Oleh Tjia Djie Kian
Kenallah Pribadi-Nya melalui Karya-Nya
Pendahuluan
Saudara, waktu SMA saya memiliki seorang sahabat dekat. Saya sering berdiskusi dengannya dan main ke rumahnya. Kalaupun ada masalah, itu karena dia seorang gadis. Nah, seperti bisa diduga, kedekatan kami lama kelamaan menimbulkan “feeling” di hati saya kepadanya dan dari sikapnya, saya pikir dia juga menaruh feeling yang sama kepada saya. Maka suatu hari saya “tembak” dia. Saya mengirim surat cinta kepada dia. Suatu siang dia menghampiri saya sendirian dan bilang begini, “Djie Kian, gue mau kasih tahu elu ya, gue ngga suka elu nulis-nulis kaya gitu” lalu dia berbalik pergi. Uwah… saya hanya bisa melongo, entah di mana muka saya waktu itu. Saya ternyata salah menafsirkan sikap baiknya kepada saya. Perasaan saya dan perasaan dia ternyata tidak sama.
Seperti cuplikan nostalgia masa SMA tadi, kita juga bisa keliru menafsirkan tindakan orang lain terhadap kita. Lebih jauh lagi, kita juga bisa keliru dalam menafsirkan tindakan atau karya Tuhan dalam hidup kita sehingga gambaran kita tentang Allah berbeda dengan gambaran yang diberikan oleh Alkitab. Ini tentu tidak benar. Tindakan atu karya Allah yang dikerjakan dalam hidup kita perlu kita tafsirkan dengan benar sehingga membawa kita pada pengenalan yang benar akan Dia.
Sayangnya hal ini tidak selalu terjadi dan Firman Tuhan yang kita baca juga memperlihatkan bagaimana orang banyak keliru menafsirkan karya Kristus.
Dikatakan tadi bahwa banyak orang berbondong-bondong mengikuti Tuhan Yesus. Kata kerja “mengikuti” dan “melihat” yang dipakai di bagian ini menunjukkan bahwa bukan sekali ini saja mereka mengikuti Yesus. Sebelum-sebelumnya, mereka juga sudah sering mengikuti Yesus kemana pun Dia pergi. Alkitab mengatakan pendorongnya adalah berbagai mukjizat yang dilakukan Yesus, termasuk penyembuhan yang dilakukan di kolam Betesda di pasal sebelumnya. Mereka yang ikut mungkin ada yang ingin disembuhkan, ada yang ingin tahu apa benar Yesus bisa melakukan mukjizat seperti yang diceritakan orang, yang lain mungkin sekedar ingin menonton tindakan Yesus. Apapun alasannya, mereka tertarik melihat apa yang Yesus kerjakan.
Suadara, ini bukan fenomena zaman dahulu saja. Kita ingat beberapa tahun yang lalu ada dukun cilik Ponari dari Jombang yang katanya bisa menyembuhkan orang dengan batu bertuahnya. Ribuan orang datang dengan motivasi mirip, entah mencari kesembuhan atau sekedar melihat hal yang spektakuler.
Orang Kristen tidak kebal dari hal semacam ini. Berapa banyak orang datang berbondong-bondong menghadiri KKR kesembuhan Benny Hinn beberapa tahun yang lalu dan berapa banyak orang yang senang pergi dari satu KKR ke KKR lain untuk mencari dan menyaksikan berbagai mukjizat kesembuhan dan keajaiban lainnya? Intinya, orang memang tertarik pada hal-hal yang spektakuler, apalagi kalau bermanfaat bagi dirinya.
Saudara, apakah motivasi kita mirip dengan orang banyak itu dalam mengikut Yesus? Motivasi kita mengikut Yesus tentu bukan hanya untuk mencari mukjizat-Nya yang bermanfaat bagi kita. Namun apakah ini berarti kita tidak boleh mengharapkan berkat atau mukjizat dari Tuhan? Tentu saja boleh, karena Dia adalah Allah yang Mahakuasa dan mengasihi kita. Hanya persoalannya adalah berkat seperti apa yang kita harapkan dari Tuhan, apakah yang sesuai dengan keinginan kita atau keinginan Tuhan?
Saudara, orang-orang yang datang pada waktu itu berharap menyaksikan mukjizat kesembuhan dari Yesus dan mereka mendapatkannya. Namun hari itu mereka mendapatkan pengalaman yang melampaui harapan mereka karena Yesus berinisiatif membuka mata mereka akan kuasa-Nya yang luar biasa.
Hal itu terjadi ketika hari sudah menjelang malam. Yesus melihat masih ada ribuan orang mengerumuninya, termasuk anak-anak, ibu-ibu dan orang tua. Belas kasihan-Nya timbul sehingga Dia bertanya kepada murid-murid-Nya bagaimana mereka semua diberi makan. Nah, sekarang murid-murid-Nya bingung. Di situ tidak ada warung. Kalaupun ada warung, uang dua ratus dinar pun tidak akan cukup meskipun itu jumlah yang cukup besar dan merupakan upah pekerja selama 8 bulan. Dan mereka tidak punya uang sebanyak itu. Pada saat itulah Andreas menuntun seorang anak yang membawa lima roti dan dua ikan asin kecil. Halah! Makanan macam apa itu?? Makanan yang bisa saya habiskan sendiri dalam 5 menit tidak ada artinya buat ribuan orang itu. Mustahil mereka semua diberi makan, mungkin lebih baik orang banyak itu disuruh pulang saja….
Eh, tapi tunggu dulu! Yesus berkata, “Suruhlah orang-orang itu duduk.” Lalu Dia mengambil lima roti dan dua ikan tadi, mengucap syukur lalu mulai membagikan roti dan ikan tersebut. Satu.. dua.. tiga.. dan terus… dan terus… dan murid-murid tidak sempat berpikir banyak; mereka segera membagikan roti dan ikan yang terus muncul kepada semua orang yang ada.. mereka semua makan dengan lahap, sampai kenyang dan puas, sedemikian kenyangnya sehingga ketika sisa makanan dikumpulkan, masih ada dua belas bakul besar berisi roti. Sungguh luar biasa!! Lima roti dan dua ikan yang tidak bisa mengenyangkan lima orang, sekarang telah mengenyangkan 5000 orang laki-laki dan ribuan wanita serta anak-anak. Ooo…Betapa berlimpahnya pemberian itu!
Saudara-saudara, melalui mukjizat ini Yesus menunjukkan betapa besar kuasa dan kasih-Nya. Kuasa-Nya jauh lebih besar daripada yang bisa dilakukan manusia, karena kuasa-Nya adalah kuasa Allah sendiri. Dan mukjizat ini dilakukan Yesus sesuai dengan rencana-Nya sendiri, bukan berdasarkan keinginan orang banyak.
Saudara, dalam sejarah manusia selalu ada orang yang mengklaim dirinya seperti Tuhan. Sri Sathya Sai Baba adalah salah satunya. Ia orang India berusia 82 tahun yang dari jauh mirip dengan Budi Anduk namun rambutnya lebih tebal dan mengembang. Dia memiliki pengaruh spiritual besar kepada para pemimpin India selama 30 tahun terakhir. Ada jutaan pengikutnya di 130 negara. Dia mengajarkan pembaharuan rohani, kebajikan dan kebenaran. Para pengikutnya menganggap dia Tuhan. Dia sendiri mengklaim telah menciptakan alam semesta. Salah satu mukjizatnya yang terkenal adalah “kemampuannya menciptakan” benda-benda yang tadinya tidak ada seperti mengubah debu biasa menjadi debu emas. Luar biasa, bukan?
Sayangnya sejak beberapa tahun terakhir, muncul banyak informasi bahwa “mukjizat” nya dilakukan dengan penipuan. Sebuah video yang ditayangkan TV Denmark memperlihatkan bagaimana jari-jarinya menjepit semacam pil yang ditekannya ketika akan melakukan “mukjizat”. “Pes… mungkin seperti itu ya..” Bukan hanya itu, beberapa kali dia harus menghadapi tuduhan akan pelecehan seksual terhadap pria-pria muda bahkan pembunuhan. Penipuan atas “mukjizatnya” menunjukkan dia tidak mahakuasa dan pelecehan seksualnya menunjukkan dia tidak sungguh-sungguh mengasihi manusia.
Saudara, kepada siapakah kita berpaling ketika kita menghadapi masalah dan kita membutuhkan jalan keluar? Apakah kita mencari ketenangan pada orang seperti Sai Baba? Atau melalui meditasi-meditasi yang belakangan marak? Atau kita pergi kepada orang-orang “pintar”, termasuk yang memakai jubah keagamaan? Jangan pernah datang kepada mereka, Saudara. Datanglah kepada Yesus karena Dia telah menunjukkan bahwa Dialah Allah yang berkuasa dan mengasihi kita dan Dia sanggup memberikan kita jalan pelepasan.
Namun, jika kita sudah merasakan kuasa dan kasih Yesus yang menolong kita, apa pandangan kita terhadap Diri-Nya?
Saudara, saat itu bangsa Israel menderita dalam penjajahan Romawi. Mereka rindu kembalinya kejayaan Israel seperti di zaman Daud dan Salomo. Banyak pengharapan akan munculnya Sang Pembebas Israel yang akan melepaskan Israel dari penjajahan politik sebagaimana dinubuatkan nabi-nabi.
Karena itu, kita tidak perlu heran bahwa sebagian dari orang-orang yang telah kenyang itu mulai ngomong-ngomong, “Barangkali Dialah Pembebas kita”. Jika Dia dapat mengubah lima roti dan dua ikan kecil menjadi makanan yang mengenyangkan beribu-ribu orang, tentu mudah sekali bagi Dia untuk membentuk suatu pasukan yang kuat, mungkin dengan yang hadir sebagai anggotanya, yang dapat mengalahkan tentara Romawi.
Tapi Yesus mengenal hati mereka dan tahu yang diinginkan mereka, yakni menjadikan Dia raja di dunia. Dia menyingkir pergi karena tujuan-Nya melakukan mukjizat bukan itu. Seperti yang diajarkan di pasal 7, tujuan mukjizat-Nya adalah untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Roti Hidup itu sendiri, satu-satunya Roti Hidup, pemberian dari Surga atas kebutuhan terbesar manusia yaitu kehidupan kekal bersama Allah. Karena kasih-Nya, Dia akan memberikan Diri-Nya kepada manusia. Sayang sekali mereka hanya mencari mukjizat-Nya, padahal seharusnya mereka mencari Dia sebagai Sang Roti Hidup.
Saudara, papa mertua saya adalah seorang yang keras, sangat kasar dalam berbicara dan bertindak. Selama bertahun-tahun keluarga besar kami berdoa agar beliau bertobat dan mengajak ke gereja. Kami mengundang sejumlah hamba Tuhan untuk menginjili beliau namun tidak ada hasil. Kami putus asa. Kadang-kadang kami bertanya, dimanakah kuasa dan kasih Tuhan yang mampu mengubah hidup manusia? Mengapa kami berdoa dan tidak ada jawaban? Apakah kami akan melihat papa memasuki kekekalan tanpa Kristus?
Ketakutan kami sepertinya menjadi kenyataan ketika pada suatu sore papa terjatuh tidak sadarkan diri. Beliau dibawa ke rumah sakit dalam keadaan setengah koma, tidak dapat memberikan respon dengan kata-kata maupun gerakan normal. Dokter mengatakan ada pendarahan di batang otak dan papa belum tentu bisa bertahan malam itu. Dalam keadaan shock kami bertanya apa yang Tuhan kehendaki. Saat itulah kami disadarkan bahwa papa belum diselamatkan. Maka malam itu saya bersama isteri menginjili papa di ruang ICU.
Mukjizat terjadi waktu Injil diberitakan. Ketika papa ditanya apakah mau menerima Tuhan Yesus, ia memberikan respon dengan menggenggam tangan saya kuat-kuat. Karena tidak yakin dengan reaksi yang ada, kami ceritakan lagi Injil dan bertanya lagi apakah papa mau percaya pada Tuhan Yesus.. sekali lagi tangan papa menggenggam kuat.. baru belakangan saya sadar tangan yang menggenggam itu adalah tangan yang sebelumnya patah dan hampir tidak berfungsi. Dari mana kekuatan itu datang? Air mata kami mengalir. Itulah konfirmasi kuat terakhir yang pernah kami peroleh dari papa. Malam itu pun papa dibaptis. Setelah malam itu, responnya terus melemah sampai tiga bulan kemudian beliau berpulang.
Saudara, tidak selalu kami bisa memahami karya Tuhan dalam hidup kami dengan benar. Namun melalui peristiwa ini pandangan kami tentang Allah berubah. Allah tidak jahat dan tidak diam. Dia sungguh adalah Allah yang berkuasa dan mengasihi kami namun Dia adalah juga Allah yang berdaulat dan melakukan karya-Nya pada waktu-Nya sendiri, bukan pada waktu atau menurut keinginan kami.
Pernahkah Saudara mengalami karya Tuhan? Mungkin keluarga Saudara dipulihkan atau penyakit Saudara disembuhkan. Jika pernah, apakah Saudara lebih terpesona kepada karya Allah atau kepada Pribadi Allah itu sendiri? Apakah hal ini membawa Saudara kepada pengenalan yang benar akan Allah dan membuat Saudara ingin mengenal Dia lebih dalam lagi dan menikmati Dia sebagai pemuas hidup Saudara?
Sebagai orang yang telah ditebus oleh darah Yesus, berkat dan penyertaan yang kita peroleh dari Tuhan seharusnya membawa kita kepada pengenalan yang benar akan Dia sebagai Sang Pemberi dan bukan hanya mengenal pemberian-Nya. Bukankah demikian?
Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar