19 Maret 2012

Khotbah 1 Korintus 3:10-15

Apakah Yang Sedang Engkau Bangun?
Oleh Silvy Inawati



Pendahuluan
            Saudara-saudara, beberapa saat yang lalu ketika saya pulang ke Karawang, Saya pergi dengan kakak saya. Ketika melewati sebuah jalan di bypass, mobil kakak saya harus melaju dengan sangat pelan.  Mengapa?  Karena jalannya rusak parah sekali.  Kakak saya geleng-geleng kepala sambil berkata,  “Duh nih jalan, baru dibetulin udah rusak lagi.  Gimana sih...”  Saya pun jadi ikut geleng-geleng kepala. Jadi ikut kesel. Terpikir dalam benak saya, pasti bahan yang digunakan ga sesuai standar, dikorupsi sana-sini untuk kepentingan pribadi.  Dalam kekesalan saya itu, saya jadi teringat beberapa fasilitas umum lain yang juga cepat sekali rusak.  Saya ingat jalan Tol menuju ke Bandung yang sesaat setelah diselesaikan sudah mulai berlubang.  Lalu baru-baru ini, jembatan Kutai nan megah di Kalimantan yang rubuh, padahal baru dibangun 10 tahun yang lalu.  Sungguh berbeda dengan jembatan di San Fransisco yang berumur 90 tahun, namun masih tegak berdiri sampai saat ini.  Saudara-saudara, rasanya kesal sekali dengan orang-orang yang diberi tanggung jawab untuk mengerjakan fasilitas-fasilitas umum ini.  Mereka adalah pekerja yang tidak bertanggungjawab.  Pekerja yang mengerjakan fasilitas masyarakat seenaknya sendiri.  Tidak sesuai dengan standar yang seharusnya.
Saudara, ketika saya membayangkan tentang pekerja-pekerja ini, tiba-tiba saya tertegun.  Kalau dipikir lebih jauh bukankah kita juga adalah pekerja yang diberi kepercayaan membangun jemaat Allah?   Seperti sebuah lagu yang sering kita nyanyikan bersama: “Satu saat Yesus panggilku menjadi pekerja. Melayani jadi saksi bagi-Nya. Bukan sembarang pekerja...ya...ya...ya...”   Saudara-saudara, saya jadi berpikir, bila pekerjaan kita dinilai oleh Tuhan yang adalah pemilik pekerjaan itu,  apakah Ia puas dengan kita?  Atau jangan-jangan Tuhan geleng-geleng kepala ketika melihat pekerjaan kita, karena di mata-Nya kita adalah pekerja sembarangan.  Pekerja-pekerja yang bekerja tidak sesuai dengan standar Tuhan.  Mengerjakan ini dan itu, tampak begitu sibuk, tetapi jauh dari apa yang Tuhan harapkan.        
            Saudara, Tuhan ingin setiap kita melakukan pekerjaan kita, yakni membangun jemaat Tuhan sesuai dengan standar Allah.  Dalam perikop yang kita baca kita bisa belajar bagaimana menjadi pekerja Tuhan yang membangun jemaat Tuhan dengan benar dan bertanggungjawab.

I.         Meletakkan dengan dasar yang benar, yakni Kristus

Penjelasan
Saudara-saudara, ini adalah foto gedung tingkat 20 di Shanghai yang baru selesai di bangun dan roboh (perlihatkan di layar LCD).  Saudara, lihatlah gedungnya tidak rusak sedikit pun.  Diduga bangunan ini roboh karena ada masalah dengan fondasinya.  Fondasi suatu bangunan adalah sesuatu yang sangat krusial.  Tanpa fondasi, bangunan semewah apa pun yang dibangun tidak akan bertahan.  Demikian pula dengan jemaat Allah, tanpa fondasi yang benar tentu saja sia-sia jemaat itu dibangun. 
Saudara, kalau kita pikir-pikir, Jemaat Korintus itu “betis,” beda-beda tipis dengan jemaat kita saat ini.  Sebagian dari mereka adalah orang-orang yang mengagung-agungkan kemampuan pribadi.  Mereka dikenal sebagai tukang pamer.  Menilai orang dan diri mereka sendiri berdasarkan prestasi dan pencapaian mereka.  Mereka mengagung-agungkan orang yang mempunyai hikmat atau pemikiran yang cemerlang.  Karenanya tidak heran bila sebagian jemaat mengagung-agungkan Paulus, sebagian mengagung-agungkan Apolos, Petrus, dan yang lainnya.  Mereka berfokus pada manusia.  Sebuah fokus yang salah!  Fokus yang tentu saja membuat jemaat mengalami perselisihan.
Di tengah kondisi jemaat yang sedang berselisih inilah Paulus menuliskan suratnya.    Paulus menegur mereka.  Pada ayat 5-9, Paulus menjelaskan dengan metafora pertanian, bahwa ia dan Apolos hanyalah pekerja tani.  Dalam perikop yang sedang kita pelajari ini, kembali Paulus menegur mereka dengan metafora yang berbeda, yakni bangunan (9c), dimana dirinya dan Apolos pun hanyalah pekerja bangunan.  Pada ayatnya yang ke-10, Paulus memposisikan dirinya sebagai ahli bangunan yang cakap yang telah meletakkan dasar, sedangkan pelayan yang lain sebagai orang lain yang membangun terus di atasnya.  Posisi ini menjelaskan perannya dalam jemaat Korintus, dimana ia adalah rasul Yesus Kristus yang oleh anugerah Tuhan memberitakan Injil dan pekerja lain berkhotbah membangun jemaat.  Posisi yang tidak lebih tinggi dari yang lainnya.  Mereka hanyalah pekerja di dalam bangunannya Allah.  Mereka tidak penting, dasarlah yang penting dalam sebuah bangunan.
Dasar yang telah diletakkan oleh Paulus adalah Kristus.  Dalam Korintus 2:2 dikatakan bahwa “sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain dari Kristus, yaitu Dia yang disalibkan.  Kristuslah yang seharusnya menjadi fokus jemaat dan bukan yang lain.  Kata kerja yang digunakan untuk menjelaskan kata telah meletakkan adalah I laid, dalam bahasa Yunani  ἔθηκα merupakan kata kerja yang ditulis dalam bentuk aorist, yang berarti satu kali untuk selamanya.  Kristus adalah fondasi mereka yang kekal.  Karenanya pada ayat 11 dikatakan “tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain daripada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus.”  Hanya satu fondasi yang diperlukan untuk membangun.  Setelah fondasi itu diletakkan tidak perlu diulang lagi.  Dan hanya Kristuslah dasar yang benar dan bukan yang lain.
Saudara-saudara, Paulus pekerja yang tahu apa yang dibangunnya.  Ia, tidak silau dengan orang-orang yang mengagungkan dirinya sebagai guru yang besar.  Atau tidak galau karena sebagian yang lain mengagung-agungkan Apolos dan pekerja yang lain.  Namun sebagai pekerja bangunan, ia menyadari apa yang sedang dibangunnya.  Ia menyadari apa yang menjadi fokus pekerjaannya, yakni Kristus, sang fondasi yang kokoh dan kuat.  Dalam pelayanannya, ia tidak menjadikan dirinya fokus, sebaliknya ia bekerja keras mengabarkan Injil. 

Ilustrasi
Saudara, saya bersyukur bisa berkuliah di SAAT ini.  Selain mendapatkan pengajaran yang dalam sangat baik melalui dosen-dosen di tempat ini, saya juga belajar melalui teladan hidup dari para dosen di tempat ini.  Salah satunya adalah Pdt. Peter Wongso.  Sebagai salah satu orang yang turut merintis SAAT ini dari awal, beliau tidak silau dengan jabatan.  Dalam buku berjudul “Hamba Yang Melayani” yang didedikasikan untuk ulang tahun ke-80 dari Pak Peter Wongso.  Pak Daniel Lukas menuliskan bahwa Pelayanan Pak Wongso selama ini bukanlah pelayanan yang biasa-biasa saja.  Sepanjang hidupnya ia memberikan sebuah contoh kehidupan dan pelayanan yang berkualitas dan signifikan bagi kerajaan sorga dan gereja-gereja Tionghoa di Indonesia maupun manca negara.  Saudara-saudara, meski pun ada banyak orang yang mengagumi pelayanannya, ia tidak menjadikan dirinya fokus atas apa yang dicapainya.  Dalam khotbahnya di wisuda tahun lalu, ia tidak menceritakan mengenai prestasi-prestasinya, ia tidak membangun reputasi dirinya atas  keberhasilan seminari ini, sebaliknya dengan terharu ia mengatakan syukurnya kepada Tuhan atas pemeliharaan yang Tuhan beri untuk seminari ini.  Beliau memiliki hidup yang berfokus pada dasar yang benar yakni Kristus dan bukan dirinya.  Pak Wongso bukan sedang membangun dirinya.  Ketika orang melihat SAAT, orang bukan melihat Peter Wongso ataupun Andrew Gih, tapi orang melihat Tuhan yang menjadi dasar atas sekolah ini. 

Aplikasi
Saudara-saudara, suatu saat nanti mungkin kita akan dipakai Tuhan untuk melayani di berbagai bidang, atau dipercayakan Tuhan sebuah jemaat, entah besar entah kecil. Akan jadi seperti apakah pelayanan kita nanti tergantung pada fondasi yang kita letakan hari ini di hati kita. Apakah kita ingin meletakkan pelayanan kita di atas fondasi yang benar, yaitu Kristus, atau diri sendiri? Apakah kita sibuk dengan diri kita?  Membangun diri kita di tengah jemaat.  Ataukah kita sungguh berfokus kepada orang-orang yang kita layani dan meletakkan dasar, yakni Kristus dalam hidup mereka. 

Hal kedua yang harus kita lakukan dalam membangun jemaat Allah adalah:

II.      Membangun sesuai dengan standar Allah

Penjelasan
Saudara-saudara, bukan hanya fondasi yang penting, melainkan juga pembangunan di atas fondasi itu pun penting.  Pada ayatnya yang ke 10b, Paulus memperingatkan agar tiap-tiap orang memperhatikan bagaimana ia membangun di fondasi yang telah diletakkan.  Kata “orang lain” di sini mengacu pada Apolos ataupun pekerja yang lainnya.  Siapapun yang membangun di atas fondasi Kristus itu tidak penting karenanya hanyalah pekerja.  Namun yang terpenting adalah setiap orang, siapapun dia harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya!  Apakah pekerja itu membangunnya dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami (ay.12).
Ada standar yang Allah tetapkan dalam proses pembangunan jemaatnya.  Keenam bahan bangunan yang disebutkan pada bagian ini dapat dibagi menjadi dua kategori.  Kategori pertama adalah emas, perak, dan batu permata.  Kategori ini merupakan bahan yang tahan terhadap api.  Sedangkan kategori yang kedua adalah kayu, rumput kering atau jerami.  Kategori material yang tidak tahan terhadap api.  Melalui penggambaran ini Paulus hendak menjelaskan mengenai kualitas pekerjaan yang seharusnya dimiliki oleh pekerja.  Suatu kualitas yang berhubungan dengan kesungguhan pekerja dalam membangun ke arah Kristus.
Pekerja yang membangun dengan emas, perak, dan batu permata adalah pekerja yang sungguh-sungguh melakukan pekerjaanya sesuai dengan firman Tuhan.  Seorang pekerja yang mengajarkan firman Tuhan dengan sungguh-sungguh membangun jemaat Allah, bukan ke arah dirinya, namun ke arah Kristus.  Dalam kesungguhannya, pekerja Kristus akan mempersiapkan pengajarannya dengan baik sesuai dengan Firman Allah, yang menolong jemaat bertumbuh semakin mengenal Kristus.  Dalam kesungguhan juga, seorang pekerja Kristus akan menghidupi kehidupannya sesuai dengan firman Allah.  Dalam kesungguhan ia pun akan terus menguji motivasi pelayanannya.  Dengan demikian kualitas seorang pekerja berhubungan dengan keseluruhan hidupnya yang sungguh-sungguh dipakai untuk membangun jemaat ke arah Kristus.
Kepada jemaat Korintus yang seringkali menilai orang berdasarkan prestasi, kemampuan dan kecakapan yang dilihat mata ini, Paulus mengatakan:  sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak.  Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu.   Paulus menyatakan bahwa Tuhan adalah hakim yang paling berhak menilai setiap pekerja.  Apa yang dibangun oleh pekerja akan diuji oleh Tuhan.  Manusia boleh saja mengevaluasi pekerjaan seorang akan yang lain, namun penilaian terakhir ada di tangan Tuhan. 
Pada akhir zaman, yakni ketika Kristus datang keduakalinya, setiap pekerjaan kita akan diuji oleh Tuhan.  Hari penghakiman Tuhan ini digambarkan dengan api.  Sebuah gambaran yang tidak asing bagi orang Korintus.  Kota Korintus adalah kota yang pernah dihancurkan dan dibangun kembali.  Dan sebagian bangunan baru dibangun dari kerangka bangunan lama.  Selain itu daerah Korintus memiliki iklim yang sangat kering sehingga bangunan mudah terbakar.  Rumah-rumah penduduk biasanya dibangun dengan rangka kayu dan dindingnya dibuat dari tanah liat yang dicampur dengan rumput kering dan jerami, sehingga mudah sekali hangus terbakar.  Sedangkan kuil-kuil dan bangunan pemerintah dibangun dengan bahan yang berkualitas dan tidak mudah terbakar.  Bagi orang Korintus, api merupakan ujian tertinggi bagi bangunan-bangunan yang mereka miliki.  Dengan api inilah pekerjaan setiap pekerja Tuhan akan diuji. 
Tujuan pengujian dengan api ini bukanlah untuk menghukum (Yudas 7), menghancurkan (Matius 3:10), atau untuk memperbaiki (Zakharia 13:9), tetapi untuk mengungkap kualitas dari pekerjaan orang Kristen.  Paulus mengatakan bahwa pada Hari Tuhan ini, Tuhan akan menerangi apa yang tersembunyi dalam kegelapan, dan Tuhan akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati.  Maka tiap-tiap orang akan menerima pujian dari Allah.
Orang-orang Kristen yang pekerjaannya bertahan dalam api akan mendapat upah, yakni pujian dari Allah seperti dituliskan dalam Matius 25:14-30:  Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu... Pekerja Tuhan itu akan mendapatkan pujian dari tuannya... Well done, good and faithful servant.  Sedangkan orang-orang Kristen yang tidak bekerja dengan sungguh... pekerjaannya akan terbakar, ia akan menderita kerugian tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.  Mereka yang pekerjaannya terbakar oleh api, kondisi mereka seperti orang yang melompat keluar dari kerangka bangunan kayu mereka yang terbakar.  Mereka selamat, tetapi tanpa pekerjaan-pekerjaan yang dapat dipersembahkan kepada Kristus.
           
Ilustrasi
Saudara-saudara, beberapa saat yang lalu saya masuk ke auditorium SAAT  yang sedang dibangun.  Meski belum jadi, namun bangunan itu sudah membuat saya dan teman-teman lain yang melihatnya terkagum-kagum (Tunjukkan beberapa fotonya). Tahap demi tahap pembangunannya  dikerjakan dengan serius.  Bukan hanya itu, pembangunan ini juga disertai dengan doa, kerja keras dan kemurnian motivasi di dalamnya, seperti seorang dosen mengatakan, “SAAT membangun gedung ini bukan untuk mencari nama, tetapi bangunan ini dibuat untuk kemuliaan Kristus.” 
Hal yang sama juga seharusnya ada di dalam diri kita ketika kita membangun jemaat Allah. Kita harus membangunnya dengan stadar Allah. Saudara, ketika Tuhan melihat pelayanan kita, sungguhkah Ia puas dengan apa yang kita kerjakan? 

