Oleh Tjia Djie Kian
LITERARY ANALYSIS
A. Batasan Teks
- Teks ini dimulai dengan keterangan waktu “Sesudah itu” sedangkan Yoh. 6:16 dimulai lagi dengan keterangan waktu “dan ketika hari sudah malam”, menunjukkan bahwa bagian pasal 6 yang dimulai dengan ayat 16 adalah bagian yang berbeda.
- Pasal 5 berbicara tentang penyembuhan orang di Betesda dan penjelasan Yesus mengenai kesaksian-Nya. Pasal 6 ayat 16 berbicara tentang mujizat Yesus berjalan di atas air, sebuah mujizat yang berbeda dengan yang diceritakan di perikop ini.
- Dapat disimpulkan bahwa Yohanes 6:1-15 merupakan satu unit kisah yang utuh yang berbeda dengan bagian-bagian sebelum dan sesudahnya.
B. Kesatuan Teks
- Kesatuan teks sebagai satu unit pikiran didukung dengan adanya kata-kata yang sama yang dipakai berulang-ulang seperti: roti (ay. 5, 7, 9, 11, 13), berbondong-bondong (ay. 2, 5), referensi kepada orang-orang/orang banyak (ay 2, 5, 9, 10, 14 dan beberapa ayat lain yang mengacu pada “mereka” yang menunjukkan orang banyak itu).
- Adanya persamaan dan alur cerita yang tak terputus dari mujizat pemberian makan 5000 orang, dimulai dari tindakan Yesus yang pergi ke seberang danau Galilea disusul oleh pertanyaan-Nya tentang bagaimana memberikan makan kepada orang banyak itu, ketidaksanggupan murid-murid-Nya untuk menyelesaikan masalah itu, adanya lima roti jelai dan dua ekor ikan yang dipakai Yesus untuk memberikan makan kepada semua orang itu dan diakhiri dengan tanggapan orang banyak setelah mereka kenyang dan menyingkirnya Yesus karena Dia tahu apa yang mau mereka lakukan terhadap Dia. Semua ini adalah satu kesatuan cerita yang lengkap.
- Kesimpulan: Yohanes 6:1-15 merupakan satu kesatuan kisah tersendiri yang berbeda dengan bagian-bagian sebelum dan sesudahnya.
C. Analisa Struktur Teks dan Pembagiannya
1 Sesudah itu Yesus berangkat ke seberang danau Galilea
yaitu danau Tiberias.
2 Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia
karena mereka melihat mujizat-mujizat penyembuhan
yang diadakan-Nya
terhadap orang-orang sakit.
3 Dan Yesus naik ke atas gunung
dan duduk di situ
dengan murid-murid-Nya.
4 Dan Paskah,
hari raya orang Yahudi
sudah dekat.
5 Ketika Yesus memandang sekeliling-Nya
dan melihat,
bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya,
berkatalah Ia kepada Filipus:
"Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?"
6 Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai dia,
sebab Ia sendiri tahu,
apa yang hendak dilakukan-Nya.
7 Jawab Filipus kepada-Nya:
"Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini,
sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja."
8 Seorang dari murid-murid-Nya,
yaitu Andreas,
saudara Simon Petrus,
berkata kepada-Nya:
9 "Di sini ada seorang anak,
yang mempunyai lima roti jelai
dan dua ikan;
tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?"
10 Kata Yesus:
"Suruhlah orang-orang itu duduk."
Adapun di tempat itu banyak rumput.
Maka duduklah orang-orang itu,
kira-kira lima ribu laki-laki banyaknya.
11 Lalu Yesus mengambil roti itu,
mengucap syukur
dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ,
demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu,
sebanyak yang mereka kehendaki.
12 Dan setelah mereka kenyang
Ia berkata kepada murid-murid-Nya:
"Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih
supaya tidak ada yang terbuang."
13 Maka merekapun mengumpulkannya,
dan mengisi dua belas bakul
penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai
yang lebih setelah orang makan.
14 Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya,
mereka berkata:
"Dia ini adalah benar-benar nabi
yang akan datang ke dalam dunia."
15 Karena Yesus tahu,
bahwa mereka hendak datang
dan hendak membawa Dia dengan paksa
untuk menjadikan Dia raja,
Ia menyingkir pula ke gunung,
seorang diri.
D. Pembagian Struktur Teks
- Yesus diikuti banyak orang karena mujizat yang dilakukan-Nya (1-4)
- Kebutuhan orang banyak dan keterbatasan sumber manusia untuk memenuhinya (5-9)
- Kebutuhan orang banyak dipenuhi melalui mujizat Yesus (10-13)
- Yesus dipandang sebagai raja dan nabi karena mujizat yang dilakukan-Nya (14-15)
Struktur Kitab Yohanes[1]
- Pembukaan (1:1-18)
- Saksi di Yudea, Samaria dan Galilea (1:19 – 6:71)
- Kesaksian Murid-murid pertama (1:19-51)
- Pemurnian yang sesungguhnya (Pasal 2)
- Anak dari Atas (Pasal 3)
- Respon dari yang Non-ortodoks (Pasal 4)
- Karya Allah pada Sabat (Pasal 5)
- Pemberi Manna yang Baru (Pasal 6)
i. Pemberian Makan kepada banyak orang (6:1-15)
ii. Teofani di atas Air (6:16-21)
iii. Uraian tentang Manna (6:22-58)
iv. Respon dan Maksud (6:59-71)
- Tabernakel dan Hanukkah (7:1 – 10:4)
- Pengantar Minggu Sengsara (11:1-12:50)
- Ucapan Perpisahan (13:1 – 17:26)
- Masa Sengsara dan Kebangkitan (18:1 – 20:31)
- Penutup (21:1-25
Analisa Konteks
Meskipun sebagai satu unit cerita Yoh. 6:1-15 merupakan satu kesatuan tersendiri, namun masih terangkai dengan pasal 6 secara keseluruhan karena mulai ayat 25 sampai ayat 71, Yesus memberikan penjelasan yang lebih dalam mengenai mujizat ini untuk menunjukkan identitas Diri-Nya sebagai Roti Hidup dan reaksi para pengikut-Nya terhadap pengajaran ini.
HISTORICAL-CULTURAL BACKGROUND, WORD MEANING, & GRAMMATICAL ANALYSIS
Yesus diikuti banyak orang karena mujizat yang dilakukan-Nya (1-4)
Inilah satu-satunya mujizat yang dicatat oleh keempat kitab Injil. Setiap penulis Injil memberikan penekanan tertentu kepada mujizat ini. Matius dan Lukas sangat tertarik pada mujizat itu sendiri. Markus menekankan belas kasihan Yesus yang mendorong-Nya memberikan makan kepada orang banyak itu. Dalam Yohanes, yang ditekankan adalah makna penting peristiwa itu sendiri yang berpusat pada fakta bahwa Yesus sendiri adalah Roti yang akan memuaskan kerohanian manusia. Yohanes mencatat detil yang tidak dicatat Injil Sinoptik lainnya: mujizat ini terjadi menjelang masa Paskah, roti yang dimiliki anak itu adalah roti jelai, alasan dikumpulkannya sisa-sisa makanan dan efek mujizat itu pada orang banyak.[2]
Kapan peristiwa yang dituliskan di bagian ini terjadi? Frase “sesudah itu” tidak cukup untuk menjelaskan kapan tepatnya peristiwa itu terjadi.[3] Dari sisi narasi peristiwa ini terjadi setelah penyembuhan orang lumpuh di kolam Betesda dan perdebatan yang terjadi sesudahnya antara Yesus dengan orang Yahudi di pasal 5.[4] Dari sisi waktu real, setidaknya setengah tahun telah berlalu sejak kejadian di pasal 5.[5]
Di manakah peristiwa ini terjadi? Yesus disebutkan pergi “ke seberang danau Galilea”, yaitu “danau Tiberias”. Nama Danau Galilea dikenal baik oleh Gereja mula-mula dan merupakan nama yang dikenal oleh orang lokal. Namun ketika Injil ini ditulis danau Tiberias mungkin sudah menjadi nama yang lebih resmi, sesuai dengan keberadaan kota Tiberias di sisi barat danau ini yang dibangun sekitar tahun 20 M oleh kaisar.[6] Kegiatan orang Yahudi terpusat di bagian barat danau ini.[7] Karena itu, ketika dikatakan bahwa Yesus pergi ke seberang Danau Galilea, kemungkinan besar yang dimaksudkan adalah daerah di sisi pantai sebelah timur.[8]
Alasan mengapa Yesus bersama murid-murid-Nya menyeberangi danau dapat ditafsirkan dari Markus 6:30-32 dan Matius 14:12, 13: murid-murid-Nya baru kembali dari perjalanan misi, membutuhkan istirahat dan waktu menyepi bersama Yesus. Di pantai Barat, khususnya di Kapernaum, tidak ada kesempatan untuk bersantai. Belum lagi munculnya informasi yang mengejutkan mengenai kematian tragis Yohanes Pembaptis. Ini pun tentu membutuhkan perenungan dan penenangan.[9]
Tapi ternyata maksud menyepi tidak berhasil, sebab banyak orang datang berbondong-bondong mengikuti Dia karena mereka telah melihat perbuatan-Nya di Kapernaum. Yang menarik adalah bahwa kata kerja yang digunakan untuk menggambarkan sikap orang banyak terhadap Yesus, yakni “mengikuti”, “melihat”, “diadakan”, semua ditulis dalam bentuk imperfect tense, yang berarti hal tersebut dilakukan terus-menerus secara berulang-ulang.[10] Jadi nampaknya kemana pun Yesus pergi, orang banyak senantiasa mengikuti Dia.
Meskipun istilah “mengikuti” Dia menunjukkan bahasa pemuridan namun di bagian akhir pasal 6 Yohanes memberikan catatan kritis yakni bukan mereka yang pada awalnya mengikut Yesus yang terpenting namun mereka yang bertahan sampai akhirlah yang akan tetap menjadi murid-murid-Nya (6:60-71). Iman mula-mula mereka tidak cukup karena mereka hanya memiliki “iman pada tanda”, yakni iman yang didasarkan pada mujizat penyembuhan-Nya pada orang sakit, sebagaimana dicatat Yohanes dalam 4:46-53 dan 5:1-9. Sisa kisah ini menunjukkan bahwa calon murid-murid-Nya tidak pernah maju melampaui iman yang berorientasi pada tanda ini, tidak pernah bergerak dari apa yang dapat Yesus lakukan bagi mereka ketimbang apa yang mereka dapat lakukan bagi Yesus.[11]
Bagi Yohanes hal terpenting dari mujizat Yesus tidak terletak pada faktor keluarbiasaan dari mujizat tersebut melainkan bahwa mujizat itu memiliki arti dibaliknya. Meskipun demikian tidak semua orang yang melihat suatu mujizat akan melihatnya sebagai tanda yang menunjuk ke balik mujizat itu sendiri karena kebanyakan orang lebih terkesan dengan unsur hebat dari mujizatnya dan mengikut Yesus hanya karena mujizat yang dilakukan-Nya.[12]
Yesus kemudian pergi ke atas gunung bersama murid-murid-Nya. · Yang dimaksudkan dengan “gunung” adalah daerah perbukitan atau tempat yang tinggi.[13] Kata ini selalu dipakai dengan kata sandang tertentu, sering muncul di Injil Sinoptik dan dihubungkan dengan kejadian-kejadian yang penting secara teologis seperti khotbah di bukit, pemanggilan keduabelas murid dan penampakan setelah kebangkitan-Nya.[14]
Untuk kedua kalinya dalam kitab Yohanes disebutkan bahwa Paskah sudah dekat. Paskah pertama disebutkan di Yoh. 2:13, 23 dalam konteks pernyataan diri Yesus sebagai bait yang akan dirobohkan, yang menunjuk kepada kematian-Nya. Paskah ketiga terjadi saat kematian-Nya.[15] Secara literer, disebutnya Paskah bukan hanya untuk menandakan waktu namun juga untuk membangkitkan emosi akan cerita yang akan tampil.[16] Ada 17 kali dia menggunakan kata heorte (perayaan) sementara penulis PB yang lain tidak pernah menggunakan kata ini lebih dari tiga kali. Ini mungkin karena Yohanes melihat Yesus sebagai penggenapan dari semua yang makna berbagai perayaan itu.[17] Dalam setiap perayaan yang disingungnya, Yohanes menempatkan dan memberikan makna yang lebih tinggi dan absolut kepada Yesus.[18]
Fungsi penting dari disebutnya Paskah yang sudah mendekat adalah menempatkan pasal ini dalam konteks domba paskah dan barangkali dalam konteks kisah sengsara yang telah ditulis di Injil-injil sebelumnya. Yohanes kembali mengajak kita untuk memahami pelayanan Yesus sebagai sesuatu yang pada akhirnya akan menuju kepada salib.[19]
Selain itu disebutnya Paskah dalam ayat ini akan membangkitkan ingatan orang Yahudi akan keluaran mereka dari kenyamanan di tanah Mesir dan pengembaraan mereka di padang gurun yang sangat keras dimana mereka harus sepenuhnya bergantung kepada Allah yang menyediakan segala makanan dan segala hal lainnya bagi mereka. Di padang gurun itu, semua kekuatan manusia tidak ada artinya. Inilah hal yang ingin ditanamkan Yohanes dalam benak pembacanya, yakni akan keterbatasan kemampuan manusia dan kasih serta kuasa Allah.[20]
Kebutuhan orang banyak dan keterbatasan sumber manusia untuk memenuhinya (5-9)
Penekanan Kristologis terlihat sejak awal melalui inisiatif yang diambil Yesus (ay. 5: Yesus memandang … melihat sekelilingnya . berkata kepada Filipus …), pengetahuan-Nya akan apa yang hendak Dia lakukan (ay. 6) dan bahkan dalam pembagian roti dan ikan yang dilakukan-Nya (ay. 11; tidak disinggung pembagian yang dilakukan oleh murid-murid-Nya sebagaimana disebutkan oleh Injil Sinoptik, meskipun pastilah mereka membantu Yesus membagikan makanan itu).[21]
Filipus adalah orang yang wajar diminta bantuan untuk mencari tahu dimana mereka bisa membeli makanan untuk orang banyak itu karena ia adalah penduduk Betsaida di dekat situ.[22] Sayangnya Filipus tidak bisa memberikan solusi dan malahan menunjukkan ketidakberdayaannya. Barangkali Filipus terlalu yakin dengan pengetahuannya akan daerah tersebut sehingga dia lupa bahwa bersamanya ada Yesus yang berkuasa dan seharusnya dia membawa masalah makanan tersebut kepada Yesus.[23]
Pertanyaan Yesus kepada Filipus tidak menunjukkan ketidakberdayaan-Nya. Yesus sudah menyiapkan rencana untuk mengantisipasi persoalan yang akan muncul, yang di Injil Sinoptik baru muncul belakangan, yakni bagaimana orang banyak itu akan diberi makan.[24] Sejak awal Yesus memang sudah berniat untuk mengadakan mujizat. Hdei = “dia tahu”, menunjukkan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dan emellen = “dia akan”, menunjukkan suatu kepastian.[25]
Yohanes mencatat bahwa pertanyaan Yesus kepada Filipus adalah suatu test yang akan menunjukkan apakah Filipus akan beriman kepada Yesus, terlebih lagi karena dia sudah pernah memberikan pengakuan iman akan Yesus sebagai Mesias (Yoh 1:43-46). Yesus ingin menguji iman murid-murid-Nya untuk mempersiapkan mereka terhadap ujian lebih besar yang akan datang dan agar mereka, khususnya Filipus, mengerti tantangan-tantangan yang ada dalam situasi ini dan bagaimana dia akan bereaksi.[26]
Westcott, berdasarkan catatan Alkitab bahwa satu dinar adalah upah satu hari kerja (Mat. 20:2), dan dengan mengurangi jumlah hari kerja ketika libur Sabat, mendapatkan dua ratus hari = 34 minggu. Dengan perkataan lain uang dua ratus dinar setara dengan delapan bulan gaji.[27] Ini jelas jumlah yang sangat besar yang tidak dimiliki oleh Yesus dan murid-murid-Nya. Bahkan dengan jumlah sebesar ini pun, mereka tidak akan mampu memberi makan orang-orang tersebut dengan kenyang. Mereka dihadapkan pada suatu hal yang mustahil. Namun apa yang Yesus akan lakukan adalah memenuhi kebutuhan manusia yang sungguh-sungguh, yang tidak dapat dipenuhi oleh sumberdaya manusia yang normal.[28]
Ditengah pasifnya sikap Filipus dan ketidakberdayaannya menghadapi situasi itu, lagi-lagi Andreas, seperti juga yang dilakukannya di Yohanes 1:40, membawa seorang anak laki-laki kepada Yesus. Sementara menghadapi pertanyaan Yesus tentang cara memberi makan orang banyak itu, Andreas mungkin sudah aktif berkeliling mencari orang yang membawa makanan.[29] Kata untuk “anak laki-laki” disini bisa berarti anak remaja atau bahkan pemuda meskipun bisa juga berarti anak laki-laki yang lebih muda.[30]
Anak itu membawa lima roti jelai dan dua ekor ikan. Kita jangan membayangkan roti jelai itu sebesar roti yang biasa kita beli di toko kue. Roti jelai jauh lebih kecil dan ukurannya mungkin seperti biskuit.[31] Roti jenis ini adalah adalah roti murahan sehingga kemungkinan besar anak itu miskin. Tentang roti jelai ini, seorang tokoh Yahudi masa itu, Philo, mengatakan bahwa roti ini lebih cocok untuk binatang yang tidak berotak atau manusia yang keadaannya tidak menyenangkan.[32] Sedangkan kata yang digunakan untuk ‘ikan’ menunjukkan bahwa kedua ikan itu telah dimasak dan merupakan makanan pelengkap yang akan membuat roti jelai itu lebih mudah dimakan.[33]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar