20 Juni 2011

Khotbah Markus 5:1-20

Melayani dengan kuasa dan kasih Kristus
Oleh Tjia Djie Kian



Pendahuluan
Tahun 1991, di hari pertama Operasi Badai Gurun, sebuah pesawat tempur AL Amerika yang diterbangkan Michael Speicher ditembak jatuh pasukan Irak.  Sejak saat itu selama bertahun-tahun keluarganya serta militer Amerika berusaha mencari tahu apakah ia masih hidup atau tidak.  Usaha mereka baru berhasil 18 tahun kemudian, yakni tahun 2009 yang lalu, ketika di daerah yang diduga menjadi tempat jatuhnya pesawat tersebut ditemukan sejumlah tulang dan setelah dianalisa ternyata itu memang dari jasad Michael. 
Ketika mengumumkan penemuan ini, Panglima Operasi Angkatan Laut Amerika berkata dengan bangga, “Angkatan Laut AS tidak akan pernah menyerah dalam mencari prajuritnya, betapapun lama atau sulitnya pencarian itu.” Dan memang masyarakat menyambut dengan antusias penemuan ini dan merasa kagum serta hormat terhadap usaha yang dilakukan pemerintah Amerika.      
Saudara-saudara, pemerintah Amerika memanfaatkan kemampuannya sebagai negara adidaya untuk mencari keberadaan Michael dengan tidak kenal lelah selama 18 tahun. Yang mereka lakukan mencerminkan sebuah bangsa yang menghargai warga negaranya yang telah membela negara sampai nyawanya sendiri dikorbankan. Jika militer Amerika menghargai prajuritnya sedemikian rupa, bagaimana penghargaan kita terhadap Yesus yang telah membela kita sampai Ia merelakan nyawa-Nya bagi kita? Salah satu wujud penghargaan kita tentu saja dengan pelayanan kita, bukan. Namun, pelayanan seperti apakah yang bisa mencerminkan penghargaan kita kepada Yesus? Tentu saja, pelayanan yang berdasarkan  kuasa dan kasih Kristus itu sendiri.
Marilah kita melihat hal dua hal ini dalam perikop yang telah kita baca tadi.  Pertama melayani dengan kuasa Kristus.    

Penjelasan
Saat itu Yesus baru saja menyeberangi danau ke daerah Gerasa.  Baru saja Dia turun dari perahu, ada orang menjumpainya sambil berlari.  Orang ini tinggal di tempat yang tidak lazim, yakni kuburan. Di waktu malam dia berkeliaran kesana kemari sambil berteriak-teriak.  Ia juga merobek-robek bajunya, memukuli dirinya dengan batu dan ketika orang lain mencoba mengikatnya, ia memutuskan rantai pengikatnya.  Mungkin Sdr bisa membayangkan betapa menyeramkannya orang ini: matanya membelalak liar kesana kemari, tubuhnya hampir telanjang, penuh luka dan darah.  Ayat 4 menyebutkan bahwa tidak ada orang yang mampu menjinakkannya dan kata “menjinakkan” sering dipakai dalam pengertian menjinakkan binatang buas.  Sdr bisa bayangkan bahwa orang ini lebih mirip binatang buas ketimbang manusia.   
Mengapa dia bisa seperti itu?  Ternyata dia dikuasai oleh roh jahat yang bernama Legion, artinya “banyak”.  Yang menguasainya bukan cuma 1 roh jahat tapi buaaanyaakkk… Kata Legion juga dipakai untuk menyebut satu unit pasukan yang terdiri dari ribuan tentara Romawi yang saat itu merupakan pasukan paling tangguh di muka bumi.  Jadi kita bisa bayangkan betapa dahsyatnya roh-roh jahat menguasai kepribadian orang itu sehingga ia tidak berdaya dan tidak dapat mencerminkan gambar dan rupa Allah dalam dirinya. 
Tapi Saudara, meskipun roh-roh itu digambarkan sedemikian menakutkan, ternyata mereka tidak berdaya ketika berhadapan dengan Yesus.  Mereka yang tadinya begitu bebas menguasai manusia dan tidak berbelas kasihan, harus memohon belas kasihan Yesus agar tidak diusir dari daerah itu; bahkan untuk sekedar keluar dari tubuh manusia dan masuk ke babi pun, mereka harus menunggu izin Yesus.  Di sini tampak jelas bahwa Yesus jauh lebih berkuasa daripada diri mereka yang berjumlah banyak.
Ketika Yesus akhirnya mengusir roh-roh jahat itu, keadaan orang itu langsung berbalik 180 derajat.  Ia kembali waras, duduk dan mengenakan pakaian.  Orang yang tadi mirip binatang buas telah kembali mencerminkan gambar dan rupa Allah.  O Saudara, pemulihan yang dilakukan Yesus melampaui apa yang bisa dilakukan manusia biasa.  Lagipula, Yesus mengusir mereka hanya dengan berbicara, bukan dengan memakai upacara dan mantra-mantra yang rumit.  Hal ini sungguh-sungguh menunjukkan kuasa-Nya yang amat dahsyat.  
Kuasa-Nya yang dahsyat juga ditunjukkan di perikop sebelumnya ketika Ia menghentikan  danau yang bergelora dan angin ribut hanya dengan hardikan, “Diam! Tenanglah!” Lalu, semuanya tenang. Di perikop sesudahnya, perempuan yang sudah 12 tahun mengalami pendarahan sembuh hanya dengan menyentuh jubah Yesus.  Ia juga membangkitkan anak Yairus yang sudah mati hanya dengan berkata, “Talita Kum”.  Jadi dalam beberapa perikop berurutan diperlihatkan bagaimana Yesus adalah Tuhan yang berkuasa atas alam, roh-roh jahat, penyakit bahkan kematian. 
Saudara-saudara, bukankah kuasa Tuhan yang dahsyat inilah yang harus menyertai pelayanan kita? Sayangnya kita kadang2 lupa akan kuasa dahsyat ini.

Ilustrasi
William adalah seorang misionaris yang melayani di Syria, namun selama bertahun-tahun belum ada satu jiwa pun yang dimenangkannya.  Dia merasa frustrasi dan bertanya-tanya apa yang salah.  Ia lalu meneliti kembali Firman Tuhan dengan sungguh-sungguh dan segera menyadari bahwa ternyata dia tidak pernah memberikan tempat kepada Allah dalam pelayanannya.  Selama ini dia bekerja menurut kekuatannya sendiri.  Dia lalu menuliskan nama 11 orang yang ingin dibawanya kepada Kristus dan mendoakan mereka. Dalam waktu beberapa minggu semua orang yang didoakan menjadi percaya.  William mencatat, “Sejak sekarang, saya akan menjadi misionaris yang berbeda selama sisa hidup saya.”
Sdr, Tuhan tidak selalu memberikan jawaban cepat seperti itu tetapi apa yang dialami William mengajarkan bagaimana hal-hal yang besar dapat dilakukan Tuhan melalui kita jika kita lebih mengandalkan kuasa-Nya daripada kemampuan manusia.

Aplikasi
Saudara, kita perlu mengandalkan kuasa Tuhan sebagai sumber kekuatan utama dalam pelayanan.  Jika sudah demikian, kita tidak perlu merasa kecil hati ketika menyadari begitu terbatasnya kemampuan kita.  Kita tidak perlu membandingkan talenta kita dengan orang lain: kok dia lebih pandai memimpin, kok dia lebih bisa membuat program, kok dia lebih bertalenta daripada saya?  Kita bisa stres kalau seperti itu terus. Yang perlu kita minta adalah kuasa Tuhan yang jauh melampaui talenta kita yang terbatas.  Di pihak lain,  kita tidak boleh membanggakan kepandaian kita sendiri atau kehebatan fasilitas-fasilitas pelayanan yang kita miliki.  Semua itu baik, tapi tanpa mengandalkan kuasa Tuhan, semuanya akan sia-sia.

Namun saudara, pelayanan sebagai bentuk penghargaan kita kepada Yesus bukan hanya harus dilakukan dengan kuasa-Nya, melainkan juga dengan kasih-Nya.

Penjelasan
Di dalam perikop ini kita melihat setidaknya ada dua hal yang menunjukkan besarnya kasih Yesus kepada orang yang kerasukan. Yang pertama adalah Yesus rela menghadapi kenajisan untuk menolong orang itu.  Daerah Gerasa adalah daerah yang najis karena penduduknya kebanyakan bukan orang Yahudi.  Babi yang ada di Gerasa adalah binatang yang najis bagi orang Yahudi.  Yesus didatangi orang yang dikuasai oleh roh yang najis, dan orang ini tinggal di pekuburan yang merupakan daerah najis.  Sebagai orang Yahudi seharusnya Yesus tidak perlu masuk ke tempat ini, tapi kasih-Nya yang begitu besar untuk menolong orang ini membuat Dia tidak menerobos kenajisan. 
Yang kedua adalah diizinkannya 2000 ekor babi menjadi tempat roh-roh jahat berpindah yang menyebabkan kematian mereka karena terjun dari bukit ke dalam air.  Jika harga seekor babi saat ini rata-rata Rp 3 juta,  maka nilai yang musnah adalah enam milyar rupiah, jumlah yang sangat besar.  Yesus mungkin bisa saja mengusir roh-roh jahat keluar dari daerah itu tanpa memusnahkan babi-babi, namun Dia merelakan babi-babi itu bukan hanya untuk memperlihatkan kehancuran yang dapat terjadi ketika suatu makhluk dikuasai roh-roh jahat, namun juga untuk menunjukkan bahwa seorang manusia jauh lebih berharga dari harta bernilai apapun.
Tanggapan yang sangat berbeda diperlihatkan para pemilik babi dan penduduk setempat.  Mereka kelihatannya tidak peduli dengan kesembuhan orang yang kerasukan itu.  Yang mereka pikirkan adalah kehilangan babi-babi mereka yang mahal dan ketakutan mereka akan berapa banyak lagi harta mereka yang hilang jika Yesus berlama-lama di daerah itu.  Sikap mereka jelas sangat berbeda dengan kasih Yesus kepada orang yang dirasuk roh jahat. 
Kasih Yesus yang paling besar tentu saja ditunjukkan melalui kematian-Nya di kayu salib menggantikan kita.  Sdr2, tidakkah kasih Yesus inilah yang harus kita tunjukkan melalui pelayanan kita?

Ilustrasi
Ada sebuah gereja yang terletak di sebuah perumahan kelas menengah atas.  Sayangnya di belakang perumahan itu terdapat masyarakat yang sebagian besar masih hidup miskin.  Banyak anak usia SD yang putus di tengah jalan atau tidak melanjutkan ke SMP apalagi SMU karena mereka diminta mencari nafkah oleh keluarga yang tidak mengerti pentingnya pendidikan.  Mutu sekolah yang ada pun rendah.  Ketika menyadari kondisi ini, gereja tergerak untuk merekrut jemaatnya menjadi tenaga pengajar sukarela, memberikan pelajaran tambahan di luar jam sekolah kepada murid-murid di SD dan SMP tersebut.  Dari ratusan jemaatnya ada puluhan yang mengambil respon.  Selain mahasiswa dan ibu-ibu, ada sejumlah direktur dan manager perusahaan, pebisnis, dokter spesialis dan sebagainya.  Latar belakang mereka jelas sangat berbeda dan dalam aspek tertentu jauh di atas lingkungan yang mereka layani namun mereka tidak merasa risih masuk ke tempat yang agak kumuh, mengajar di sekolah yang pas-pasan kondisinya.  Mereka tetap mengajar dengan setia dan antusias meskipun tanpa dibayar.  Mengapa demikian? Karena mereka mengasihi masyarakat di sekitar mereka dan tahu bahwa misi mereka adalah menyatakan kasih Kristus kepada masyarakat di sekeliling gereja. 
Saudara, para sukarelawan ini sedang belajar bagaimana melayani dengan kasih Kristus, tanpa mempedulikan perbedaan sosial-budaya-agama, tanpa menghitung untung rugi.  Mereka berusaha meneladani apa yang pernah Yesus lakukan bagi orang yang kerasukan itu.      

Aplikasi
Seperti apakah kita memandang pelayanan yang Tuhan berikan kepada kita?  Jika kita menganggap pelayanan hanya sebagai suatu tugas, kita tidak akan bisa antusias dalam pelayanan, kita bisa tidak peduli terhadap kebutuhan orang lain yang tidak ada sangkut pautnya dengan tugas kita, kita bisa patah semangat ketika menghadapi tantangan dalam pelayanan.  Sebaliknya jika kita melayani dengan kasih Kristus, kita bisa melayani orang dengan sungguh-sungguh, apapun statusnya, latar belakangnya, berapapun jumlah yang dilayani atau bagaimana pun keadaan orang tersebut.  Kita pun tidak akan memilih-milih pelayanan yang diberikan karena dimanapun kita melayani disitulah kita bisa menyatakan kasih Kristus. 

Penutup
Saudara, sebagai utusan Kristus, sudah selayaknya pelayanan kita mencerminkan Tuhan yang mengutus kita: bersandar kepada kuasa Tuhan dan melayani dengan penuh cinta kasih dari Tuhan.  Ini memang bukan hal yang mudah karena kita cenderung terlalu mengangkat diri sendiri atau merendahkan diri sendiri, tapi kedua hal ini perlu ada supaya nama Tuhan dimuliakan.    
Marilah kita berdoa, membiarkan Tuhan sungguh-sungguh menguasai pelayanan kita, menempatkan pelayanan kita di bawah salib Kristus dan menjadikan kita bergantung penuh kepada Dia sehingga nama Tuhan dapat dimuliakan. 

Amin

1 komentar:

  1. Praise the Lord.
    Maksih, renungan ini menolong saya dalam persiapan materi pelayanan mengajar sekolah minggu.
    Artikel ini menarik bagi saya pribadi"pisau bermata dua", mengingatkan saya juga pada pengalaman melayani beberapa bulan lalu terhdap seorang saudari yg mengalami kerasukan, yang sayangnya belum tuntas. Kuasa dan kasih Yesus belum benar-benar melandasi pelayanan kami...??
    Please forgive me Jesus...

    BalasHapus