Oleh Pilipus Ferdinand
LITERARY ANALYSIS
A. Batasan Teks
· Pasal 9:1-6 dimulai dengan frasa dengarlah, hai orang Israel! Ini menunjukkan adanya keinginan dari Musa untuk mengarahkan perhatian orang Israel kepada suatu topik yang baru, yaitu suatu kejadian yang akan (tentang rencana pendudukan atas tanah Kanaan), di mana Musa mengingatkan orang Israel supaya tidak membanggakan jasa atas kemenangan yang akan mereka raih atas bangsa Kanaan.
· Pasal 9:7-29 dimulai dengan frasa ingatlah, janganlah lupa, ini menunjukkan bahwa Musa ingin mengarahkan perhatian atau ingatan orang Israel kepada peristiwa lain yang telah mereka alami (yaitu peristiwa di gunung Horeb). Ini menunjukkan suatu kejadian yang telah dialami di masa lalu. Sedangkan topik yang dibicarakan dalam pasal 9:1-6 adalah tentang peristiwa yang akan datang, atau yang belum dialami orang Israel.
· Pasal 8 berisi tentang perintah untuk “Bersyukur kepada Allah karena kebaikan-Nya”, dua ayat terakhir dari pasal 8 (ay.19 & 20) berisi hukuman yang akan diterima Israel bila mereka melupakan Tuhan dan mengikuti allah lain. Jelas ini merupakan suatu topik yang berbeda dengan pasal 9:1-6.
· Dengan demikian, pasal 9:1-6 merupakan satu unit topik/kisah yang utuh yang berbeda dengan perikop-perikop sebelum dan sesudahnya.
B. Kesatuan Teks
· Perikop ini menunjukkan adanya kesatuan topik yang utuh mulai dari ayat 1 sampai dengan ayat 6. Perikop ini dibuka dengan seruan Musa kepada orang Israel yang sedang bersiap menyeberangi sungai Yordan untuk menduduki tanah Kanaan. Lalu Musa berbicara tentang keadaan kota dan orang-orang Kanaan yang lebih kuat dari Israel. Tetapi oleh kekuatan Tuhan, Israel akan mengalahkan bangsa-bangsa Kanaan itu. Dalam 3 ayatnya yang terakhir, Musa memperingatkan Israel bahwa bukan karena jasa-jasa mereka sehingga mereka berhasil menduduki Kanaan, melainkan karena kefasikan bangsa Kanaan, janji Allah kepada nenek moyang mereka dan karena anugerah Allah.
· Kesimpulan: Pasal 9:1-6 merupakan satu kesatuan topik/kisah tersendiri yang tidak sama dengan perikop-perikop sebelum dan sesudahnya.
C. Analisa Struktur Teks dan Pembagiannya
1"Dengarlah, hai orang Israel!
Engkau akan menyeberangi sungai Yordan
pada hari ini untuk memasuki
serta menduduki
daerah bangsa-bangsa yang lebih besar
dan lebih kuat
dari padamu,
yakni kota-kota besar yang kubu-kubunya sampai ke langit -
2suatu bangsa yang besar dan tinggi, orang Enak,
yang kaukenal
dan yang tentangnya kaudengar orang berkata:
Siapakah yang dapat bertahan menghadapi orang Enak?
3Maka ketahuilah pada hari ini,
bahwa TUHAN, Allahmu,
Dialah yang berjalan di depanmu laksana api yang menghanguskan;
Dia akan memunahkan mereka
dan Dia akan menundukkan mereka di hadapanmu.
Demikianlah engkau akan menghalau
dan membinasakan
mereka dengan segera,
seperti yang dijanjikan kepadamu oleh TUHAN.
4Janganlah engkau berkata dalam hatimu,
apabila TUHAN, Allahmu, telah mengusir mereka dari hadapanmu:
Karena jasa-jasakulah
TUHAN membawa aku masuk menduduki negeri ini;
padahal karena kefasikan bangsa-bangsa itulah
TUHAN menghalau mereka dari hadapanmu.
5Bukan karena jasa-jasamu
atau karena kebenaran hatimu
engkau masuk menduduki negeri mereka,
tetapi karena kefasikan bangsa-bangsa itulah,
TUHAN, Allahmu, menghalau mereka dari hadapanmu,
dan supaya TUHAN menepati janji yang diikrarkan-Nya
dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni Abraham,
Ishak
dan Yakub.
