Dalam lingkup yang lebih pribadi, mungkin dia adalah sahabat yang pernah mengkhianati kita. Atau bahkan mungkin mereka adalah keluarga kita sendiri, orang tua kita, saudara-saudara kita, mereka yang pernah melecehkan dan melukai perasaan kita.
Saudara, panggilan Allah kepada Yunus dilontarkan kepada kita juga. Allah memanggil kita untuk melayani dan memberitakan berita anugerah kepada mereka. Bagaimanakah sikap kita dalam menanggapi panggilan itu?
II. Manusia yang seringkali gagal menjalankan panggilan Allah (ayat 3-16) (tidak disebutkan)
Penjelasan
Saudara, akhirnya Yunus memutuskan untuk lari dari panggilan Allah. Pagi-pagi benar Yunus sudah di Yope, sebuah pelabuhan kecil yang sepi. Yang ada dipikirannya hanyalah “Aku harus berlari sejauh mungkin. Berapapun harganya akan kubayar.” Saudara, orang-orang pada zaman itu percaya bahwa bumi itu seperti piringan datar, sehingga menurut mereka Tarsis yang terletak di Pantai Barat Spanyol adalah ujung bumi. Dan wajar kalau mereka mengganggap Tarsis adalah ujung bumi, sementara untuk pergi ke Tarsis Yunus harus berlayar selama satu tahun. Selain itu, arah Tarsis betul-betul berlawanan dengan Niniwe. Ini merupakan bukti yang kuat bahwa Yunus betul-betul berniat lari dari Allah dan dari panggilan-Nya. Yunus merasa dengan berlari pergi ke ‘ujung bumi,’ ia bisa lari dari panggilannya dan lari dari Allah.
Di tengah lautan yang luas untuk pergi ke ujung bumi Yunus merasa pelariannya berhasil. Dia pikir Allah tidak mungkin bisa menemukannya. Tapi tentunya Yunus salah. Yunus tidak bisa dan tidak akan pernah bisa lari dari Allah, sekalipun itu ke ujung bumi.
Sementara Yunus tertidur di kabin kapal, Tuhan dengan sengaja melemparkan angin sehingga menyebabkan badai. Laut bergejolak. Para pelaut menjadi panik dan para awak kapal berteriak: “Ini tidak seperti biasanya! Ini tidak seperti biasanya!” Saudara, biasanya para awak bisa meramalkan datangnya angin ribut, tetapi kali ini tidak. Barang-barang dilempar. Mereka berdoa kepada dewa-dewa mereka. Tapi… nihil, situasinya terlalu serius untuk dipecahkan oleh doa mereka. Dan tiba-tiba salah satu dari mereka berbicara, “Ini bukan badai biasa, pasti ada salah satu di antara kita yang menjadi penyebab badai.” Akhirnya, mereka membuang undi untuk mencari tahu siapa orang itu. Dan siapa yang kena undi? Tentu saja Yunus!
Mengetahui Yunus penyebab badai ini, mereka bertanya kepada Yunus, “Apa yang harus kami lakukan?” Yunus terdiam lalu berkata, “lempar aku ke laut dan badai akan reda.” Yunus tahu benar itulah satu-satunya cara untuk menghentikan amukan laut. Tapi Saudara, apa yang para awak kapal lakukan? Seolah tidak mau menyerah, mereka malah berusaha semakin keras mengosongkan muatan kapal demi menyelamatkan kapal tanpa mengorbankan Yunus. Tapi apa daya, saudara. Segala usaha sudah dilakukan dan hasilnya buntu.
Saudara, seharusnya Yunus belajar sesuatu dari kejadian ini. Yunus seorang yang mengenal Allah gagal ketika diminta untuk membawa kabar keselamatan untuk orang-orang kafir Niniwe, sedangkan awak kapal yang tidak mengenal Allah bisa memperjuangkan keselamatan Yunus yang sudah menyebabkan nyawa mereka terancam. Saudara, melalui tindakan para awak, seolah Allah ingin mengatakan bahwa Yunus seharusnya tidak lari dari panggilan-Nya.
Aplikasi
Saudara, sama seperti Yunus, kita seringkali lari dari Allah. Kita lari ketika Allah meminta kita melayani orang-orang yang kita anggap jahat dan tidak pantas untuk menerima kasih-Nya. Kita akan senang melayani orang-orang baik dan menyenangkan tapi kita akan lebih senang untuk lari jauh-jauh menghindari orang-orang yang pernah melukai dan berbuat jahat kepada kita. Kita enggan untuk membuka mulut, menceritakan Juruselamat kepada mereka.
Saudara, mungkin secara tidak sadar kita bersikap seperti Yunus. Kita gagal dalam memenuhi panggilan Tuhan untuk melakukan panggilan Allah. Panggilan untuk melayani semua orang, termasuk melayani mereka yang kita anggap jahat dan tidak pantas menerima Kasih Allah.
Penutup
Saudara, suatu kali ada seorang pemuda Kristen yang rela menjadi sopir angkot demi membiayai kuliahnya. Menjadi seorang sopir angkot tidak semudah yang ia bayangkan. Berulangkali ia bertemu dengan segerombolan anak berandal yang mengganggu penumpang lain dan lalu turun dari angkot tanpa mau membayar ongkos. Karena sangat menganggu, akhirnya pemuda ini melaporkan berandalan tersebut kepada polisi sehingga mereka mendapat sanksi. Tentu saja hal ini membuat anak-anak berandal ini menjadi sangat marah. Beberapa waktu kemudian para berandalan itu menganiaya pemuda ini hingga terluka parah.
Saudara, pemuda ini begitu bergumul dengan rasa benciannya kepada para berandalan itu. Akhirnya sang pemuda memutuskan untuk menuntut anak-anak berandal itu ke pengadilan. Anak-anak ini diproses dan akhirnya masuk dalam sebuah persidangan. Saudara, dalam ruang sidang itu, Tuhan mengubah hati sang pemuda. Setelah vonis dibacakan, tiba-tiba sang pemuda berdiri dan meminta izin untuk berbicara, “Hakim yang saya hormati, ijinkan saya berbicara sebentar.” Pemuda ini berdiri dengan tenang dan lalu berkata, “Saya memohon kepada pengadilan agar saya diizinkan menggantikan anak-anak ini masuk kedalam kurungan.” Seketika ruang persidangan menjadi ramai sehingga hakim memukul palu menenangkan ruangan. “Anak muda, hal seperti ini tidak pernah terjadi.” “Pernah hakim yang terhormat, hal ini pernah terjadi. Dua ribu tahun yang lalu Yesus pernah melakukan hal ini pada saya.” Di persidangan itu sang pemuda menyaksikan tentang kasih Yesus. Permintaan sang pemuda tentu ditolak. Anak-anak berandalan tetap masuk penjara, tetapi sang pemuda setiap hari datang ke penjara dan melayani anak-anak ini. Dan akhirnya semua anak-anak ini dimenangkan dan mengenal Tuhan. Saudara, ketika pemuda ini bergumul dengan kebenciannya ia memilih untuk mentaati gerakan Roh Kudus untuk melayani orang-orang ini.
Saudara, adalah hal yang indah, ketika panggilan untuk melayani itu kita lakukan. Panggilan untuk memberitakan kasih Tuhan kepada setiap orang, termasuk mereka orang-orang yang kita anggap tidak pantas menerimanya. Ingatlah bahwa kita sudah terlebih dahulu menerima kasih dari Allah walau kita juga tidak pantas menerimanya. Siapakah hari ini yang Allah tunjukkan kepada kita untuk kita layani? Mari kita pergi dan menceritakan kasih Tuhan kepada mereka, bahkan sekalipun kepada mereka orang-orang rasanya tidak layak untuk dikasihi. Benar, tidak mudah. Tetapi jangan khawatir, Allah berjanji memberi kekuatan untuk kita bisa melakukannya. Kasih-Nya yang teramat sangat besar di atas Salib akan memampukan kita untuk melakukanya.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar