8 Juni 2011

Khotbah Ibrani 4:14-16

Oleh Dian Stephanita S.



Pendahuluan
Saudara-saudara, suatu kali seorang wanita sedang asyik menonton seekor beruang kutub di sebuah kebun binatang. Namun entah didorong perasaan gemas, atau apa, wanita ini tiba-tiba masuk kedalam kandang beruang itu dengan melompati pagar pembatasnya. Wanita ini datang ingin menyentuh binatang yang lucu dimatanya itu.  Tak ayal lagi, melihat ada benda asing mendekat, bagi sang beruang kedatangan wanita itu dirasakan sebagai ancaman yang membahayakan. Sang beruang langsung menjadi ganas. Ia menerkam kaki wanita tersebut. Langsung saja terjadi kepanikan. Para penonton yang lain panik. Mereka ingin menolong wanita itu, tapi mereka takut kepada beruang itu. Saudara, ditengah kepanikan itu, untunglah datang seorang penolong.  Dialah bapak pawang beruang. Dengan sigap pawang tersebut segera mengontrol beruang yang sedang emosi dengan senjatanya. Sang pawang pun segera mengamankan sang wanita. Wanita itu pun terselamatkan dari bahaya besar.
            Sang pawang beruang merupakan seorang penolong yang paling tepat saat itu. Dia adalah orang yang punya kemampuan untuk menundukkan beruang. Dia tahu, wanita itu membutuhkan pertolongan.  Dia tahu bahwa hanya dia, saat itu, satu-satunya yang bisa menolong wanita itu.
            Saudara, sadar atau tidak sadar, cerita tadi menggambarkan kondisi yang seringkali kita alami. Seringkali kita seperti wanita itu, kita sering tergoda untuk “mendekati” pencobaan. Tapi sayangnya, kita lemah dan pada akhirnya kita jatuh dalam pencobaan. Ketika pencobaan itu “menerkam” kita, kita butuh pertolongan, karena tidak ada satupun manusia yang sanggup menolong dirinya dari bahaya dosa. Godaan dosa yang berakibat maut tidak mampu kita lawan, sebab kita lemah. Berulang kali-ulang kita jatuh dalam lubang dosa yang sama.  Dosa seperti lumpur hisap yang menghisap kita makin dalam dan makin dalam lagi ketika kita terjebak didalamnya.  Kita adalah manusia lemah. Sulit sekali lepas dari jerat dosa, sampai-sampai diri kita penuh lumpur dosa yang menjijikan.  Dengan segala kelemahan dan keberdosaan, Saudara dan saya tidak layak menjadi hamba Tuhan. Saudara, untuk bisa lepas dari keberdosaan, kita butuh penolong yang kapabilitas untuk itu; penolong yang mampu mengangkat dan membersihkan kita dari lumpur dosa itu dan siap menjaga saat kita menghadapi pencobaan. Tapi pertanyaannya, siapa yang punya kapabilitas untuk menolong kita dari dosa?
            Saudara, bersyukur pada Tuhan kita, Yesus Kristus, Ia adalah Imam Besar Agung yang sanggup menolong kita dari keberdosaan karena memiliki dua kapabilitas, yaitu kuasa dan belas kasihan.

Mari kita perhatikan kapabilitas Yesus Kristus yang pertama, yaitu: Memiliki kuasa (ay. 14).   

Penjelasan
            Saudara, orang yang bisa membebaskan seorang narapidana dari hukuman, bukanlah sesama  narapida, bukan orangtuanya, juga bukan tetangganya, melainkan hakim dalam pengadilan. Kenapa, Saudara? Karena hakim mempunyai kuasa hukum untuk menetapkan hukuman atau membebaskan seseorang dari hukuman. Saudara, sama halnya dengan kita, ketika kita berdosa, siapa yang bisa mengampuni kita, dan kepada siapa kita harus minta pengampunan? Hanya Allahlah yang berkuasa untuk mengampuni kita, sebab dosa merupakan sebuah pelanggaran terhadap hukum Allah.  Namun saudara, bagaimana caranya kita dapat menghadap Allah yang suci itu dan meminta pengampunan? Bukankah kita yang berdosa itu tidak layak menghadap Allah yang suci?
Saudara, satu-satunya jalan yang disediakan Allah adalah melalui Yesus.  Yesuslah yang punya kuasa untuk menolong kita menghadap Allah. Ibrani 4:14 berkata bahwa Yesus telah melintasi langit. “Melintasi” artinya telah melampaui, melewati satu area. Saudara, untuk mengerti maksud dari kata “melitasi, kita harus mengerti konteks jabatan Imam besar. Dulu pada masa PL, seorang Imam Besar memiliki satu tugas khusus satu kali dalam setahun. Dia harus “melintasi” ruang kudus untuk menuju ruang maha kudus yang dibatasi tabir pembatas. Dia masuk ke dalam ruangan paling kudus dalam rumah Tuhan untuk menghadap hadirat Tuhan. Di situlah Imam Besar menjadi perantara antara umat Tuhan dengan Tuhan, untuk meminta pengampunan dosa kepada Tuhan dengan mempersembahkan korban.
            Saudara, Imam besar melintasi ruang kudus ke ruang maha kudus, tapi Yesus, Imam Besar Agung kita telah melintasi langit.  Ibrani 9:24 berkata: “Sebab Kristus bukan masuk ke dalam tempat kudus buatan tangan manusia yang hanya merupakan gambaran saja dari yang sebenarnya, tetapi ke dalam sorga sendiri untuk menghadap hadirat Allah guna kepentingan kita.Dia telah masuk ke ruangan yang terkudus, yaitu sorga. Tidak sekali dalam setahun, tapi selama-lamanya. Yesus membukakan tabir pembatas antara kita dengan Allah untuk selamanya. Dan ketika tabir itu terbuka, maka kita dapat memohon pengampunan dosa kepada Allah.
             Alkitab mengatakan bahwa Imam Besar Agung kita, Yesus Kristus, adalah Anak Allah. Dalam konteks Romawi, kaisar adalah disebut anak dewa, tetapi dalam esensinya berarti kaisar itu dewa. Analogi inilah yang dipakai rasul Yohanes dan penulis surat Ibrani. Bahkan yang lebih agung lagi, Yesus Anak Allah itu berarti Yesus adalah Allah. Allah itu Mahakudus. Itu artinya Yesus, sebagai Anak Allah juga kudus. Dengan kata lain Dia adalah The Holy One. Dalam konteks orang Yahudi, The Holy One adalah Sang Pencipta dan pribadi satu-satunya yang dapat mengampuni dosa manusia. Karena itu Imam Besar Agung kita tidak hanya berkuasa karena melintasi langit, tetapi juga karena Dia adalah Allah itu sendiri.

Ilustrasi
            Saudara, ada awal abad 20, mobil mulai marak dipasarkan di Amerika. Ada seorang bapak tua yang mengendari mobil Ford, sebuah merek mobil yang terkenal saat itu. Tiba-tiba mesin mobilnya rusak ditengah jalan dan tidak bisa berjalan lagi. Celakanya, pada waktu itu jarang ada orang yang mengerti mesin mobil. Jadi, berjam-jam bapak tua itu mencoba memperbaiki mobil itu sendirian, namun tetap tidak bisa. Pada akhirnya muncullah satu orang yang datang untuk membantu bapak itu. Orang itu melihat mesin mobil itu sebentar, dan memperbaikinya dalam waktu singkat. Melihat kemampuan orang itu memperbaiki mobil, bapak tua itu penasaran dan bertanya: “Siapakah engaku, tuan?” Lalu orang itu menjawab: “Saya adalah Henry Ford, pencipta mobil Ford ini.”

Aplikasi
            Seorang pencipta memiliki kapabilitas untuk memperbaiki ciptaannya yang rusak. Demikian juga Allah yang menciptakan kita. Dia mempunyai kuasa untuk mengampuni dan membersihkan kita dari dosa. Saudara, dengan keyakinan bahwa kita memiliki penolong yang berkuasa, janganlah kita terus-menerus menutup diri dalam kehidupan tanpa harapan karena dosa-dosa kita. Tetapi marilah kita datang kepada Dia, Allah yang yang sanggup menghapus dosa kita, dengan perantaraan Yesus Kritus sebagai Imam Besar Agung kita.
           
Saudara, Yesus Kristus memiliki kuasa sebagai kapabilitas pertama dalam menolong kita dari keberdosaan. Kapabilitas kedua yang perlu kita perhatikan adalah: Memiliki belas kasihan (ay. 15-16).

Penjelasan
            Saudara, orang yang tidak mau mengampuni adalah orang yang tidak mempunyai belas kasihan. Tapi, orang yang mempunyai belas kasihan adalah orang mengerti keadaan orang lain sehingga ia dapat mengampuni kesalahan orang itu.
            Alkitab berkata di ayat 15 bahwa Yesus bukanlah Imam besar yang tidak turut merasakan kelemahan-kelemahan kita.  Saudara, saya berpikir, kenapa ayat ini menggunakan kalimat negatif? Kenapa tidak memakai kalimat positif saja, bukankah akan lebih enak jika menggunakan kalimat: Ia adalah Imam Besar yang dapat turut merasakan kelemahan kita. Saudara, rupanya, penggunaan kalimat negatif menunjukkan kontras antara Imam besar dengan Yesus. Imam Besar hanya dapat mempersembahkan korban penebusan dosa umatnya tanpa harus berempati dengan kelemahan-kelemahan umatnya. Tapi berbeda dengan Yesus. Dia dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita umatnya, khususnya kelemahan dalam menghadapi godaan dosa.
            Yakobus 1:14-15 berkata: “Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya.  Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.” Dicobai bukanlah dosa, namun menyerah pada pencobaan itulah yang mengakibatkan dosa.             Saudara, Yesus dapat “merasakan” kelemahan bukan berarti Yesus sudah merasakan bagaimana rasanya jatuh dalam dosa itu.  Empati yang Yesus rasakan, didapatkan dari pengalaman Yesus, bahwa: betapa menderita nya saat dicobai. Iblis mencobai Yesus di padang gurun dalam hal 3K, kelemahan-kelemahan terbesar yang dialami manusia:  Kelaparan, kesombongongan, dan kekuasaan. Yesus merasakan betapa menderitanya manusia saat dicobai. Bahkan hingga menjelang akhir hidupnya,  di taman Getsemani Yesus menderita ketika ia tahu dirinya akan menderita disiksa.  Saat itu pun ia dicobai untuk meninggalkan panggilan-Nya.
            Namun saudara, berita gembiranya dikatakan pada kalimat selanjutnya dalam ayat 15: “Bahwa Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa”. Itu artinya Yesus tidak jatuh dalam dosa.  “Tidak berbuat dosa” menunjukkan kemenangan Yesus, bukan hanya sekali saja, tetapi terus-menerus Ia menang melawan pencobaan.  Yesus menjadi pribadi yang tetap sempurna, tidak dinodai oleh dosa.  Sebagai pribadi yang sempurna itulah Yesus mampu menjadi korban penebusan yang sempurna pula.  
            Saudara, turut merasakan penderitaan atas kelemahan manusia menjadi kunci bagi Yesus untuk memberikan rahmat dan kasih karunia bagi manusia. Itu artinya, karena belas kasihan-Nya maka Yesus mau memberikan pengampunan dan keselamatan bagi kita.  Karena, itu penulis surat Ibrani menulis ayat 16 yang berbunyi: “Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.”
            Paulus pun mengakui bahwa Yesus adalah pribadi yang penuh dengan belas kasihan. Dalam I Timotius  1:16, Paulus berkata: “Tetapi justru karena itu aku dikasihani, agar dalam diriku ini, sebagai orang yang paling berdosa, Yesus Kristus menunjukkan seluruh kesabaran-Nya. Dengan demikian aku menjadi contoh bagi mereka yang kemudian percaya kepada-Nya dan mendapat hidup yang kekal.” Kita semua tahu, dosa-dosa yang diperbuat oleh Paulus. Begitu mengerikan. Namun justru dari kesadaran begitu besarnya dosa Paulus, maka Paulus menyadari bahwa begitu besar pula belas kasihan Yesus.
            Acap kali dalam perjalanan hidup-Nya, pertolongan-pertolongan yang diberikan Yesus bagi orang-orang yang lemah didasari oleh belas kasihan-Nya. Injil mencatat bahwa: Hati Yesus berbelas kasihan saat ia melihat seorang yang sakit kusta, maka Ia menjadikan orang itu tahir.  Hati Yesus berbelas kasihan terhadap janda yang anaknya meninggal, maka Yesus membangkitkan anak itu.  Hati Yesus berbelas kasihan melihat orang banyak yang mengikutinya,sebab mereka seperti domba tanpa gembala, Yesus mengajar dan menyembuhkan mereka yang sakit.  Yesus adalah pribadi yang penuh belas kasihan.  Karena belas kasihannya inilah ia pasti mau menolong kita, manusia yang lemah dari dosa. 

Ilustrasi
            Saudara, suatu kali ada seorang putri yang begitu disayang oleh keluarganya. Tidak pernah sekalipun ia diijinkan keluar dari istananya, karena ia begitu dijaga.  Namun, dalam suatu kesempatan, karena didorong rasa penasarannya, sang putri secara sembunyi-sembunyi, keluar dari istananya.  Namun saudara, betapa terkejutnya sang putri melihat kondisi diluar kerajaan-Nya.  Sangat berbeda dengan lingkungan di dalam istananya yang hangat dan nyaman.  Kondisi diluar begitu kumuh, kering, para penduduk tampak begitu kurus kering karena kelaparan.  Tiba-tiba seorang penduduk mendekati sang putri dan memohon agar ia diberi makanan.  Segera sang putri memberikan roti yang ia bawa.  Begitu melihat ada roti, serempak para penduduk lain menyerbu putri tersebut, berebutan, meminta roti. Sang putri ketakutan. Tanpa sadar ia menghempaskan para penduduk yang kelaparan itu.  Sang putri segera berlari dan kembali masuk ke istananya.  Sesampai di istana, hati sang putri diliputi rasa bersalah.  Ia terus-menerus terngiang-ngiang dengan wajah-wajah rakyatnya yang penuh penderitaan.  Barulah ia tersadar, rupanya peperangan berkepanjangan yang dialami kerajaannya membawa penderitaan yang begitu hebat bagi rakyatnya. Saudara, hati sang putri begitu diliputi oleh belas kasihan. Ia ingin menolong rakyatnya.  Ia merasa tidak berdaya, padahal ia seorang putri.  Saudara, singkat cerita, sang putri berpikir keras untuk dapat melakukan perdamaian. Saudara, jalan perdamaian yang diajukan sang putri begitu mengejutkan bagi negara yang menyayanginya. Rupanya sang putri mengajukan dirinya menjadi tawanan negara musuh. Dengan begitu negaranya tidak akan berani menyerang negara musuh, dan negara musuh pun dapat merasa tenang sebab mereka telah memiliki jaminan berharga, yang memastikan bahwa negara mereka tidak akan diserang. 
            Saudara, hati yang penuh belas kasihan, membuat sang putri mau mengorbankan dirinya agar kedamaian diperoleh bagi negaranya.  Semuanya dilakukan hanya karena belas kasihan semata kepada rakyatnya.  Dan sang putri merupakan pengganti yang sempurna bagi kedua belah pihak. Saudara, cerita sang putri yang mampu menolong bangsanya tadi merupakan gambaran dari pertolongan Yesus bagi kita.  Kemurahan Yesus tercurah atas belas kasihannya semata melihat kelemahan kita.     

Aplikasi
            Saudara, ketika kita tahu kita memiliki penolong yang berbelas kasihan pada kita, marilah kita memiliki keberanian untuk datang kepadanya, memohon pertolongan-Nya atas kelemahan kita.  Atas dosa kita.  Mengapa kita masih terus-menerus terbenam dalam ketakutan kita atas dosa-dosa kita? Kita buang perasaan-perasaan ketidaklayakan kita.  Perasaan-perasaan yang menjauhkan kita dari Tuhan.  Pikiran-pikiran kita yang mungkin menjudge bahwa kita ‘gak pantas jadi hamba Tuhan sebab kita merasa kita belum melakukan apa yang kita khotbahkan.  Mari kita datang padanya dengan hati yang sungguh-sungguh, kita berdoa dan berkomitmen penuh menjadikan Yesus penolong kita. Kita yakini Yesus mampu dan mau menolong kita.

Penutup
            Yesus adalah Imam Besar Agung yang punya kapabilitas untuk menolong kita. Ia sanggup menolong kita dari dosa-dosa kita, sebab Yesus punya kuasa dan kemurahan.  Oleh karena itu Saudara, marilah kita memiliki setia berpegang teguh bahwa Yesus sanggup menolong kita dan terus-menerus yakin bahwa Yesus mau menolong kita.  Ketika kita setia pada keyakinan kita, percayalah Ia memberikan pertolongan itu melalui rahmat dan karunia-Nya yang akan menguatkan kita dalam menghadapi kelemahan kita dari dosa.

Amin



Tidak ada komentar:

Posting Komentar