6Jadi ketahuilah,
bahwa bukan karena jasa-jasamu
TUHAN, Allahmu, memberikan kepadamu negeri
yang baik itu untuk diduduki. Sesungguhnya engkau bangsa yang tegar tengkuk!"
Pembagian Struktur Teks
Ulangan 9:1-6 dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
I. Ayat 1-3, Kehebatan bangsa Kanaan akan dikalahkan oleh Kekuatan Tuhan
A. Ayat 1-2 : Kebesaran dan kekuatan kota-kota dan orang-orang Kanaan
B. Ayat 3 : Kekuatan Tuhan akan mengalahkan bangsa Kanaan
II. Ayat 4-6, Peringatan kepada bangsa Israel supaya jangan membanggakan jasa
A. Ayat 4 : Bukan karena jasa-jasa Israel, melainkan kefasikan bangsa Kanaan
B. Ayat 5 : Bukan karena jasa-jasa Israel, melainkan janji Tuhan kepada nenek moyang
C. Ayat 6 : Bukan karena jasa-jasa Israel, melainkan anugerah Tuhan
Struktur Kitab Ulangan
(W.S. Lasor, D.A. Hubbard & F.W. Bush. Pengantar Perjanjian Lama)
I. Prakata (1:1-5)
II. Amanat Pertama: perbuatan Allah (1:6-4:40)
· Ringkasan sejarah firman Allah (1:6-3:29)
· Kewajiban-kewajiban Israel terhadap Allah (4:1-40)
III. Penunjukkan kota-kota perlindungan (4:41-43)
IV. Amanat kedua: hukum Allah (4:44 -26:19)
· Syarat-syarat perjanjian (4:44-11:32)
- Prakata (4:44-49)
- Dasa Titah (5:1-21)
- Pertemuan dengan Allah (5:22-23)
- Perintah yang utama (6)
- Tanah perjanjian dan masalah-masalahnya (7)
- Pelajaran dari perbuatan-perbuatan Allah dan respons Israel (8:1-11:25)
Ø Bersyukur kepada Allah karena kebaikan-Nya (8:1-20)
Ø Orang Israel diperingatkan supaya jangan membanggakan jasa (9:1-6)
Ø Riwayat tentang kemurtadan di Horeb (9:7-29)
Ø Riwayat tentang loh batu yang baru (10:1-11)
Ø Orang Israel diperingatkan supaya taat dan bersyukur (10:12-22)
Ø Kebesaran Tuhan (11:1-7)
Ø Ketaatan mendatangkan berkat, ketidaktaatan mendatangkan kutuk (11:8-25)
- Pilihan yang diperhadapkan kepada Israel (11:26-32)
· Hukum (12-26)
V. Upacara yang akan dilakukan di Sikhem (27-28)
VI. Amanat ketiga: perjanjian dengan Allah (29-30)
VII. Kata penutup dan nyanyian Musa (31:1-32:47)
VIII. Kematian Musa (32:48-34:12)
HISTORICAL-CULTURAL BACKGROUND, WORD MEANING & GRAMMATICAL ANALYSIS
I. Ayat 1-3
A. Ayat 1-2: Kebesaran dan kekuatan kota-kota dan orang-orang Kanaan
Selama tiga puluh delapan tahun sesudah orang Israel menolak memasuki tanah Kanaan, mereka berdiam di padang Paran dan Kadesy-Barnea, sampai generasi yang keluar dari Mesir mati semuanya.[1] Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan dan kini berada di seberang sungai Yordan dan bersiap untuk memasuki tanah perjanjian itu.
Musa mengatakan kepada bangsa Israel bahwa mereka akan menyeberang sungai Yordan “pada hari ini” untuk menduduki tanah Kanaan. Frasa “Pada hari ini” tidak berarti “dua puluh empat jam hari ini”, namun mengacu pada “waktu yang segera”, sebab untuk menyeberangi sungai Yordan ke Kanaan saja bangsa Israel membutuhkan waktu lebih dari sebulan.[2]
Berdasarkan laporan yang diterima dari ke 12 orang pengintai yang pernah diutus untuk mengintai tanah Kanaan, Musa kembali memaparkan tentang keadaan tanah Kanaan yang sedang diduduki oleh bangsa-bangsa yang lebih besar dan lebih kuat daripada Israel. Di mana kota-kotanya besar dengan kubunya sampai ke langit.
“Lebih besar dari dirimu”, ini berarti baik sebagai bangsa, kota maupun manusia (pribadi), bangsa Kanaan lebih besar daripada bangsa Israel.[3] Kata lebih besar dan lebih kuat digunakan untuk menggambarkan ketujuh bangsa Kanaan, kota-kota berkubu yang besar dan orang-orangnya yang kuat.[4] Sehubungan dengan ini, Israel diingatkan supaya tidak bersandar pada kekuatan mereka, tetapi bergantung kepada pertolongan Allah untuk menghancurkan musuh mereka, dan bahwa kemenangan itu adalah karena Allah saja.[5]
“Kubu-kubunya sampai ke langit”, banyak kota bertembok dari zaman Tembaga Tengahan dan yang kemudian (1950-1200 sM) telah digali di Palestina. Misalnya, kota-kota Hyksos yang telah ditemukan di Tell Beit Mirsim, Tell es-Sultan dan Hazor, yang bercirikan benteng-benteng besar yang dibuat dari tanah yang dipadatkan, dengan sebuah perbentengan yang melandai dan parit yang mengelilinginya.[6]
Selain kota-kotanya yang berkubu sampai ke langit, tanah Kanaan juga diduduki oleh bangsa yang orang-orangnya berperawakan besar dan tinggi, seperti orang Enak. “Orang Enak” adalah kaum Anakim (‘anaqim), keturunan nenek moyang yang disebut berdasarkan namanya Enak, terdapat di antara penduduk Palestina sebelum Israel. Nama Enak tanpa kata sandang hanya muncul dalam Bilangan 13:33 dan Ulangan 9:2, tapi di tempat lain muncul dalam bentuk “orang Enak” (ha’anaq), yang agaknya dianggap sederajat dengan Anakim. Perawakan dan jenis kaum Anakim hebat dan terkenal, justru mereka dijadikan perbandingan untuk menggambarkan besarnya orang lain seperti orang Emim (Ul. 2:10) dan orang Refaim. Dan ucapan, “Siapakah yang dapat bertahan menghadapi orang Enak?” Dalam laporan mengenai tanah yang dijanjikan yang dilaporkan oleh 10 mata-mata pengecut, ditekankan bahwa di sana ada orang Anakim maksudnya adalah ‘anaqim yang berarti luar biasa besarnya (*Raksasa). Malah dinyatakan bahwa mereka adalah keturunan orang Nefilim, yang juga disebut sebagai putra-putra Enak, dan para mata-mata itu mengatakan mereka merasa diri seperti belalang di samping mereka (Bil. 13:33). Orang Enak tinggal di pegunungan, khususnya di Hebron, di mana ditemukan Ahiman, Sesai dan Talmai, “keturunan Enak”. Yosua melenyapkan orang Enak dari pegunungan (Hebron, Debir dan Anab), tetapi beberapa orang tertinggal di Gaza, Gat dan di Asdod (Yos. 11:21-22).[7] Oleh karena keunggulan secara fisik inilah, orang Enak sangat percaya diri dan memandang rendah kepada bangsa Israel sebagai orang-orang yang lemah yang mau mencoba masuk ke negeri mereka.[8]
Tuhan telah mengantisipasi apa yang akan dikatakan oleh orang Ibrani, apabila mereka telah menduduki Kanaan. Bahwa mereka akan mengklaim bahwa kemenangan yang dramatik atas bangsa-bangsa Kanaan itu disebabkan kekuatan mereka sendiri. Oleh karena itu, untuk mengubah pandangan mereka yang salah ini, Tuhan sengaja menunjukkan kelemahan mereka dibanding dengan bangsa Kanaan.[9]
B. Ayat 3: Kekuatan Tuhan akan mengalahkan bangsa Kanaan
Dalam ayat 1 dan 2 di atas, telah digambarkan tentang kehebatan bangsa-bangsa yang mendiami tanah Kanaan. Berita tentang kehebatan musuh inilah yang menimbulkan kegentaran dan tawar hati dalam diri orang Israel, sehingga mereka menentang titah Tuhan dan tidak mau masuk ke negeri itu (Ul. 1:19-33). Akibat pemberontakan ini, Tuhan menghukum bangsa Israel hidup selama empat puluh tahun di padang gurun (Bil. 14:32-33)
Setelah masa pengembaraan selama empat puluh tahun itu hampir selesai, bangsa Israel dengan generasi yang baru kini siap untuk maju menduduki tanah Kanaan. Musa kembali memperingatkan Israel yang kemungkinan masih ingat dan terkejut dengan laporan 12 pengintai tentang kekuatan dan jumlah yang besar dari penduduk Kanaan. Dia tidak ingin mereka terkejut lagi atau meremehkan tugas yang ada di depan mereka. Oleh karena itu, Musa menegaskan bahwa walaupun secara militer dan pandangan manusia, kemenangan mereka adalah hal yang mustahil. Oleh karena musuh mereka lebih kuat, berpengalaman, jumlah yang besar dengan kota-kota berkubu, dan memiliki reputasi yang mengerikan: Siapa yang dapat melawan orang Enak? Namun, sekalipun orang Kanaan memiliki semua keunggulan ini, mereka akan dihukum oleh Tuhan. Seperti di padang gurun di mana Tuhan berjalan di depan Israel dengan tiang awan dan tiang api, demikianlah sekarang Dia akan berjalan di depan pasukan Israel untuk menghancurkan musuh mereka.[10] Ujung tombak dari kemenangan Israel adalah Dia yang tinggal di surga dan yang menjadikan gunung-gunung yang paling tinggi sebagai tumpuan kaki-Nya, dan lebih daripada itu Dia juga merupakan api yang menghanguskan.[11]
“Dialah yang berjalan di depanmu”, istilah ini patut dibandingkan dengan tradisi tentang tiang awan yang menuntun perjalanan Israel di padang gurun serta melindungi mereka dari serangan musuh. Ingatlah juga kepada tradisi tentang malaikat Tuhan dan tentang “wajah Tuhan”.[12] Rahasia penaklukan Kanaan tidak berdasarkan keunggulan diri orang Israel. Kemenangan yang ajaib ini terjadi hanya melalui pengakuan akan kelemahan mereka (Israel), mengenal kebesaran Allah dan menyatakan kebergantungan mereka hanya pada Allah. Sekali lagi Musa menegaskan bahwa kekuatan yang sesungguhnya dari tentara Israel tidak berasal dari kekuatan mereka tetapi dari Allah. Kemenangan mereka berdasarkan intervensi Allah, bukan keahlian mereka. Penaklukkan itu karena kekuatan Allah, bukan kekuatan mereka.[13]
“Api yang menghanguskan”, sifat Allah sebagai “api yang menghanguskan” berhubungan erat dengan “kecemburuan-Nya”. Di satu sisi, Allah tersinggung bila umat-Nya menyimpang kepada allah lain, hal ini justru menandakan bahwa Dia begitu mengasihi serta merindukan umat-Nya. Di sisi lain, kebalikan dari kasih yang cemburu itu ialah bahwa murka-Nya menyala terhadap musuh-musuh yang menghalang-halangi rencana yang Tuhan maksudkan untuk umat-Nya.[14] Pemahaman yang sempit terhadap kasih Allah kepada Israel dengan cara mengorbankan bangsa-bangsa Kanaan, bisa menimbulkan pertanyaan atas keadilan Tuhan: Bagaimana mungkin Tuhan – yang adalah Allah atas semua bangsa di atas bumi – sepertinya mengorbankan penduduk asli Kanaan begitu saja. Tuhan seolah-olah tidak peduli dengan bangsa-bangsa lain, mengorbankan banyak bangsa hanya untuk satu bangsa saja. Namun hendaklah kesan ini dipahami dalam konteks yang lebih luas. Antara lain, faktor-faktor berikut perlu diingat:[15]
1. Mazhab Ulangan menekankan bahwa penduduk asli itu memang berdosa di hadapan TUHAN: ingat akan pola ibadat mereka yang penuh kenajisan, adat-istiadat mereka yang bengis, dan sebagainya.
2. Mazhab Ulangan memperlihatkan perhatian kepada nasib bangsa-bangsa lain, serta mencatat bahwa sejarah dan keagamaan mereka dibimbing TUHAN (Ul. 4:19; 32:8-9).
3. Selain mazhab Ulangan, Perjanjian Lama pada umumnya menekankan bahwa pemilihan Israel adalah demi kepentingan bangsa-bangsa lain (Kej. 12:1-3, bnd Ams. 9:7).