Aplikasi
Saudara-saudara, kepada kita Tuhan mempercayakan bangunan-Nya,  jemaat-Nya yang begitu dikasihi-Nya.  Apa yang selama ini Saudara dan saya bangun?  Apakah kita pekerja yang membangun sesuai dengan standar Allah?  Membangun dengan kualitas yang Ia inginkan?  Pengajaran seperti apakah yang kita berikan kepada jemaat yang Tuhan percayakan kepada kita?  Apakah kita sungguh mempersiapkan diri dengan baik.  Apakah kita sudah menggali firman Tuhan baik-baik, melakukannya dan mengajarkannya dengan baik?  Adakah hati yang sungguh rindu mempersembahkan yang terbaik bagi Tuhan?  Saudara-saudara, dengan bahan apakah engkau membangun jemaat Allah?  Emas, perak, permata ataukah kayu, rumput kering atau jerami?
Saudara-saudara, ketika saya merefleksikan firman Tuhan ini dalam kehidupan saya.  Saya sungguh gentar.  Sejauh ini perjalanan saya mengikut Tuhan, menjadi pekerja baginya, “meninggalkan” pekerjaan yang mapan, teman-teman yang menyenangkan, keluarga yang saya kasihi, berkuliah selama 3 tahun di sini, melayani weekend setiap minggu, sibuk ini dan itu,  rasanya sudah mengerjakan banyak bagi Tuhan. Namun, ketika pekerjaan saya diuji Tuhan, mungkin semuanya hangus, tanpa bekas, kecuali abu. Saat itu mungkin saya akan tertunduk malu masuk ke dalam Kerajaan-Nya.
Saudara-saudara, saya menyadari ada banyak pelayanan yang saya tidak persiapkan dengan sungguh, ada banyak pelayanan juga yang saya siapkan dengan sungguh namun dengan motivasi yang tidak sungguh. Pelayanan yang nampak besar di mata orang, tetapi tidak bernilai, hangus ketika diuji Tuhan.  Saudara-saudara, saya sungguh rindu menjalani panggilan sebagai pekerja Tuhan ini dengan lebih sungguh lagi. Ga pa pa cape sedikit, tidur malam, bangun pagi, untuk menggali firman Tuhan. Ga pa pa diproses terus dalam hidup ini untuk semakin murni, karena saya ingin membawa persembahan pelayanan yang berkenan di mata Tuhan. Saya ingin mendengar pujian dari mulut-Nya yang mengatakan, “Well done my servant, well done!”
Saudara-saudara, biarlah kerinduan saya ini pun menjadi kerinduan kita semua.  Saya yakin bukan kebetulan kita bisa sama-sama mendapat kesempatan untuk merenungkan firman Tuhan ini.  Tuhan mau kita membangun jemaat yang Tuhan percayakan kepada kita dengan baik.  Ia rindu kita meletakkan dasar yang benar melalui Injil yang murni.  Ia juga rindu kita membangun jemaat dengan bahan yang sesuai dengan standar Allah, yakni kesungguhan kita dalam mengajarkan firman Tuhan yang murni dan kesungguhan kita untuk menghidupi firman itu seumur hidup kita. 
Saya percaya Tuhan akan memampukan kita menjadi pekerja yang baik.  Mari terus berjuang, biarlah setiap kali kita selalu mengevaluasi diri kita pertanyaan:  Apakah yang sedang kau bangun?  Biarlah satu kali ketika kita berada di tahta penghakiman Allah, Tuhan menemukan kita sebagai pekerja-Nya yang setia.
Saya rindu menutup khotbah saya ini dengan sebuah pujian yang digubah oleh Cindy Berry, berjudul Faithfull Servant.

Lord, we would be faithful
Lord we would follow You
We would be pure and holy, devoted and true
At the end of our journey, on the glorious day
When gaze into Your eyes, we want to hear you say...
Well done my good and faithfull servant
Enter to my kingdom, you have fouth the fight
You have kept the faith according to my Word
Well done my good and faithfull servant
Great is your reward
You have been faithfull, now your race is run
Well done my servant well done

Amin.

1 komentar:

  1. Puji Tuhan, terimakasih Pak Pendeta. Semoga ini menjadi introspeksi diri saya dalam melayani apakah yang saya bangun ini tahan uji. kemuliaan hanya bagi Tuhan, Amin.

    BalasHapus