4. Teologia mazhab Ulangan menggumuli krisis politis dan nasional yang disebabkan karena sinkretisme. Prinsip teologinya menuntut “kemurnian nasional”, namun dalam praktek sejarah, kebanyakan orang Kanaan tidak dibasmi, melainkan dimasukkan ke dalam tubuh Israel.
II. Ayat 4-6
A. Ayat 4: Bukan karena jasa Israel, melainkan kefasikan bangsa Kanaan
Bagian ini (ayat 4-6) merupakan peringatan supaya Israel jangan sombong, seolah-olah jasa umat itulah yang menjadi sebab mengapa Tuhan bermurah hati terhadap mereka. Pada ketiga ayat ini, Musa memberikan 3 alasan bahwa kemenangan bangsa Israel sama sekali bukanlah karena jasa-jasa atau kebenaran mereka, oleh karena itu sangat tidak tepat bila mereka menyombongkan diri. Alasan pertama (ayat 4), yaitu bahwa keberhasilan itu disebabkan kefasikan bangsa-bangsa Kanaan, sehingga Allah mengusir mereka.
“Jasa-jasaku”, kata yang diterjemahkan dengan “jasa” di sini (Ibrani: “tsedhaqa”) sebenarnya berarti “kebenaran” (lih. 6:25). Pada prinsipnya “benar” dalam konteks perikop kita ini, berarti “sesuai dengan norma”, yaitu “sesuai dengan sifat-tabiat Allah sendiri, seperti yang tercermin dalam penyataan kehendak-Nya di dalam Torah. Umat itu adalah “benar” (berjasa) bila umat itu dengan sempurna mengasihi Allah (Ul. 6:5) dan sesama manusia (Im. 19:18b). Tetapi umat itu harus menyadari bahwa dia tidak mempunyai kebenaran dalam arti yang demikian, melainkan memperoleh berkat-berkat Tuhan hanyalah berdasarkan anugerah. Bahwa kata “kebenaran” ini dipakai sampai tiga kali dalam ayat 4-6, menciptakan tekanan yang kuat.[16]
“Karena jasa-jasakulah”, adalah sebuah salah tafsir menyedihkan terhadap rangkaian peristiwa penaklukkan, yang akan mudah dilakukan Israel. Satu-satunya penjelasan yang benar tentang kemenangan Israel hanyalah kefasikan orang Kanaan di satu sisi (ay. 4c,5) dan kasih karunia Allah yang mengampuni Isreal di sisi yang lain (9:6-10:11). Tentang hubungan antara kefasikan penduduk Kanaan dengan penggenapan janji Allah kepada Abraham, lihat Kejadian 15:16. Cara perolehan negeri yang dijanjikan itu terkait erat dengan pemusnahan orang Kanaan, ini merupakan contoh dari prinsip penghukuman yang bersifat menebus. Keselamatan para sahabat Allah dengan sendirinya berarti kemenangan mereka terhadap para sahabat Iblis. Dari sudut orang pilihan, penghukuman terhadap sahabat Iblis merupakan penghukuman yang bersifat menebus (mis: Why. 19:11 dst.; 20:9 dimana disebutkan bahwa penebusan kaum pilihan tergenapi melalui kebinasaan dari pasukan Iblis).[17]
“Kefasikan” secara harafiah berarti “kejahatan”. Kefasikan itu berlaku baik secara kultis (menolak soal ibadah kepada YHWH) maupun secara ethis-moral (menegakkan kultus yang mengandung unsur-unsur penyelewengan sexual, atau adat istiadat yang kejam dan bengis – Im. 18:3,24-30; 20:23; Ul. 18:12; 20:18).[18]
“Kefasikan bangsa-bangsa itulah”. Dari penggalian arkeologi di Ras Syamra (Ugarit) dan di lain tempat di Kanaan sekarang, diketahui bahwa agama pribumi negeri itu adalah salah satu agama yang paling merusak akhlak, paling diperbudak hawa nafsu dan paling rusak di Timur Dekat Purba.[19]
Kefasikan bangsa-bangsa Kanaan inilah yang menyebabkan Tuhan menjatuhkan hukuman atas mereka, dengan menghalau mereka dari negeri mereka sendiri dan diganti dengan bangsa Israel. Hendaklah Israel memahami bahwa, sebagaimana bangsa-bangsa kafir diusir dari tanah Kanaan karena kefasikan mereka, demikian juga Israel dapat diusir kalau menyimpang dari syarat-syarat perjanjian. Supaya kesadaran tentang hal ini ditanam betul-betul dalam hati orang Israel, maka rumusan ini diulangi lagi pada ayat 5.[20]
B. Ayat 5: Bukan karena jasa Israel, melainkan janji Tuhan kepada nenek moyang
Dalam ayat ini Musa kembali mengulang ucapannya di ayat 4, yaitu bukan karena jasa-jasa Israel tetapi kefasikan bangsa-bangsa Kanaan. Alasan kedua adalah karena janji Tuhan kepada leluhur Israel. Dalam perjanjian yang diikat-Nya dengan Abraham, Tuhan telah berjanji untuk memberikan tanah Kanaan kepada keturunannya (Kej. 15:18-21), sehingga segala tindakan yang dilakukan Tuhan adalah penggenapan dari janji-Nya kepada Abraham.
“Bukan karena kebenaranmu”, bukan karena hatimu yang lurus atau hidupmu yang kudus maka Allah melakukannya bagimu.[21] Tetapi supaya Tuhan memenuhi janji-Nya yang telah diikrarkan-Nya kepada nenek moyangmu.
“Supaya TUHAN menepati janji”, artinya dengan menegakkan Israel di Kanaan itu, Allah memenuhi janji-Nya kepada para bapa leluhur. Sekalipun panggilan Israel itu tanpa syarat dan tidak dapat dibatalkan, karena datang dari kasih Allah (bnd Rm 11:29), namun berkat-berkat itu bergantung kepada ketaatan.[22]
C. Ayat 6: Bukan karena jasa-jasa Israel, melainkan anugerah Tuhan
Sekali lagi dalam ayat 6 ini Musa menyatakan bahwa bukan karena jasa-jasa orang Israel maka Tuhan memberikan Kanaan kepada mereka. Alasan ketiga ini diberikan untuk menekankan bahwa pemberian tanah Kanaan itu tidak merupakan penghargaan atas kebenaran yang dilakukan oleh orang Israel. Sebab kenyataannya, mereka sungguh-sungguh jauh dari kebenaran. Sebaliknya, orang Israel diingatkan bahwa mereka adalah bangsa yang tegar tengkuk. Jika pemberian tanah Kanaan itu didasarkan atas kebenaran/jasa orang Israel, maka Israel tidak akan pernah menduduki tanah Kanaan. Itu adalah suatu pemberian atas dasar anugerah, bukan penghargaan.[23]
Sesungguhnya mereka adalah bangsa yang tegar tengkuk. “Tegar tengkuk” secara harafiah artinya “tegar leher” atau “bersitegang leher” (bdg Neh. 9:29). Istilah ini juga dipakai dalam Keluaran 32:9; 33:3,5; 34:9, mengenai dosa pembuatan berhala berupa lembu emas. Kiasan ini terambil dari bidang pertanian, yaitu yang menunjuk kepada sapi atau kerbau yang menolak untuk dikenai pasangan-kayu (kuk) demi membajak ladang. Seperti halnya dengan kerbau itu, Israel enggan tunduk kepada kuk; kuk yang dimaksudkan ialah Torah TUHAN.[24]
“Tegar tengkuk” juga berarti memberontak dan suka melawan, dan hidup dalam kebenaran yang pura-pura. Oleh karena itu kekuatan untuk menduduki tanah Kanaan adalah berasal dari Allah, bukan kekuatan Israel, dan karena anugerah Allah, bukan kebaikan/jasa Israel. Di dalam Dia Israel memperoleh kemenangan.[25]
Israel telah seringkali memberontak kepada Tuhan. Sepatutnyalah Allah menghukum mereka. Namun karena kasih Allah yang begitu besar kepada mereka, Allah tetap memelihara dan memberikan tanah Kanaan sebagai milik pusaka mereka. Namun setelah Israel telah menduduki tanah itu Allah menuntut ketaatan Israel dalam memelihara perjanjian yang telah diikat-Nya dengan mereka di Sinai. Sekarang kelangsungan kepemilikan atas tanah Kanaan didasarkan atas ketaatan orang Israel. Ketidaktaatan akan membuat mereka terusir dari tanah Kanaan.[26]
Kesimpulan
Keperkasaan bangsa-bangsa Kanaan dengan kota-kotanya yang berkubu dan orang-orangnya yang kuat adalah sesuatu yang tidak bisa ditandingi oleh Israel secara militer. Ketakutan dan kegentaran Israel terhadap bangsa Kanaan inilah yang membuat mereka bersungut-sungut, sehingga mendatangkan murka Tuhan. Akibatnya Israel harus mengembara selama empat puluh tahun di padang gurun. Oleh karena itu, ketika masa pengembaraan itu hampir selesai dan bangsa Israel dengan generasi yang baru siap untuk memasuki Kanaan, Musa kembali mengingatkan orang Israel untuk bergantung pada kekuatan dan pertolongan Tuhan saja. Sebab dengan kekuatan mereka sendiri, pastilah mereka gagal. Tetapi dengan kekuatan Tuhan, mereka pasti dapat menduduki tanah itu.
Musa memperingatkan Israel supaya tidak sombong dengan mengatakan bahwa keberhasilan mereka menduduki tanah Kanaan adalah karena jasa-jasa atau kebenaran mereka. Oleh karena itu, Musa memberi tiga alasan penyebab keberhasilan bangsa Israel menduduki Kanaan, yaitu karena:[27]
1. Kefasikan bangsa-bangsa Kanaan yang sangat besar sehingga mendatangkan penghukuman Allah. Dia bukan hanya Allah Israel, tetapi juga Allah dari semua bangsa.
2. Allah telah berjanji kepada nenek moyang Israel, untuk memberikan Kanaan kepada mereka.
3. Allah memberikan Kanaan semata-mata karena anugerah-Nya, sebab sesungguhnya Israel adalah bangsa yang tegar tengkuk, yang seharusnya dimusnahkan.
Amanat Teks
Subyek:
Mengapa Musa memperingatkan agar bangsa Israel tidak membanggakan jasa?
Komplemen:
Sebab bukan karena jasa-jasa bangsa Israel sehingga mereka dapat menduduki tanah Kanaan, tetapi karena kefasikan bangsa Kanaan, janji Allah kepada para leluhur dan anugerah Allah.
Amanat Teks:
Musa memperingatkan bangsa Israel bahwa keberhasilan mereka menduduki tanah Kanaan bukan disebabkan oleh jasa-jasa mereka, melainkan karena kefasikan penduduk Kanaan, janji Allah kepada para leluhur dan anugerah Allah kepada mereka.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Ellicott, Charles John. Ellicott’s Bible Commentary. Grand Rapids: Zondervan, 1976.
Brown, Raymond. The Message of Deuteronomy. Leicester: Inter-Varsity, 1993.
Bruce, F.F. The International Bible Commentary. Grand Rapids: Zondervan, 1986.
Cairns, I.J. Tafsiran Alkitab Perjanjian Lama-Ulangan. Jakarta: Gunung Mulia, 1986.
Christensen, Duane L., ed. Word Biblical Commentary-Deuteronomy 1-11. Dallas: Word, 1991.
Douglas, J.D., ed. Ensiklopedi Alkitab Masa Kini. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF,
1992.
Gaebelein, Frank E., ed. The Expositor’s Bible Commentary. Vol. 3. Grand Rapids: Zondervan,
1992.
Guthrie, Donald., ed. Tafsiran Alkitab Masa Kini. Jakarta: Gunung Mulia, 1982.
Guthrie, Donald., ed. The New Bible Commmentary: Revised. Grand Rapids: Eerdmans, 1970.
Lasor W.S., Hubbard D.A. and F.W. Bush. Pengantar Perjanjian Lama. Jakarta: Gunung Mulia,
1995.
Paschall, H. Franklin., ed. The Teacher’s Bible Commentary. Nashville: Broadman, 1972.
Pfeiffer, Charles F., ed. The Wycliffe Bible Commentary. Chicago: Moody, 1962.
Pfeiffer, Charles F., ed. The Wycliffe Bible Commentary (edisi terjemahan). Malang: Gandum Mas,
2004.
Walvoord, John F., ed. The Bible Knowledge Commentary. USA: Victor, 1986.
Wesley, John. Wesley’s Notes on The Bible. Grand Rapids: Francis Asbury, 1987.
saya tertarik dengan eksegese ini.
BalasHapusapakah masih ada eksegese lain??
terutama ulangan 6:1-9?
jika ada tolong dikirim via email
thanks GBU
saya tertarik dengan eksegese ini.
BalasHapusapakah masih ada eksegese lain??
terutama ulangan 8:1-20?
jika ada tolong dikirim via email
thanks GBU